Tilik Seni Dinding Gua

Read Time:2 Minute, 59 Second

Selain memberi nilai keindahan, bebatuan pada zaman dahulu banyak menyimpan cerita sejarah. Mulai dari tempat berlindung hingga media gambar yang ada di alam sekitar.

Bongkahan batu berdiameter tidak kurang dari 100cm berwarna cokelat menyambut pengunjung di Gedung A Pameran Galeri Nasional, Jakarta, Sabtu (13/5). Terletak di seberang meja registrasi, batu itu menjadi media gambar Anoa. Di sekeliling gambar terdapat telapak tangan (cap tangan) yang seolah mengejar hewan khas Sulawesi ini.
Batu dengan anoa dan cap tangan ini merupakan replika dari lukisan yang ditemukan di Gua Uhallie, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Terletak di tengah hutan, gua ini berada di perbukitan karst (batuan kapur). Lubang gua ini pertama kali ditemukan oleh seorang warga Desa Langi pada tahun 2009 dan di dalamnya ditemukan banyak gambar babi dan cap tangan di dindingnya.
Lebih masuk ke dalam ruang pameran, pengunjung akan disuguhkan oleh lukisan di tembok. Menggambarkan sosok manusia dengan memegang tombang runcing di ujungnya. Mereka hendak memburu babi dan anoa untuk dijadikan bahan makanan. Tak lupa di sekeliling lukisan terdapat cap tangan yang pada umumnya dapat ditemukan di setiap gua di Indonesia yang dihuni manusia pra-sejarah.
Manusia pra-sejarah adalah orang-orang yang hidup sekitar 4.000 tahun yang lalu. Mereka belum mengenal baca dan tulis. Manusia ini lah yang menempati gua sebagai tempat tinggal dan di dalamnya membuat gambar objek-objek yang sering mereka lihat, seperti hewan, figur manusia, tumbuhan, dan perahu.
Di dalam pameran, tak hanya gambar bermedia batu dan lukisan di tembok gedung saja. Tapi banyak gambar manusia prasejarah yang ditemukan di dalam gua-gua di Indonesia ditampilkan dalam bentuk video atau slide. Cara pandang objek di layar dan sorotan proyektor pun bermacam-macam, ada yang berdiri, jongkok hingga posisi tidur. Tujuannya agar pengunjung dapat melihat objek yang digambar.
Masuk ke ruang paling belakang gedung pameran, cahaya dipadamkan membuat seluruh ruang gelap. Terdapat dua bangku yang masing-masing dapat memuat tiga orang. Di depan bangku, terdapat video yang menampilkan proses pengumpulan data pameran. Ekspedisi melewati hutan, gunung dan masuk gua di pedalaman Indonesia dilakukan demi mendapatkan gambar cadas yang ditampilkan dalam Pameran Wimba Kala.
Pameran Wimba Kala merupakan kerjasama antar lembaga di bidang pelestarian cagar budaya, seperti Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman di bawah Kementerian Pedidikan dan Kebudayaan. Pameran ini menampilkan gambar cadas yang merupakan hasil lukisan tangan manusia prasejarah. Manusia ini hidup di dalam gua yang banyak tersebar di Indonesia.
Gambar cadas adalah gambar manusia prasejarah yang digoreskan di dinding-dinding gua. Tersebar di Sumatra, Kalimantan, Maluku, Sulawesi dan Papua objek digambar oleh manusia ras mongoloid. Cadas paling tua ditemukan berumur sekitar 4.000 tahun.
Menurut salah satu Kurator Pindi Setiawan, gambar cadas merupakan ekspresi dari pengembangan pemikiran manusia prasejarah. Maka dari itu, ditemukan figur manusia yang berupa bentuk bulat dan batang untuk tubuhnya (tanpa mata dan mulut). Namun pada perkembangannya ditemukan gambar dengan mata dan ekspresi wajah. “Paling muda ditemukan sekitar 1000 tahun,” katanya sambil memandu keliling pameran, Sabtu (13/5).
Gambar cadas merupakan seni yang dapat ditemukan di dinding gua, permukaan batu yang keras hingga tebing pantai. Lokasi yang sulit dijangkau membuat karya seni tua dari manusia prasejarah ini terancam kelestariannya. Terlebih di beberapa tempat seperti Sulawesi terdapat pabrik semen yang berada di sekitar pegunungan karst yang terdapat gambar cadas.

Pameran Wimba Kala ini berlangsung sejak 28 April dan berakhir 15 Mei kemarin. Dikuratori oleh Rizki A Zaelani, R Cecep Eka Permana dan Pindi Setiawan pameran ini juga di ramaikan oleh perupa seperti Andang Iskandar, Irman A. Rahman, dkk. Tak hanya menampilkan karya lukis bermedia baru, tapi juga replika tulang manusia prasejarah beserta tempat kuburnya di tanah.

Lia Esdwi Yani Syam Arif

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Pentingnya Memelihara Kesehatan Jiwa
Next post Lepas Ingatan Keluarga