Mengasah Pedagogi di Negeri Orang

Read Time:1 Minute, 53 Second

Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan salah satu tujuan dalam melakukan sebuah pendidikan, pengajaran, penelitian, pengembangan, dan pengabdian untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. Bahkan, Tri Dharma Perguruan Tinggi juga memberikan tanggung jawab yang di topang penuh oleh seluruh mahasiswa.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi disebutkan, Pengabdian kepada Masyarakat adalah kegiatan civitas academica yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Seperti halnya mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang diwajibkan untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat saat menginjak semester 6 dengan cara Kuliah Kerja Nyata (KKN). Namun berbeda dengan beberapa mahasiswa relawan pengajar di luar negeri sebagai bentuk mengisi waktu luang selama libur kuliah.
Salah satunya ialah Aprian Handayani, mahasiswa UIN Jakarta semester 5 jurusan pendidikan kimia. Ia mengaku memiliki niatan untuk menjadi relawan pengajar karena kuliah sedang libur selama 3 bulan. “Saya mencari program volunteer mengajar untuk mengisi waktu liburan,” ujarnya saat dihubungi via whatsapp,  Senin (20/8).
Bagi aprian, di saat berada di Negeri Gajah Putih mesti menghadapi perbedaan berbahasa dan budaya. Bahkan, untuk mengajar pun butuh proses lama untuk memahami diantara guru dan murid. “Kalau sudah tidak saling mengerti, kita memakai google translate,” tuturnya.
Tak hanya Aprian saja,  salah satu mahasiswa UIN Mas’udah, mahasiswa semester 5 jurusan pendidikan kimia mencoba untuk menjadi relawan pengajar di Filipina pada bulan Juli lalu. Pasalnya, ia tertarik untuk menambah proses kemampuan mengajar. Bahkan, ia pun berinisiatif  untuk mengisi waktu luang. “Kebetulan saya memang senang mengajar, sebelum di Filipina saya juga pernah mengajar di Malaysia,” ungkapnya, Senin (20/8).
Namun, Proses untuk menjadi relawan pengajar di luar negeri tentu tidak mudah. Mereka harus mengikuti beberapa tahap seleksi seperti pemeriksaan berkas, penulisan esai hingga wawancara. Namun menurut Mas’udah, menjadi relawan di luar negeri memiliki keuntungan tersendiri seperti bisa menambah wawasan tentang negara lain dan bisa mengembangkan cara mengajar agar bisa lebih baik.
Mengenai mahasiswa yang menjadi relawan pengajar di luar negeri, Yusran Razak selaku wakil rektor (Warek) III bidang kemahasiswaan sangat mendukung dan merespons positif. Ia juga menyarankan agar para mahasiswa bekerja sama dengan institusi yang lebih berwenang, sehingga hal yang berhubungan dengan materiel atau pendanaan tidak berat. “Kita akan terus memberikan dukungan secara moral kepada para mahasiswa yang menjadi relawan,” pungkasnya, Selasa (21/8).

RDA

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Langkat, Surga Tersembunyi
Next post Panggung Cinta Untuk Lombok