Read Time:2 Minute, 58 Second
Demi memenuhi kebutuhan perkuliahan, pelbagai upaya ditempuh mahasiswa. Salah satunya, bekerja sebagai tim survei Pemilu di pelbagai lembaga.
Tinggal hitungan minggu Indonesia akan menghelat pesta demokrasi, tepatnya pada 17 April 2019. Masyarakat pun dengan gegap gembita menyambut pesta lima tahunan tersebut. Bagi sebagian mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, ajang Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) tak ubahnya lahan rezeki.
Pelbagai lembaga survei seperti Polmark, Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) dan Indikator turut memeriahkan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 kali ini. Mereka berlomba-lomba menyajikan data Pemilu dari hasil survei. Mahasiswa pun ikut berpartisipasi bekerja sebagai tim survei.
Sebagaimana dialami Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Jurusan Kimia Rifki Wahyu Hidayat.Untuk mengisi waktu luang liburan, dirinya turut andil bekerja sebagai tim survei di beberapa lembaga. Bermula dari ajakan teman, kurang lebih dua minggu ia menggeluti pekerjaan tersebut.
Tak mudah bekerja sebagai tim survei, berbagai penolakan dialami Rifki. Misalnya, ia pernah ditolak ketika mengurus perizinan tugas di Kecamatan Kebagusan, Jakarta Selatan. Alhasil ia pun terpaksa mencari lokasi lain. “Tidak mudah menyebarkan kuisioner begitu saja,” tegas Rifki, Rabu (6/3).
Bagi Rifki, tujuan utama bekerja sebagai tim survei tak lebih untuk membayar biaya kuliah. Walaupun selebihnya dapat ia gunakan untuk jajan dan keperluan lainnya. Upah yang ia terima lumayan besar, sekitar Rp 750 ribu per lembaga survei. Jika ditotalkan, pendapatan yang ia terima selama dua minggu bekerja di tiga lembaga survei mencapai Rp 2 juta . “Enak sih sebenernya kalo udah dijalanin. Capek tapi senang,” ungkapnya, Rabu (6/3).
Hal serupa dirasakan oleh mahasiswa Fakultas Ushuluddin Jurusan Ilmu Tasawuf Bunga (Nama samaran). Karena kebutuhan di kampus, ia mau bekerja sebagai tim survei. Sebagai mahasiswa, ia pun punya keinginan memperoleh uang dari hasil jerih payah sendiri. Selain rasa penasaran yang ia alami tentang mekanisme kerja sebagai tim survei.
Ada banyak keuntungan yang didapat Bunga sebagai tim survei. Diantaranya menambah rasa kepercayaan diri, melatih etika berbicara, dan tentunya dapat menjelajahi tempat baru. Salah satu tugas tim survei adalah mewawancara warga, hal tersebutlah yang membuat tingkat kepercayaan diri Bunga bertambah.
Bukan hanya keuntungan, kendala pun harus Bunga dihadapi. Misalnya, saat ia ditempatkan di daerah perkotaan, banyak warga berprasangka negatif. Tapi ia memakluminya, sebab maraknya kasus penipuan menjadikan warga waspada. Bahkan temannya sebagai tim survei pernah disangka penipu. “Teman saya harus menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebelum wawancara,” ujarnya, Rabu (6/3).
Menjadi tim survei bukan pengalaman pertama bagi Bunga, sebelumnya ia pernah ditempatkan di pelosok Kabupaten Cianjur. Jarak tempuh yang jauh, mengharuskan Bunga berangkat dari Ciputat pagi buta untuk mengejar waktu. Untungnya, uang transportasi yang ia dapatkan tidak sedikit. “Waktu itu saya mendapat ongkos Rp 700ribu,” tuturnya.
Bekerja sebagai tim survei karena faktor kebutuhan hidup, tak hanya dialami Bunga. Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Jurusan Ilmu Tasawuf Muhammad Supriyadi turut merasakannya. Ia menganggap manfaat yang diperoleh sebagai tim survei cukup banyak, salah satunya dapat bersosialiasi dengan masyarakat.
Supriyadi penah mengalami peristiwa menyedihkan ketika ditugaskan di perkotaan. Sifat warga kota yang acuh membuat dirinya kesulitan mewawancarainya. Tak hanya itu, bahkan banyak juga warga yang meremehkannya. “Ada yang menanggap kita sebagai pengemis,” ungkapnya, Sabtu (9/3).
Menanggapi banyaknya mahasiswa UIN Jakarta yang bekerja menjadi tim survei, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Masri Mansoer menyambut positif kegiatan tersebut. Menurutnya andil menjadi tim survei, mahasiswa bisa menambah pengalaman dan melatih diri untuk membaca berbagai karakter masyarakat.
Masri berpesan, agar mahasiswa yang bekerja sebagai tim survei dapat bertugas dengan baik dan benar. Sebagai kaum terpelajar, mahasiswa harus bekerja sejujur mungkin dan tidak melakukan kecurangan. “Jangan pernah memanipulasi data,” tegas Masri saat ditemui di ruangannya, pada Jumat (8/3).
Average Rating