Read Time:2 Minute, 34 Second
Penderita gangguan bipolar sering bermasalah dalam hal pergaulan. Naik turunnya suasana hati yang cukup drastis menjadi masalah utama bagi si penderita.
Banyaknya penderita bipolar di tengah masyarakat menjadi alasan berdirinya komunitas Bipolar Care Indonesia (BCI). Salah satu masalah kejiwaan ini cenderung mengalami penolakan karena perubahan emosi yang drastis ini sukar ditebak gejalanya. Tak sedikit penderita justru menyendiri dan mengurung diri dari lingkungan sekitar.
Komunitas BCI ini bertujuan untuk mewadahi orang dengan bipolar (ODB) dan siapa saja yang peduli dengan bipolar. “Bukan untuk menjadi crisis center yang menangani penderita bipolar,” tutur Wakil Ketua BCI Vindy Ariella, Kamis (11/5). Komunitas ini bukan seperti rumah sakit yang menyembuhkan penderita, namun untuk mewadahi orang yang peduli terhadap penanganan bipolar.
Bipolar merupakan salah satu gangguan jiwa, jelas Vindy, yang ditandai dengan perubahan suasana hati (mood) yang ekstrem. Seorang bipolar dapat mengalami manik dan depresi yang tidak terkendali. Perasaan senang berlebih dan depresi ini memiliki pola yang sama dalam peningkatan atau penurunannya. Selain itu, durasi saat kambuh pun berbeda antara penderitanya.
Faktor penyebab bipolar bisa dari keadaan biologis, genetik, psikologis, dan lingkungan seseorang. Diagnosis penderita bipolar hanya bisa dilakukan oleh psikiater. Terapi idealnya dilakukan dengan menggunakan kombinasi dari obat-obatan, psikoterapi, spiritual serta dukungan dari lingkungan sekitar seperti keluarga, teman, dan pasangan. Sebagai wadah untuk bipolar, Komunitas BCI berperan mendukung proses penyembuhan bipolar ini.
Bentuk dukungan yang diberikan pun beragam, mulai dari memberikan informasi seputar bipolar, tips-tips mengatasi bipolar, serta kegiatan yang menunjang kepulihan. Salah satu kegiatan pendukung ini adalah Art Therapyyang menyediakan sarana pentas seni teater, seni lukis, serta menulis. Anggota komunitas pun sering berkumpul dengan anggota komunitas lainnya yang digunakan untuk saling berbagi informasi mengenai bipolar.
Komunitas BCI ini tidak hanya dikhususkan untuk penderita bipolar saja, sebagian besar masyarakat umum yang peduli terhadap penderita bipolar pun dapat berperan aktif. “Yang ingin bergabung dengan BCI bisa bergabung di grup facebook “Bipolar Care Indonesia” atau follow Instagram “bipolarcare.indonesia” atau bergabung dalam grup whatsapp,” ucap Vindy.
Dalam perjalanannya, komunitas BCI mengalami banyak perkembangan. Menurut Vindy banyak masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap bipolar. Tapi tidak sedikit juga yang tidak mendukung dan bersikap masa bodo dengan keberadaan komunitas ini. Kebanyakan yang peduli adalah yang memiliki sanak saudara yang memiliki gangguan bipolar juga. “Sedangkan yang lain kalau ada acara mereka asal lewat saja,” keluh Vindy.
Tak putus asa, Vindy serta rekan komunitas yang lain pun banyak menjalin kerjasama untuk berlangsungnya kegiatan-kegiatan komunitas BCI. Misalnya, kegiatan psikoterapi kelompok yang didukung oleh Ikatan Psikolog Klinis Indonesia. Selain itu psikoedukasi yang bekerjasama dengan RS Marzuki Mahdi Bogor.
Sebagai salah satu anggota komunitas BCI Bandung yang akrab disapa Ica mengungkapkan mengalami kesulitan dalam hal pergaulan. Tidak sedikit orang yang memahami kondisinya sebagai penderita bipolar. “Melalui komunitas ini saya merasa ada teman, hingga jika punya masalah bisa mencari solusi bareng,” ungkapnya, Jumat (12/5).
Selain itu, wanita asal Bandung ini merasa ada teman senasib dan sepenanggungan setelah mengikuti komunitas BCI. Dengan bergabung dalam komunitas Ia mendapat tempat untuk membantu sesama penderita bipolar agar bisa mengontrol emosi serta stabilnya jiwa. “Bisa membuat mereka yang tadinya badmood jadi kembali senang,” pungkasnya.
Yayang Zulkarnaen
Happy
0
0 %
Sad
0
0 %
Excited
0
0 %
Sleepy
0
0 %
Angry
0
0 %
Surprise
0
0 %
Average Rating