Beberapa jurusan atau program studi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sedang menjalankan proses magang atau praktik kerja lapangan. Namun sebagai penerapan adaptasi kebiasaan baru, para mahasiswa harus menyesuaikan diri untuk dapat menuntaskan mata kuliah tersebut.
Walau mata kuliah magang tak wajib diambil, Mahasiswa Ilmu Perpustakaan Juan Ega tetap melaksanakan magang. Sebab jenuh selalu berada di rumah, ia pun mencari kesibukan yang dapat menambah pengalaman sekaligus menerapkan ilmu perkuliahannya. Juan pun memulai kegiatan magang pada Senin (9/11) lalu.
Berbasis luar jaringan (luring), Juan mengolah bahan pustaka di perpustakaan masjid milik salah satu alumninya. Juan menuturkan, sangat jarang instansi yang membuka lowongan magang pada masa pandemi ini. Menurutnya, keterbatasan regulasi oleh Pemerintah Daerah setempat juga menjadi hambatan terselenggaranya kegiatan magang.
Dalam pelaksanaannya, Juan tentu menerapkan protokol kesehatan, seperti halnya menggunakan masker dan mencuci tangan dengan rutin. Selain itu, jaga jarak juga wajib diterapkan oleh para mahasiswa magang. “Semuanya dilakukan dengan ketat,” tegas Juan melalui WhatsApp, Sabtu (21/11).
Berbeda dengan Ilmu Perpustakaan, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah mewajibkan pelaksanaan magang untuk setiap mahasiswanya. Kerap disebut Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP), mahasiswa tingkat akhir nantinya akan menerapkan ilmu pengajaran mereka secara langsung kepada siswa. Seperti halnya Ade Irma Febriyanty, ia melaksanakan PLP di Sekolah Dasar Negeri Semanan 08 Pagi pada September lalu.
Ade menuturkan, dalam keadaan pandemi saat ini, PLP diselenggarakan dengan dua sistem. Awalnya, tahap pertama PLP dilakukan dengan sistem luring. Akan tetapi sebab peningkatan kasus pandemi, kegiatan dialihkan secara dalam jaringan (daring). Tahap kedua PLP—di mana mahasiswa mulai melakukan pengajaran kepada siswa—kemudian dilanjutkan secara daring. Namun beberapa kali, kegiatan pemberkasan, persiapan mengajar, serta persiapan ujian mengajar mengharuskan mahasiswa datang ke sekolah.
Sebagai mahasiswa angkatan pertama yang menjalankan PLP dengan sistem yang berbeda, Ade pun merasakan beberapa kendala. Akses jaringan internet yang tak stabil menjadi salah satunya. Hal tersebut sangat menghambat proses pelaksanaan kegiatan. “Seperti ketika ada pertemuan dan pengarahan dari pihak fakultas menggunakan Zoom, saya sering kesulitan,” ungkap Ade, Sabtu (21/11). Dengan begitu, pihak fakultas terkadang menggunakan WhatsApp untuk menggantikan Zoom. Namun Ade mengaku, informasi yang disampaikan kurang dapat diterima dengan baik.
Menurut Ade, keadaan saat ini membuat pemangku kebijakan dan mahasiswa sama-sama masih mencoba hal baru dengan menerapkan PLP berbasis daring. Tak menutup kemungkinan, kendala-kendala tersebut nantinya berpengaruh kepada hasil PLP itu sendiri.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Daffa Novembry, Mahasiswa Manajemen Pendidikan (MP) tingkat akhir yang telah selesai melaksanakan kegiatan magang pada Jumat (13/11). Selama kurang lebih satu bulan, ia magang di Subdirektorat Pendidikan Pesantren, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kementerian Agama Republik Indonesia.
Pihak Jurusan Manajemen Pendidikan memberlakukan magang secara luring, alias Work From Office (WFO). Dengan sistem WFO, Daffa merasakan tantangan tersendiri untuk dapat beradaptasi dengan protokol kesehatan yang ketat. “Saat beraktivitas di kantor, kita harus selalu menggunakan masker, mencuci tangan, dan menggunakan hand sanitizer,” ujar Daffa, Selasa (24/11). Menurutnya, adaptasi tersebut menjadi kebiasaan baru dalam lingkungan kerja di mana pun.
Selama melaksanakan magang, Daffa tak lepas dari rasa khawatir karena kerap harus bertugas ke luar kota dan bertemu peserta kegiatan dari berbagai daerah. Setiap bertemu orang baru, ia selalu bertanya-tanya apakah orang tersebut terpapar virus atau tidak. “Banyak melakukan diskusi bersama dan bertemu rekan kerja, hal itu menjadi suatu kekhawatiran besar bagi saya,” imbuh Daffa.
Menanggapi kegiatan magang saat pandemi, Kepala Jurusan MP Mu’arif, mengatakan bahwa kegiatan magang memang dilakukan secara luring. Namun jika tempat magang memberlakukan kegiatan secara daring, hal tersebut juga diperbolehkan. Karena magang termasuk dalam mata kuliah, mahasiswa harus memenuhi Sistem Kredit Semester (SKS) yang berlaku. “Waktu kerja harus sama sesuai SKS, minimal lima jam per hari,” ungkap Mu’arif, Senin (30/11).
Persyaratan pengajuan magang tetaplah sama sebagaimana sebelum pandemi, baik dari segi akademik maupun administrasi. Hal yang berbeda hanyalah pemilihan tempat magang agar tak membebankan mahasiswa. Selama pandemi, pihak Jurusan Manajemen Pendidikan memberlakukan dua kebijakan magang, yaitu di instansi pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan atau di lembaga pendidikan sekolah madrasah.
ARA, NM
Average Rating