Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta akan menggelar perkuliahan tatap muka secara bertahap. Hal tersebut disampaikan melalui edaran bernomor B-3270/R/HK.00.7/08/2021 Tentang Kegiatan Akademik dan Nonakademik. Dengan adanya edaran tersebut membolehkan kegiatan perkuliahan untuk diadakan secara langsung. Di dalam edaran tertulis bahwa kegiatan perkuliahan dapat dilaksanakan secara luring untuk mata kuliah yang capaian kompetensinya tidak tercapai secara maksimal dengan pembelajaran daring.
Beberapa persyaratan untuk berkuliah tatap muka di antaranya adalah mahasiswa dan dosen dalam kondisi sehat dan telah menjalani vaksinasi Covid-19, tidak memiliki gejala komorbid, serta bersedia menjalankan protokol kesehatan. Jumlah peserta pembelajaran tatap muka juga dibatasi hanya 50% dari total kapasitas ruangan.
Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fdikom), Yopi Kusmiati mengungkapkan, bahwa dirinya belum mengetahui adanya instruksi rektor untuk perkuliahan tatap muka, karena menurutnya rektor akan langsung memberikan instruksi kepada Lembaga Penjamin Mutu dan belum sepenuhnya disampaikan ke dosen-dosen fakultas. “Perlu diadakan survei terlebih dahulu, nantinya keputusan akan diambil berdasarkan hasil survei tersebut,” ujarnya saat diwawancarai Institut (14/10).
Sekretaris Program Studi (Prodi) Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS), Andri Noor Ardiansyah mengatakan, keputusan jurusannya untuk mengadakan kuliah tatap muka karena memanfaatkan momen dan kesempatan. “Selagi bisa dan dibolehkan oleh rektorat,” ujarnya saat ditemui di Gedung Program Profesi Guru (PPG), Kamis (7/10).
Ia juga mengungkapkan bahwa PIPS melaksanakan perkuliahan dengan tiga skema: hybrid learning, blended learning, serta online.Skema hybrid dilakukan dengan mengadakan perkuliahan secara tatap muka dan online secara bersamaan, dengan bantuan platform Zoom. Sementara itu, skema blended learning menyeling pembelajaran online dan tatap muka. Selain itu, masih ada juga mata kuliah yang mengadakan perkuliahan secara daring. “Saat ini proporsi mata kuliah yang melakukan pembelajaran tatap muka di PIPS sekitar 50%,” tutur Andri, Kamis (7/10).
Menurut Andri, pelaksanaan perkuliahan tatap muka tidak luput dari berbagai kekurangan. Salah satu kekurangan yang disorot oleh Andri ialah absensi dosen. Saat ini, dosen masih melakukan absensi dari rumah. Hal ini cukup menyulitkan prodi untuk memastikan kehadiran dosen di dalam kelas.
Andri menambahkan bahwa AIS sebagai learning management system belum bisa melaksanakan pemantauan dengan baik. Sehingga perlu diadakan pembenahan pada subsistem pembelajaran agar proses belajar tatap muka bisa mencapai target yang diinginkan. Namun, pihaknya tetap mendorong dosen-dosen PIPS agar mau melaksanakan perkuliahan secara tatap muka.“Pandemi pasti berlalu, makanya mulai dari sekarang kita harus siap-siap,” tambahnya.
Proses sosialisasi perkuliahan tatap muka ini, melibatkan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) PIPS. Menurut Ketua HMPS PIPS Ahmad Rizki Prodi PIPS lebih dulu mensosialisasikan wacana tersebut kepada anggota himpunan. Kemudian HMPS PIPS melanjutkan informasi tersebut kepada mahasiswa PIPS.
Selain Prodi PIPS, Prodi Pendidikan Kimia juga telah melaksanakan beberapa kegiatan secara langsung. Menurut salah satu mahasiswa Pendidikan Kimia Mega Bintang Nurjanah, jurusannya telah melakukan praktik tatap muka. Kepada Institut, Mega mengatakan bahwa selama semester tiga, dirinya pernah sekali mengikuti praktik secara langsung. “Saat saya masih di Sukabumi, waktu itu ada acara keluarga di Bogor, jadi sekalian (ikut praktik),” imbuh Mega lewat telepon, Minggu (3/10).
Mega menyatakan bahwa praktik yang ia ikuti bersifat tidak wajib, dan bagi mahasiswa yang berada di luar Jabodetabek masih bisa melakukan praktik susulan di semester selanjutnya. Mega pun merasa lebih nyaman melakukan praktik secara tatap muka, sebab ia lebih bisa memahami materi yang diberikan dan bertanya langsung ke dosen. “Kalau praktik online, saat kita tidak paham bingung mau bertanya ke siapa, suka juga sih cari materi sendiri tapi tetap tidak paham,” ujarnya.
Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) juga telah mengeluarkan edaran mengenai kuliah tatap muka bagi beberapa mata kuliahnya lewat surat pemberitahuan bernomor B-1310/F10/KP.01.4/10/2021. Disebutkan bahwa persyaratan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa dan dosen sebelum menjalani pembelajaran tatap muka, seperti sudah menerima dua kali dosis vaksin, menyatakan kesediaan lewat surat izin dan surat sehat, tidak memiliki gejala komorbid, serta bertempat tinggal di area Jabodetabek.
Keputusan fakultas untuk mengadakan perkuliahan tatap muka disambut dengan antusias oleh Cut Celine Nabila Putri, mahasiswi semester tiga jurusan Ilmu Keperawatan. Celine bersama rekannya di jurusan akan menjalankan perkuliahan tatap muka untuk tiga mata kuliah: Keperawatan Dasar 3, Keperawatan Medikal Bedah 1, dan Praktik Klinik. Menurut Celine, mata kuliah tersebut banyak diisi oleh praktikum, sehingga capaian belajarnya akan sulit didapat apabila perkuliahan dilakukan secara daring.
Celine melanjutkan, bahwa selama dua semester dirinya mengaku kesulitan saat melakukan praktikum lantaran keterbatasan alat yang dimilikinya. “Dulu pernah waktu praktek kami diminta untuk memodifikasi alat dengan menggunakan botol soda,” ujar Celine saat diwawancara lewat telepon, Selasa (5/10).
Selain itu, Celine mengaku praktikum daring selama dua semester membuat memori penyimpanan gawainya menjadi penuh. Hal tersebut diakibatkan karena video praktikum yang harus dibuatnya, sehingga performa gawai miliknya menjadi lambat. Penilaian praktik online pun terbatas, sebab dosen tidak mungkin untuk memeriksa video praktik secara detail satu per satu. Akibatnya, akan ada pemahaman yang tidak sampai dalam proses pembelajarannya.
Bagi Lily, sapaan akrabnya, hal tersebut bisa diatasi apabila perkuliahan dilakukan secara tatap muka. Sebab, pada perkuliahan tatap muka baik dosen maupun mahasiswa berada pada satu ruangan, sehingga perkuliahan bisa menjadi lebih fokus dan terarah. Ia mengungkapkan bahwa dosen dan mahasiswa pun bisa menjadi lebih semangat sebab mereka bisa sama-sama melihat respon masing-masing dan berinteraksi selama kegiatan pembelajaran.
Lain halnya dengan Azizatur Robiyah Prodi Komunikasi Penyiaran Islam(KPI), ia mengungkapkan bahwa dirinya tidak siap menghadapi perkuliahan offline. Azizatur bersama rekannya sudah keluar dari kamar kos yang pernah ia tempati, dan sepertinya ia akan kesulitan untuk memperpanjang masa pembayaran kamar kos.
Hal tersebut, menurut Ismi, dapat menjadi kunci yang penting dalam memanfaatkan pandemi sebagaisesuatu yang bisa memberikan hasil yang baik. “Selama perkuliahan daring, aku bisa membagi waktu aku untuk mengajar setelah selesai kelas, dan bisa menambah pengalaman yang lain juga,” ucap Ismi, Selasa (5/10).
Gianluigi Fahrezi, Rizka Amalia Putri
Average Rating