Mahasiswa Keluhkan Kompetensi Dosen

Read Time:2 Minute, 58 Second

Kompetensi beberapa dosen dalam menyampaikan perkuliahan dinilai kurang. Mahasiswa pun terkena imbasnya.
Saat memandangi layar laptopnya Akhir April lalu, raut wajah Ami Lutfiah nampak kebingungan. Mahasiswa Jurusan Manajamen Dakwah semester enam  ini merasa kesulitan saat mengerjakan tugas edit video mata kuliah Manajemen Produksi dan Siaran Dakwah. Padahal perkuliahan mata kuliah tersebut sudah memasuki minggu ke-10. Merasa tak sanggup mengerjakan seorang diri, Ami akhirnya mencari bantuan  teman untuk mengerjakan tugasnya.
Setelah bertemu teman yang paham mengenai video, maka Ami mulai mengerjakan  tugas mata kuliahnya seraya menceritakan keluhan mengenai kurang kompeten dosen pengampu dalam mata kuliah tersebut. “Mata kuliahnya Manajemen Produksi Siaran, tapi ngejelasinnyatravel, suka enggak masuk juga,” keluhnya, Kamis (19/5). 
Senada dengan keluhan Ami, salah seorang mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Lutfi Arif Sarifudin pun  memaparkan kinerja dosen mata kuliah Kodikologi yang  dinilainya kurang fokus dalam memyampaikan  materi  perkuliahan. Hal tersebut mengakibatkan kebingungan terhadap mata kuliah Kodikologi tersebut. “Saya iri sama teman kelas lain yang beda dosen, mereka pada mengerti dengan mata kuliah itu,” ungkap Lutfi saat dihubungi Sabtu (20/5).
Terkait keluhan mahasiswa, Dosen mata kuliah Kodikologi Adib Misbachul Islam mengamini materi perkuliahannya tak dimengerti secara merata oleh mahasiswa. Ia beralasan mahasiswa yang tak berasal dari pesantren cukup sulit untuk memahami mata kuliah yang diampunya.
Lebih lanjut Adib mengatakan, selama ini Ia tidak pernah mendapat kritikan atau keluhan dari mahasiswa. Akan tetapi, Ia menerima jika ada mahasiswa yang mengkritik atau memberinya masukan terkait proses pembelajarannya. “Saya terbuka menerima kritik dari mahasiswa,” tegas Adib via WhatsApp, Minggu (21/5).
Menanggapi keluhan tersebut, Wakil Rektor I Bidang Akademik Fadhilah Suralaga tak menampik keberadaan dosen yang kurang kompeten dalam pedagogik. Hal tersebut tak terlepas dari latar belakang dosen. Menurutnya dosen tak seperti guru yang memang khusus dipersiapkan untuk memberikan pengajaran. Dosen tak mesti berasal dari Fakultas Keguruan, tetapi bisa berasal dari berbagai jurusan.
Lebih lanjut Fadhilah mengatakan  secara umum untuk menjadi dosen seseorang harus memiliki empat kompetensi  dasar  seperti pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. “Memang masih ada dosen yang belum menguasai pedagogik, tapi secara profesional mumpuni, begitu sebaliknya” terangnya saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (19/5).
Selain itu, guru besar Fakultas Psikologi ini juga menyarankan mahasiswa yang memiliki unek-unek terkait kinerja dosen agar melaporkannya ke ketua program studi masing-masing. Hal tersebut dilakukan untuk bahan evaluasi universitas.
Berbeda dengan Fadilah, Wakil Dekan I Fakultas Syariah dan Hukum Euis Amalia beranggapan mutu dosen UIN Jakarta saat ini menurun. Ia beralasan dosen saat ini cenderung pragmatis lantaran lebih peduli dengan suatu hal yang cash sehingga kurang berkomitmen dengan kegiatan di kampus.
Bahkan Euis menyayangkan dosen yang kurang peduli dengan Rencana Pembelajaran Semester (RPS). Padahal Sesuai Permenristek Dikti No. 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Pasal 13 Setiap proses pembelajaran mata kuliah dilaksanakan sesuai dengan RPS. “Dosen ketika dimintai RPS susah, padahal wajib,” keluhnya, Kamis (18/5).
Padahal berdasarkan Pasal 45 Undang-Undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menjelaskan bahwa dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani. Tak hanya itu, dosen juga harus memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Sementara itu, untuk memperbaiki kompetensi dosen Fadhilah mengatakan, UIN Jakarta  telah menyelenggarakan workshop pengembangan kompetensi dosen. Tetapi akibat kekurangan dana, workshop baru bisa diikuti oleh sebagian dosen. Padahal, menurut survei Supriyadi Ahmad di tahun 2015 lebih dari 50% dosen mengharapkan agar UIN Jakarta sering mengadakan peningkatan pelatihan dosen. “Dana minim, jadi Workshopbaru bisa diikuti oleh dosen muda,” tutup Fadhilah.

M. Ubaidillah

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Dua Tahun Dede, Tiga Kali Mutasi
Next post Tapak Tilas Korupsi Indonesia