Read Time:2 Minute, 5 Second
GAZA – Setidaknya ada sepuluh truk besar yang sudah berkumpul sejak pagi, berbaris untuk mengantre di salah satu stasiun pengisian bahan bakar umum di Gaza. Total keseluruhan ada sebanyak 100.000 liter bahan bakar yang siap dimasukkan ke dalam truk, untuk selanjutnya didistribusikan ke sejumlah rumah sakit di Gaza.
Usai prosesi pengisian bahan bakar, truk pengangkut yang telah diberi label bertuliskan “Indonesia Save Palestine, Fuel Distribution for Palestinian Hospital’s Electricity” pun siap memulai perjalanan. Satu per satu truk keluar dari stasiun pengisian bahan bakar.
Melewati tengah kota Gaza, jalan tampak lengang untuk sebuah kota kecil dengan dua juta populasinya. Tak banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Menyaksikan lebih detail, bukan hanya ada bendera Palestina yang terpampang di salah satu sisi setiap truk. Ada dua bendera lain yang turut melengkapi: bendera Indonesia dan bendera Aksi Cepat Tanggap (ACT).
Ya, tak ingin penderitaan warga Gaza kian bertambah, ACT dan bangsa Indonesia pun turut merespons cepat krisis yang berujung membahayakan sistem kesehatan di Gaza. Akhir Januari kemarin, ACT telah menyalurkan sebanyak 100.000 liter bahan bakar untuk rumah sakit di Gaza.
“ACT telah berkomitmen akan menanggapi situasi genting di Gaza. ACT bantu memasok bahan bakar untuk delapan rumah sakit di Gaza dengan berkoordinasi langsung dengan Mitra Kemanusiaan ACT, termasuk Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Palestina di Gaza,” ungkapAndi Noor Faradiba dari Global Humanity Response (GHR) ACT.
Faradiba juga menyebutkan, bantuan bahan bakar dari Indonesia menyasar ke 8 rumah sakit umum yang tersebar di seantero Gaza, yakni Rumah Sakit (RS) Al-Shifa, RS. Kamal Adwan, RS. Beit Hanoun, RS. Al-Durra, RS. Al-Harazeen, RS. SakitShohada Al-Aqsa, RS. Naser, dan RS. European.
“Masing-masing rumah sakit menampung jumlah pasien berbeda. Tiga di antaranya biasa melayani lebih dari seribu, antara lain RS. European dengan 1.600 pasien, RS. Al-Shifadengan 1.450 pasien, dan RS. Naseerdengan 1.300 pasien,” papar Faradiba.
Menurut fakta sebelum ACT melakukan aksi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa sistem kesehatan di Gaza berada di ujung tanduk. Harga bahan bakar melambung tinggi, sedangkan suplai listrik untuk rumah sakit semakin terbatas. Padahal, data mencatat Gaza membutuhkan 500.000 liter bahan bakar per hari untuk pasokan listrik rumah sakit. Akibatnya, hampir seluruh rumah sakit di Gaza hanya mengandalkan bantuan bahan bakar dari sejumlah lembaga donor internasional, itu pun jumlahnya terbatas.
“Insya Allah, setelah mendapat bantuan bahan bakar, 8 rumah sakit itu bisa beroperasi selama dua pekan ke depan. Sehingga, suplai bahan bakar ini mampu melayani ribuan pasien di semua instalasi rumah sakit di sana,” pungkas Faradiba.
[]Penulis: NimasAfridhaAprilianti
Average Rating