Saksi Bisu Sumpah Pemuda

Saksi Bisu Sumpah Pemuda

Read Time:2 Minute, 22 Second
Saksi Bisu Sumpah Pemuda

Destinasi wisata yang memberikan edukasi sejarah memang patut dikunjungi. Seperti halnya Museum Sumpah Pemuda yang mengedukasi pengunjung perihal kongres pemuda II tahun 1928 silam.
Berbicara soal Jakarta rupanya tak melulu tentang pusat perbelanjaan dan gedung pencakar langit yang menjulang. Dibalik gemerlapnya, Ibukota Indonesia ini juga menyimpan sejuta kisah. Salah satunya gedung yang pernah dijadikan sebagai tempat berlangsungnya Kongres Pemuda II. Kini, gedung itu telah disulap menjadi museum bernama Museum Sumpah Pemuda. 
Sebelum dijadikan museum oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, mulanya gedung tersebut bernama Gedung Kramat 106. Gedung milik Sie Kong Liong ini dulunya diperuntukkan sebagai pondokan pelajar, tempat latihan kesenian “Langen Siswo” dan juga diskusi politik. Gedung tersebut juga menjadi saksi sejarah lahirnya Kongres Pemuda Kedua pada tanggal 27-28 Oktober 1928. 
Saat ini, bangunan utama Gedung Museum Sumpah Pemuda yang beralamat di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat ini ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya Peringkat Nasional melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 254/M/2013, tanggal 27 Desember 2013.
Pilihan moda transportasi untuk menuju ke Museum Sumpah Pemuda cukup mudah. Pengunjung dapat naik busway kemudian turun di Halte PAL Putih dan dilanjutkan dengan berjalan kali sekitar 5 menit. Hanya dengan merogoh kocek Rp2000 pengunjung dapat menikmati suasana museum. 
Museum Sumpah Pemuda ini sangat mudah dijumpai karena letaknya persis di pinggir jalan. Ketika tiba di depan museum, pengunjung disuguhkan dengan pemandangan gedung bergaya tempo dulu dengan jendela dan pintu yang besar. Teras gedung pun dilengkapi dengan kursi dan meja yang menambah nuansa klasik bak era tahun 20an. 
Memasuki ruang utama, pengunjung langsung diperlihatkan diorama pemuda yang sedang berdiskusi. Di ruang sebelahnya, terdapat bendera yang menjadi lambang organisasi pergerakan pemuda pada waktu itu. Tak hanya itu, dinding ruangan juga dihias dengan gambar yang dilengkapi sejarah organisasi pemuda seperti Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI). 
Di ruangan lainnya, terdapat diorama para pemuda yang sedang memperhatikan patung replika W.R Soepratman yang tengah memainkan biola. Bukan hanya diorama, museum ini juga menyimpan biola yang pernah dipakai oleh sang pencipta lagu Indonesia Raya tersebut. Untuk menjaga keamanannya, biola diletakkan di etalase kaca. 
Terdiri dari 8 ruangan, museum ini memang hanya berisi diorama dan juga gambar yang terpajang rapi di dinding. Tapi, ada satu keunikan dan kelebihan lainnya, yakni masih terawatnya sebuah motor vespa berwarna biru yang menjadi saksi bisu lahirnya sumpah pemuda. Di bagian belakang gedung terdapat juga relief yang menggambarkan suasana pembacaan naskah sumpah pemuda. 
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Danvie Utami mengaku mengunjungi museum ini karena ingin melihat jejak peninggalan para pemuda ketika melaksanakan sumpah pemuda. Hanya saja, menurutnya, koleksi museum ini masih kurang lengkap. Tapi dari segi fasilitas, menurutnya museum ini cukup nyaman. “Harapan saya koleksi tentang pergerakan pemuda pada waktu itu bisa ditambah lagi untuk edukasi juga,” ujar perempuan yang akrab disapa Vivi ini, Rabu (9/10).
Rizki Dewi Ayu

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Mobile AIS Tak Praktis Previous post Mobile AIS Tak Praktis
Komunitas Rempah Untuk Sejarah Next post Komunitas Rempah Untuk Sejarah