Read Time:2 Minute, 14 Second
Wisuda pengajar Gerakan Banten Mengajar (GBM) digelar dalam acara bertajuk Rembug Penggerak Pendidikan Banten: Peluang dan Tantangan Menghadirkan Pendidikan Inklusif dan Berkualitas Setara Untuk Mendukung Kesempatan Belajar Setiap Anak di Banten yang dilaksanakan pada Sabtu, (15/10) di Futsal Camp, Tangerang Selatan. Wisuda tersebut diikuti oleh 15 orang pengajar GBM angkatan ke-II dan ditandai dengan penyerahan sertifikat.
GBM adalah komunitas yang terdiri dari beberapa orang sebagai pengajar dan penggerak yang peduli di bidang pendidikan, khususnya di daerah Banten. Agustus lalu, pengajar GBM angkatan ke-II ditempatkan di beberapa sekolah di daerah Pandeglang, Banten, untuk mengabdi pada masyarakat sekitar. Laporan pertanggungjawaban (LPJ) kegiatan tersebut kemudian disampaikan oleh penggerak GBM angkatan ke-II Muammar Alwi sekaligus penyerahan LPJ kepada Steering Comitte Fauzan Arrasyid dalam Rembug Penggerak Pendidikan Banten. Setelah penyerahan LPJ, Alwi memberikan penyerahan amanah kepada Project Leader GBM angkatan ke-III Rahmi Febriani.
Acara tersebut dilanjutkan ke talkshowpendidikan yang membahas tentang tidak meratanya pendidikan untuk anak bangsa seperti halnya di daerah Muncang, Banten. Talkshowtersebut dihadiri oleh Perwakilan Direktur Jenderal Guru Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gogot Suharwoto, Kepala Unit Pelaksanaan Teknik Pendidikan Daerah Muncang Rukyat, Perwakilan Dinas Pendidikan Banten Lukman, dan Pendiri GBM Angger Sutawijaya.
Pendiri GBM Angger Sutawijaya mengatakan, terbatasnya tenaga pengajar menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kulitas pendidikan di Muncang. Tak hanya itu, Angger juga menjelaskan bahwa tingkat ekonomi di daerah tersebut masih rendah. “Mereka hanya mendapatkan gaji sebesar Rp200ribu,” ujarnya, Sabtu (15/10).
Menurut Project Leader GBM angkatan ke-III Rahmi Febriani, Rembug Penggerak Pendidikan Banten bertujuan untuk saling berbagi pengalaman antar pengajar GBM. Tak hanya internal GBM, sharing pengalaman juga dilakukan dengan beberapa komunitas yang sama-sama bergerak di bidang pendidikan, semisal Komunitas Turun Tangan Banten dan Komunitas Untuk Negeri. “Kami mencari solusi untuk penyetaraan pendidikan di Banten. Sebab, kondisi pendidikan di sana sangat berbeda antara perkotaan dengan pedesaan,” ungkapnya, Sabtu (15/10).
Pengajar GBM angkatan ke-I Titin Supartini Yunengsih berpendapat, acara ini juga menjadi ajang silaturahmi, terutama untuk semua angkatan pengajar GBM. “Di sini kita juga mengevaluasi kekurangan pengajar GBM dan kemudian diperbaiki di angkatan selanjutnya,” pungkasnya, Sabtu (15/10).
Salah satu pengajar GBM angkatan ke-II Muhammad Noval Karom menuturkan, dengan adanya acara ini ia bisa mengetahui kondisi pendidikan di masa sekarang dan masa yang akan datang. Dari sini, ia berusaha untuk lebih peka dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia.
Noval bercerita, alasannya bergabung dengan GBM karena prihatin dengan kondisi pendidikan yang tak merata di daerah Banten. Jurang terjal kualitas pendidikan antar perkotaan dengan pedalaman menjadi salah satu faktornya. Ia berharap, anak-anak di Indonesia mendapat pendidikan yang sama rata, baik itu di desa maupun di kota. “Supaya ada jiwa kompetitif di antara mereka,” pungkasnya, Sabtu (15/10).
AZ
Happy
0
0 %
Sad
0
0 %
Excited
0
0 %
Sleepy
0
0 %
Angry
0
0 %
Surprise
0
0 %
Average Rating