Lebih Dekat dengan Manusia

Lebih Dekat dengan Manusia

Read Time:2 Minute, 33 Second

Lebih Dekat dengan Manusia

Pameran menyuguhkan tema-tema universal; dinding, jendela, batas-batas, kekosongan, dan eksistensi. Menggabungkan instalasi berskala besar, patung, penampilan video, fotografi, dan desain panggung.


Memasuki ruangan pameran, pandangan mata tertuju pada untaian benang yang memenuhi langit-langit ruangan bertajuk “DNA to DNA”. Untaian itu, seolah berbentuk janin yang baru saja terlahir di dunia.  


Perempuan bernama Chiharu, melilit dirinya dengan kabel infus. Dalam atraksi tersebut, tersembur darah yang membasahi sekujur tubuh Chiharu. Darah dinilai punya makna tersirat; ras, agama, bangsa, dan identitas manusia. Karya atraksi kemudian diberi nama “Wall”.


Menuju karya terbesar dalam pameran. Karya itu lekat sekali pada sang perupa yang gemar mengumpulkan barang-barang antik. Pengumpulannya sejak pertengahan 2000-an. Tak henti-hentinya sang perupa berkunjung ke toko antik dan pasar loak.


Karya bernama “Connecting Small Memories” tersebut ternyata mengoleksi mainan masa kecil orang asing. Baginya, mainan menyimpan memori yang merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Tanpa memori, manusia hanya organ biasa.


Dalam karya itu, sang perupa ingin mengajak tenggelam dalam memori kenangan yang dikumpulkannya. Lebih dari 1000 mainan ditampilkan, sang perupa berhasil mencari tahu siapa pemilik dan cerita di balik setiap mainan.


Memori selanjutnya, sang perupa membagikan kisah  masa kecil yang lain. Dirinya pernah melihat rumah tetangganya terbakar api. Dari kebakaran itu, tercipta karya berupa puing-puing piano dan kursi yang nyaris hangus. Sang perupa berusaha menunjukkan suasana itu: ada keindahan dibalik keheningan. Karya itu lalu diberi nama “In Silent”.

***


Perupa kontemporer asal Jepang, Chiharu Shiota menggelar pameran tunggal bertajuk “The Soul Trembles”. Pameran ini diselenggarakan oleh Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN) yang dipimpin Aaron Seeto sebagai Direktur Museum. Instalasi seni ini berlangsung dari 26 November 2022—30 April 2023. 

Harga tiket masuk pameran tersebut beragam. Untuk harga tiket masuk dewasa sebesar Rp 100 ribu, untuk pelajar sebesar Rp 90 ribu, dan untuk anak-anak sebesar Rp 80 ribu. Selain itu, juga terdapat berbagai promo tiket masuk berupa diskon 30 persen pada hari kerja dan diskon 10 persen pada akhir pekan. 


Pameran ini digelar secara global dan dimulai pertama kali di Mori Art Museum Tokyo. Indonesia menjadi negara yang dipilih untuk menggelar pameran setelah sebelumnya diselenggarakan di Korea Selatan, Taiwan, Tiongkok, hingga Australia.  


Karya yang ditampilkan memberikan gagasan terkait kesadaran manusia dan pengalaman yang bersifat non-fisik seperti ingatan, pemikiran, ketakutan, mimpi, dan keheningan. Pameran tunggal ini menampilkan ratusan karya Chiharu Shiota selama lebih dari 30 tahun. 


Direktur Museum, Aaron Seeto mengatakan pameran The Soul Trembles merupakan bentuk perjalanan artistik 30 tahun Chiharu berkarya. Ia menambahkan, pameran tersebut pertama kalinya digelar pada Museum MACAN. “Pameran seni ini spesial, tidak hanya dari segi visual saja,” ungkapnya pada Konferensi Pers, Kamis (24/11).


Alia, seorang asisten kurator pameran mengungkapkan, untuk pertama kalinya pameran ini diselenggarakan di Asia Tenggara. Ia menambahkan, dalam pamerannya, terdapat ciri khas berupa instalasi benang dalam skala besar yang memenuhi seluruh ruangan.


Alia lanjut mengatakan, karya Chiharu Shiota berbicara mengenai hal-hal fundamental dalam hidup manusia. “Dalam karyanya terdapat kata kunci seperti kematian, kehidupan, keberadaan dalam ketiadaan, dan ketidakpastian,” ujar Alia, Kamis (24/11).


Reporter: IHPA

Editor: Aisyah Fitriani Arief

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Ragam Cerita dari Wisudawan Previous post Ragam Cerita dari Wisudawan
Aksi Lanjutan Tolak Pengesahan RKUHP Next post Aksi Lanjutan Tolak Pengesahan RKUHP