Read Time:2 Minute, 27 Second
Oleh: Fitha Ayun Lutvia Nitha*
Pemerintah Republik Indonesia telah menerapkan segala protokol guna menekan percepatan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Namun, seperti yang kita ketahui, banyak dari masyarakat yang tetap melanggar imbauan yang ada. Beberapa waktu terakhir, muncullah tagar #IndonesiaTerserah di media sosial Twitter yang kemudian menjadi tren.
Tagar tersebut juga menjadi gambaran atas kekecewaan para rekan medis yang selama ini menjadi garda terdepan dalam penangan Covid-19. Mereka mulai lelah dengan cara masyarakat Indonesia menyikapi pandemi Covid-19. Bagaimana tidak? Di saat dokter, perawat, dan sejawat tenaga kesehatan lain berperang sebagai benteng terakhir, tak sedikit masyarakat yang masih acuh tak acuh. Pada cuitan seorang dokter di akun Twitter-nya @ferdiriva, ia bahkan mengunggah video berisi sindiran untuk orang-orang yang dikatakan “keluyuran gak penting”, “jalan-jalan ke mal”, dan “ngumpul bareng teman-teman”.
Ada orang yang bahkan secara gamblang menyerukan untuk tak perlu memakai masker dan bersikap berlebihan. Merespons kejadian itu, Dokter Tirta Mandiri Hudi hanya bisa geleng kepala. Di akun Instagram–nya @dr.tirta, Dokter Tirtamengunggah foto rekan dokter dengan alat pelindung diri lengkap, memamerkan secarik kertas yang tertulis “Indonesia? Terserah!!! Suka-suka kalian saja”.
Melihat hal tersebut, benarkah Indonesia sudah melewati fase kritis penyebaran Covid-19? Atau, masyarakat hanya sekadar ingin sejenak rehat dari rasa penat? Adalah miris melihat kondisi Indonesia yang sedang rancu seperti ini. Jika melihat perkembangan data Covid-19 yang terus meningkat, entah siapa yang patutdisalahkan. Pemerintah yang kurang tegas atau malah rakyatnya yang bandel?
Kenaikan angka penyebaran Covid-19 pada Mei silam bahkan sempat meghebohkan penduduk Indonesia. Dilansir dari Cable News Network (CNN) Indonesia, juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan, per Kamis (21/5) peningkatan kasus pasien positif menyentuh angka tertinggi sebesar 973 orang. Menanggapi peningkatan tersebut, jelas masyarakat harus ikut koreksi diri. Masyarakat seharusnya dapat lebih bijak dalam bertindak, banyak jiwa yang perlu diselamatkan.
Pemerintah memang telah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan harapan dapat meminimalisirpenyebaran Covid-19. Namunkenyataannya, dilansir dari detik.com, data hasil PSBB dan kebijakan pandemi Covid-19 di Indonesia paling tidak sukses atau bahkan buruk dibanding dengan tingkat kesuksesan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Katanya PSBB, nyatanya bandara banjir pemudik. Kegiatan ibadah dikurangi, tetapimasyarakatmalah berbondong-bondong ke pusat perbelanjaan.
Pemerintah pun langsung mengambil langkah baru, mencoba memberikan solusi dengan menyambut fase normal baru atau biasa disebut new normal di tengah pandemi ini. Normal baru yang akan diterapkan di beberapa kota ini terdiri dari lima fase, mulai daripengoprasian industri, pembukaan mal dan toko, pengaktifan pendidikan, hingga evaluasi yang akan tetap berjalan dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Oleh karena itu, hemat penulis, perlu kiranya masyarakat Indonesia menunjukkan kepedulian akan negaranya. Sampingkan sifat egoisme antar individu, tidak saling menyalahkan, pun bersatu untuk menegakkan program pemerintah dalam penanganan Covid-19. Sebisa mungkin meminimalisir kegiatan di luar rumah, tetap berhati-hati, serta stay safe. Tertib menuju Indonesia bisa!
*Penulis merupakan Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Average Rating