Penggalangan Donasi saat Wisuda

Penggalangan Donasi saat Wisuda

Read Time:5 Minute, 0 Second
Penggalangan Donasi saat Wisuda

Momentum wisuda UIN Jakarta tak hanya menjadi ajang perayaan kelulusan. Dalam acara itu juga terdapat penggalangan donasi beasiswa kepada wisudawan dan tamu undangan.


Momentum bersejarah dalam masa perkuliahan akhirnya tiba bagi Nana–bukan nama sebenarnya. Ia melangkah ke dalam gedung Auditorium Harun Nasution Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dengan pakaian hitam khas para wisudawan. Pagi itu, Minggu (24/8), merupakan prosesi wisuda UIN Jakarta yang ke-137. Satu hal berbeda dari interior ruang wisuda kala itu adalah kode batang yang tertempel di bagian belakang setiap kursi. 

“Ketika masuk ruangan memang sudah ada qris di tiap bangku,” kata wisudawati asal Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) itu, Jumat (17/10).

Nana tidak tahu-menahu alasan keberadaan kode batang itu hingga Asep Saepudin Jahar, Rektor UIN Jakarta menyampaikan pidato perihal keutamaan infak dan wakaf. Asep juga menjelaskan salah satu lembaga non-struktural UIN Jakarta yang melaksanakan program penggalangan infak dan wakaf, yakni Social Trust Fund (STF). Dalam kesempatan itu, Asep mengajak hadirin untuk ikut menyukseskannya. Berdasarkan penjelasan yang Nana dengar, hasil penggalangan dana akan menjadi beasiswa bagi mahasiswa UIN Jakarta.

“Kita yang hadir diminta untuk berdonasi dengan alasan tadi, dan memang setiap kursi pada saat itu sudah ada qris-nya. Untuk orang tua yang di luar ruangan dimintai donasi dengan kotak gitu,” kata Nana menjelaskan informasi yang ia sebut sebagian berasal dari ayahnya.

Sekalipun permintaan itu terkesan mewajibkan, terlebih tanpa ada pemberitahuan sebelumnya, Nana sama sekali tidak keberatan. Namun, menurutnya perlu pemberitahuan intensif sebelum penggalangan berlangsung agar hadirin memiliki kesiapan, dan memahami pengalokasian dana yang terkumpul. Saat penjelasan menyoal donasi, katanya, Asep juga hanya fokus pada tujuan penggalangannya serta balasan kebaikan yang akan mereka dapat saat berdonasi.

“Hanya terfokus pada penggalangan dana saja, tetapi hal dana itu ngasihnya bagaimana dan kapan tidak dijelaskan secara rinci,” ujarnya. 

Nana berharap donasi yang ia berikan terkelola dengan baik dan benar. Ia mendukung segala bentuk kepedulian kampus terhadap mahasiswa. Namun, lantaran donasi berasal dari orang banyak, mesti tersalurkan kepada mahasiswa yang paling membutuhkan secara transparan.

Lain halnya dengan Indah–bukan nama sebenarnya–wisudawati Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), peserta wisuda UIN Jakarta ke-137 pada Sabtu (23/8). Masih teringat jelas olehnya saat panitia wisuda menyampaikan ajakan berdonasi di tengah gladi resik. “Kalau donasi kemarin sempat ada pas acara gladi resik, tapi itu bagi yang berkenan saja. Kalau enggak ikut donasi pun enggak masalah karena itu seikhlasnya saja bagi yang mau,” pungkas Indah melalui WhatsApp, pada Kamis (16/10).

Dalam sosialisasi yang berlangsung saat gladi resik, katanya, panitia memperkenalkan program donasi sosial kepada para calon wisudawan. Nantinya, hasil donasi digunakan untuk membantu anak yatim serta masyarakat sekitar UIN Jakarta yang kurang mampu. “Panitia menjelaskan jenis bantuan yang dapat diberikan serta bagaimana cara penyalurannya, dan panitia juga memberi tahu cara berdonasi, bisa melalui transfer atau qris,” tambahnya.

Deden Mauli Darajat, Kepala Pusat Informasi dan Humas (PIH) mengatakan, keberadaan STF di UIN Jakarta dapat membangun tradisi filantropi yang memiliki manfaat jangka panjang. “Nah, gerakan-gerakan filantropi ini harus kita gaungkan. Apalagi Indonesia termasuk masyarakat yang mudah berderma,” ucap Deden, Jumat (17/10).

Kata Deden, STF melakukan program tersebut agar civitas academica UIN Jakarta–terlebih yang mempelajari tentang zakat, wakaf, dan sejenisnya–bukan hanya sekadar berwacana, tetapi langsung mempraktikkan. “STF itu diberikan kepada orang yang kurang mampu, tetapi secara akademik dia bagus. Coba bayangkan dari satu orang yang dibantu, kemudian lulus dan sukses. Bahkan, kalau sukses banget, dia enggak mungkin makan sendirian, pasti dia berbagi,” tambahnya.

Selain itu, Deden menyebut hadirnya STF ketika wisuda sebagai salah satu cara untuk menunjukkan rasa syukur saat berada dalam momen bahagia. ”Momen bersyukur, bahwa ada orang yang juga ingin seperti kamu (berkuliah). Ini bagian dari kebersyukuran kita. Enggak ada salahnya toh hanya sepuluh ribu, dua puluh ribu. Syukur-syukur lebih, untuk menyumbangkan hartanya agar orang lain bisa juga kaya kamu,” ujar Deden.

Dijelaskan pula, STF yang merupakan lembaga non-struktural UIN Jakarta tidak memiliki kerja sama dengan PIH. Sesama lembaga UIN Jakarta, kata Deden, STF dan PIH sudah sepatutnya saling bersinergi. “STF dapat penghargaan dari Baznas, kita beritakan di UIN Jakarta, tidak harus bayar. Jadi, gak ada tuh kerja sama dalam internal kampus,” jelasnya.

Masuknya STF dalam wisuda merupakan bagian dari rangkaian acara. Hal tersebut juga merupakan perintah Rektor UIN Jakarta untuk mengembangkan STF menjadi lembaga besar. “Kapan nih, penggalangan dana yang pas? nah saat wisuda itu. Pak Rektor kan keahliannya selain dalam bidang syariah, beliau juga konsen di filantropi, kemanusiaan,” pungkas Deden.

Sri Hidayati, Sekretaris STF mengungkapkan, program penggalangan dana saat wisuda bernama fundraising. Inisiatif program itu sudah berjalan semenjak Amany Burhanuddin Umar Lubis menjabat sebagai Rektor UIN Jakarta (2019–2023)–sebelum Asep. Namun, kata Sri, pergerakan masif program itu baru ada pada masa kepemimpinan Asep. 

“Prof. Asep itu kebetulan punya konsen tinggi terhadap praktik filantropi seperti yang dilakukan STF. Sebagai rektor, mungkin juga ada kepentingan untuk membantu mahasiswa. Makanya beliau sangat mendorong STF untuk lebih aktif membantu mahasiswa,” katanya, Kamis (16/10).

Selain itu, Asep sendiri juga merupakan pembina STF. Oleh karena itu, penggalangan dana saat wisuda datang langsung dari instruksinya. Ungkap Sri, STF hanya melakukan komunikasi terkait teknis penggalangan dana dengan panitia wisuda. “Karena kita di bawah UIN, ya,  jadi kerja samanya tidak dalam bentuk Perjanjian Kerja Sama (PKS),” ujarnya.

Donasi yang terkumpul saat wisuda akan disalurkan kepada mahasiswa UIN Jakarta dalam bentuk beasiswa. STF akan mendistribusikan donasi tersebut untuk semester berikutnya. “Wisuda Agustus, November (semester ganjil), dananya kita kumpulkan untuk beasiswa di semester genap. Nanti kalau wisuda Februari dan Mei (semester genap), dananya kita pakai untuk semester ganjil,” tambahnya.

Menyoal sosialisasi terkait fundraising, Sri mengungkapkan, STF melakukan kerja sama dengan fakultas saat pelaksanaan yudisium mahasiswa. Saat itu, STF akan mengenalkan program-programnya, memberikan selebaran, serta langsung mengajak mahasiswa untuk berdonasi. Tak hanya pada tataran fakultas, STF juga mensosialisasikan programnya saat gladi resik seluruh wisudawan di tingkat universitas.

“Sebetulnya yang kita sasar bukan cuma mahasiswa, lebih kepada orang tuanya. Kita berharap dari orang tua wisudawan sebagai bentuk syukur putra-putrinya bisa lulus (kuliah),” pungkasnya.

Reporter: Muhammad Arifin Ilham, Anggita Rahma Dinasih
Editor: Naila Asyifa

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Kelas Tanpa Proyektor di FU Previous post Kelas Tanpa Proyektor di FU
Geliat Rilisan Musik Fisik Next post Geliat Rilisan Musik Fisik