Menganalisis Teknologi Nuklir

Read Time:2 Minute, 30 Second

Masyarakat Indonesia banyak yang belum memahami nuklir. Apalagi nuklir dalam stigma  masyarakat adalah sebuah ancaman bagi lingkungan. Namun, permasalahan itu disebabkan dari ketidaktahuan dalam mempelajari Ilmu Nuklir. Sehingga membuat masyarakat segan untuk mempelajarinya. Sedangkan bagi masyarakat yang telah mengetahui Ilmu Nuklir, memberikan anggapan yang baik dalam mempelajarinya.

Beranjak dari keadaan tersebut, Komunitas Muda Nuklir Nasional (KOMMUN) terbentuk pada 11 Februari 2013. Pertama kali terbentuk Komunitas tersebut tak lain dari mahasiswa penerima beasiswa Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang berasal dari Universitas  Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Kemudian, terbentuklah Ketua Umum KOMMUN yang pertama adalah Akhmad Aji Wijayanto yang merupakan mahasiswa Teknik Nuklir UGM. Pemilihan Ketua Umum pertama ini dilakukan dengan cara voting di ruang Kantor Pusat Fakultas Teknik (KPFT). Sehingga, KOMMUN itu memiliki pusat di wilayah Yogyakarta.

Tak lama kemudian, pada awal kepengurusan Ketua Umum Ketiga, Ganjar Putro Indratoro mengadakan musyawarah nasional. sehingga terjadilah perombakan AD/ART, salah satunya struktural Komunitas.

Setelah adanya AD/ART, KOMMUN pusat itu pun diubah menjadi Badan Pengurus Harian (BPH). KOMMUN yang terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Sekretaris I dan II, Kepala Biro PSDM, Kepala Departemen Kajian Ilmiah, Kepala Departemen Multimedia, Kepala Departemen Humas dan Kordinator Wilayah (korwil).

Pada periode Kepemimpinan Ganjar Putro Indratoro, komunitas ini pun tersebar di 10 wilayah yaitu Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Malang, Tangerang Selatan, Semarang, Palembang, Bogor, Solo dan Kalimantan Timur. Kemudian pada tahun 2017 dalam Annual Meeting (AM), diresmikanlah KOMMUN wilayah baru yaitu Surabaya.

Salah satu Sekretaris Jenderal (Sekjen) KOMMUN yaitu Muhammad Imam Ammarullah mahasiswa Teknik Mesin Universitas Sriwijaya mengutarakan, tujuan awal didirikannya komunitas ini berawal untuk mengembangkan diri dan mengetahui proses nuklir yang tepat dalam menggunakannya.” Komunitas ini menjadikan wadah untuk sosialisasi IPTEK nuklir di Indonesia,” ujarnya, Kamis (9/8).

Komunitas Muda Nuklir Nasional (KOMMUN) merupakan komunitas yang memiliki kerangka kerja mewadahi aspirasi para pemuda yang peduli dalam memanfaatkan IPTEK nuklir berskala nasional. Komunitas Muda Nuklir Nasional (KOMMUN) ini terdiri dari 620 anggota yang tersebar di 11 wilayah.
Menurut Ketua Umum KOMMUN, Indira Puspadewanty mahasiswa Kimia Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengatakan komunitas ini mempunyai kegiatan diskusi mengupas tentang nuklir dari segala sisi, bincang-bincang nuklir (BBN), dan program kerja. “program ini dilakukan di setiap wilayah,” ungkapnya, Kamis (9/8).

Ia pun menambahkan, banyak aplikasi nuklir dalam kehidupan Seperti dalam bidang pangan banyak produk-produk hasil iradiasi bahan pangan dan dalam bidang kedokteran nuklir dapat digunakan sebagai obat kanker. “Nuklir tidak hanya memiliki sisi negatif, melainkan memiliki sisi positif,” ujarnya.

Menurut salah satu Anggota KOMMUN, Muhammad Ali Akbar mahasiswa Teknik Kimia Universitas Pamulang mengatakan bahwa KOMMUN memberikan manfaat kepada masyarakat untuk mengetahui ilmu tentang teknologi dan sejarah teknologi berkaitan dengan nuklir. “Saya merasakan manfaat setelah mengikuti komunitas ini, saya mendapat ilmu tentang teknologi dan keluarga baru,” Ujarnya pada Senin (13/8).

Ketua Umum KOMMUN, Indira Puspadewanty mengutarakan komunitas ini antusias menyebarkan manfaat bagi masyarakat, menyebarluaskan informasi mengenai nuklir dan membuka wawasan dalam menguasai nuklir. “Semoga memberikan manfaat bagi masyarakat,” tuturnya, Kamis (9/8).

ITH

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Maba FITK Keluhkan Waktu Salat
Next post Langkat, Surga Tersembunyi