Read Time:1 Minute, 52 Second
Jakarta, INSTITUT –Para ibu seringkali memarahi anaknya jika sang anak main kotor-kotoran. Tentu, para ibu khawatir anaknya sakit. Padahal, kalau dicermati betul, noda yang tercipta dari anak-anak yang bermain kotoran sesungguhnya menyimpan makna penting.
Kebermakanaan noda coba disuguhkan perempuan cantik bernama Fira Basuki, melalui buku berisi 42 kisah inspirasi jiwa yang ditulisnya selama 3 bulan. Fira ingin memperlihatkan bahwa noda adalah sesuatu yang wajar dialami dirinya berdasarkan keseharian yang dijalani yang bisa membuat anak-anak melakukan berbagai postif, luar biasa, dan menakjubkan.
“Kisah-kisah dalam Cerita di Balik Noda ini seolah menyadarkan kita betapa anak-anak adalah sumber kebijaksanaan hidup yang tak pernah kering jika kita mau melihatnya dengan cinta. Kenakalan mereka adalah kilau emas, dan kepolosan mereka adalah mentari pagi yang menghangatkan jiwa,” ujar Fira (31/1) di Cafe Kembang Goela, Plaza Central, Jakarta.
Dari 42 cerita inspirasi jiwa ini, 38 di antaranya terilhami oleh cerita Ibu Indonesia. Fira juga menambahkan empat kisah terinspirasi dari pengalaman pribadinya. Buku karya Fira yang ke-27 ini diluncurkan untuk menjadi salah satu medium bagi para ibu dalam memahami dan menyadari bahwa anak-anak dapat melakukan hal postif, meskipun saat melakukannya pakaian mereka menjadi kotor.
Sependapat dengan Fira, psikolog keluarga, Sani B. Hermawan juga merasakan pentingnya membiarkan anak mengeksplorasi dunianya dengan leluasa. Saat anak menjelajahi lingkungan sekitarnya, noda adalah salah satu hal yang tak bisa dihindari. Noda bisa berasal dari cat, pasir, tanah, maupun lumpur sekalipun.
“Kita sebagai ibu memiliki peranan penting untuk melihat apa yang anak coba lakukan, dan pelajaran apa yang mereka dapatkan,” ucap Sani.
Dengan diberi kebebasan bereksplorasi di lingkungan dan alam, dapat membantu pembentukan nilai-nilai karakter pada anak, menumbuhkan rasa percaya diri dan pada akhirnya membantu mereka mencapai tahap perkembangan mental dan fisiknya seorang anak secara optimal.
Sebagai penulis, Fira percaya buku ini dapat menginspirasi pembacanya, tak hanya para ibu, tapi juga calon ibu, calon ayah, calon istri, bahkan calon suami. “Dalam buku ini juga mengisahkan tentang rasa hormat kakak kepada adik, jadi bisa dibaca segala tingkat sosial seseorang,” paparnya.
Fira yang belum lama ditinggal pergi sang suami untuk selama-lamanya ini juga menyisipkan cerita tentang bapak dari dua anaknya. Kenangan tentang peran suaminya dalam komunikasi rumah tangga mereka tertuang dalam cerita berjudul “Sarung Ayah”. (Ema Fitriyani)
Average Rating