Desas-desus perkuliahan tatap muka kembali terdengar. Namun kali ini, rektor merespons dengan mengeluarkan surat edaran perkuliahan tatap muka untuk semester dua dan empat.
——————————————
Pada 14 Februari 2022 lalu, terbit dan beredar Surat Edaran (SE) Rektor Nomor 9 Tahun 2022, perihal Kegiatan Akademik dan Non Akademik Semester Genap Tahun Ajaran 2021/2022 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Edaran tersebut berisi aturan Perkuliahan Tatap Muka (PTM) terbatas secara luar jaringan (luring) dan bauran–campuran antara luring dan dalam jaringan (daring) bagi semester dua dan empat. Sedangkan untuk mahasiswa semester enam, tetap dilakukan secara daring.
Sebelum SE rektor ini terbit, Institut menemukan fakultas yang telah lebih dulu membuat surat pemberitahuan mengenai PTM terbatas, seperti Fakultas Psikologi serta Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) pada 18 Januari 2022 silam. Namun mereka sempat mengundurkan niatnya untuk melakukan PTM terbatas.
Awalnya, Dekan Fakultas Psikologi UIN Jakarta, Zahrotun Nihayah mengatakan, PTM dilakukan lantaran khawatir terjadi learning loss––hilangnya pengetahuan dan kemampuan mahasiswa karena belum pernah merasakan PTM. Zahrotun juga awalnya mendukung PTM terbatas ini dengan mempersiapkan ruang kelas yang telah disemprot disinfektan, menyediakan fasilitas cuci tangan, serta pintu yang dilengkapi Kode Quick Response (QR) “PeduliLindungi”.
Zahrotun pun menambahkan, bahwa fakultasnya akan menggunakan sistem Hybrid Learning–sebagian mahasiswa luring dan sebagian lainnya daring. “Kami juga menyediakan fasilitas kamera dan speaker yang bisa diikuti sebagian mahasiswa secara online,” ungkap Zahrotun, Selasa (15/02).
Namun setelah Institut telusuri lebih lanjut, pada 14 Februari 2022, setelah terbit SE rektor, Fakultas Psikologi justru menerbitkan surat pemberitahuan baru yang berbeda dari sebelumnya. Surat tersebut mengatakan mereka akan melakukan perkuliahan secara daring untuk mahasiswa semester dua dan empat.
Saat diwawancarai Institut, Zahrotun mengatakan hal tersebut dilakukan lantaran hasil survei mahasiswa yang bersedia mengikuti PTM sangat sedikit, karena perlu mencari indekos dalam waktu dekat. Terlebih lagi, Zahrotun tak ingin membebani orang tua di situasi yang belum pasti. “Sama halnya dengan dosen, banyak yang belum siap PTM karena masih dalam pandemi,” tuturnya, Selasa (20/02).
Lain halnya dengan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH). Dekan FAH Saiful Umam tak berkomentar banyak mengenai aturan dan persiapan tentang PTM terbatas. Ia hanya mengatakan bahwa tengah merumuskan aturan baru dengan para pimpinan fakultas. Namun diketahui, kini beredar Surat Edaran Dekan FAH pada 18 Februari 2022. Menurut aturan baru tersebut, FAH akan mengadakan PTM secara bauran untuk semester dua dan empat.
Dosen Epidemiologi UIN Jakarta Minsarnawati mengatakan, bahwa gejala Omicron tidak seganas varian Delta. Akan tetapi, menurutnya, karena arus mobilitas masyarakat yang sudah normal membuat penyebaran varian Omicron lebih cepat. Minsarnawati menambahkan, dalam kondisi seperti ini tidak menjadi penghalang PTM terbatas.
Kendati demikian, ada beberapa hal teknis yang perlu diterapkan: mata kuliah dengan pencapaian yang lebih maksimal ketika PTM, kemudian mengatur jadwal untuk menghindari kerumunan, menjaga jarak, serta mengisi kuesioner dengan berbagai macam indikator bagi seluruh komponen yang terlibat dalam PTM terbatas. “Jadi memang bahwa dengan adanya kata “terbatas” ini ada beberapa teknis yang perlu dilakukan agar terbatasnya ini bisa dipenuhi,” imbuhnya, Kamis (17/02).
Mahasiswa FAH semester dua Muhammad Fikri Ramadhan, mendukung PTM terbatas ini, lantaran setiap dosen akan melihat secara langsung keaktifan mahasiswa dan mendukung perkuliahan yang efektif. “Pengalaman ketika kuliah online lebih banyak mudharat karena berdampingan dengan ponsel, makanan, minuman, membuat mahasiswa tidak fokus dengan kuliah,” ucapnya, Senin (14/02).
Lain halnya dengan rekan sefakultasnya, Rafi Naufal Azmi, ia melihat perkuliahan daring pada masa pandemi ini membuat mahasiswa lebih berekspresi dan mengembangkan dirinya secara digital, melatih berbicara di depan layar, dan menambah kemampuan mengerjakan tugas online. “Perkuliahan online cukup membantu mahasiswa,” tutup Rafi, Senin (14/02).
Mahasiswi Fakultas Psikologi semester dua, Dea Amalia turut menilai bahwa perkuliahan secara online maupun offline tidak menjadi masalah, karena menurutnya ini tantangan bagi anak muda yang identik dengan perubahan dan kreativitas. “Kalau semester ini masih online tidak apa-apa, semester depan semoga sudah offline,” tutup Dea, Sabtu (19/02).
Reporter: Nala Zakina Zuhaida, Aisyah Fitriani Arief
Editor: Sekar Rahmadiana Ihsan
Average Rating