Tindak Media terhadap Diskriminasi Agama

Tindak Media terhadap Diskriminasi Agama

Read Time:2 Minute, 3 Second

Tindak Media terhadap Diskriminasi Agama

Agama merupakan sebuah konsep keyakinan bagi setiap manusia yang menganutnya. Setiap orang memiliki hak dalam memilih suatu agama. Namun, tidak dipungkiri di negara ini hanya enam agama yang dilegalkan. Terdapat beberapa kalangan masyarakat Indonesia yang menganut kepercayaan di luar enam agama tersebut. Beberapa di antaranya yaitu Ahmadiyyah dan Sunda Wiwitan. Dari sanalah muncul kasus diskriminasi kepada kalangan yang menganut kepercayaan tersebut. Hingga muncul julukan “sesat” kepada beberapa penganut kepercayaan tersebut di kalangan masyarakat dan media.  


Menurut riset konseptor Lembaga Pers Mahasiswa Aspirasi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, banyak isu diskriminasi agama di sekitar masyarakat. Diskriminasi ini mengarah kepada agama dan kepercayaan yang minoritas. Persoalan diskriminasi tak akan lekang dalam kehidupan ini.

Berkaitan dengan isu diskriminasi yang merebak, LPM Aspirasi menghelat seminar  bertajuk “Ketika Agama dan Kepercayaan Minoritas Didiskriminasi serta Bagaimana Seharusnya Media Berperan.”  Pada Kamis (31/10). Seminar ini diselenggarakan untuk membahas lebih dalam kasus diskriminasi ini secara serempak, sekaligus dalam rangka merayakan ulang tahun ke-36 LPM Aspirasi UPN Veteran. Acara ini berlangsung di Auditorium Bhineka Tunggal Ika UPN veteran Jakarta dan di buka untuk umum. 

Menurut Ketua Pelaksana, Indah Julanar mengatakan Seminar ini bertujuan untuk memperlihatkan kepada masyarakat dan media yang dengan gamblangnya menggunakan kata “sesat”, bahwa sesat tidak bisa diukur dan ditentukan. Setiap orang mempunyai hak untuk memilih kepercayaan (agama) mereka masing-masing. “Seharusnya media mengedukasi masyarakat terkait diskriminasi ini, bukan malah melanggengkan isu  diskriminasi kepercayaan minoritas yang dianggap sesat oleh beberapa kalangan masyarakat,” tutur Indah pada Kamis (31/10).

Menurut salah satu peserta seminar, Ester Manda Caroline mengungkapkan ia mengikuti seminar ini karena tertarik dengan pembahasannya yang terkesan sensitif karena membahas isu diskriminasi agama di Indonesia.  Ia pribadi seorang penganut kepercayaan kristen protestan, menurut ia agama yang ia anut termasuk salah satu agama yang didiskriminasi. “Saya merasa agama Saya juga agak didiskriminasi,” Ujar Ester pada Kamis, (31/10).  
 
Selain itu, seminar ini diisi oleh pemateri yang menganut kepercayaan minoritas  di Indonesia. Pemateri-pemateri tersebut diantaranya adalah Iskandar Gumay salah satu penganut Jemaat Islam Ahmadiyah dan Dewi Kanti salah satu penganut Kepercayaan Sunda Wiwitan.  Tidak lupa pula menghadiri peneliti human resource yaitu Andreas Harsono. 

Setelah sesi perbincangan yang spesifikasi membahas isu diskriminasi kepercayaan minoritas tersebut, dilanjut dengan materi yang di bawakan oleh Endy Bayuni seorang Editor Senior Jakarta Post. Endy Bayuni menjelaskan mengenai peran media terhadap isu diskriminasi agama. “Agama merupakan genre penting yang sering terlupakan oleh jurnalis” tutur Endy pada Kamis (31/10).

NQ

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Agama dan Budaya dalam Pusaran Globalisasi Previous post Agama dan Budaya dalam Pusaran Globalisasi
Emka, dari Wartawan hingga Novelis Next post Emka, dari Wartawan hingga Novelis