Cut Dini (memegang gelas) memberikan air kepada Rohani |
Cut Dini geram membaca koran pagi ini. Ia kesal dengan pemberitaan yang selalu berbau pembunuhan dan pemerkosaan. “Kenapa berita yang ditampilkan itu-itu saja? Mau dibawa ke mana bangsa kita?” tanyanya pada diri sendiri. Ia terdiam sejenak dengan wajah masam melihat berita yang membuatnya kesal.
Tiba-tiba Inong mendobrak pintu dan berlari ke kamar. Cut Dini segera menyambangi Inong yang terlihat ketakutan. Badannya gemetar seperti sedang kesakitan. Cut Dini pun menanyakan apa yang telah terjadi. Inong hanya menjawab melantur. “Aku cuma jalan-jalan saja. Aku tidak mengganggu yang lain,” jawab Inong dengan nada gugup.
Di saat Cut Dini menenangkan Inong, terdengar suara tembakan. Inong yang mendengar itu, sontak kembali tegang. Ia berdiri lalu berteriak bak kesurupan. Cut Dini hanya tercenung melihat tindakan Inong yang membuatnya bingung.
Inong berhasil ditenangkan. Beberapa saat kemudian, Rohani berlari dengan baju compang-camping melakukan seperti apa yang Inong lakukan sebelumnya. Apa yang Rohani lakukan lebih kalap dari tindakan Inong sebelumnya. Keumala segera memberikan Rohani segelas air agar Rohani sedikit tenang dan menceritakan apa yang telah terjadi.
Rohani menceritakan dengan badan masih gemetar. “Dasar para tentara biadab,” serapahnya. Suami Rohani telah dibunuh para tentara. Setelah dibunuh, Rohani diperkosa bergilir oleh tentara.
Tak tahan akan perlakuan tentara, Cut Dini mengajak teman-temannya yang sudah diperlakukan secara tidak seronok oleh tentara untuk melawan. Mereka menyatukan kekuatan agar penderitaan mereka berakhir. Kejar-kejaran para wanita dengan tentara pun terjadi. Perjuangan Cut Dini berakhir karena tak sanggup melawan kuatnya para tentara.
Salah satu dari tentara menanyakan siapa ketua pemberontak. Di saat tak ada yang mengaku, ia mengancam akan membunuh di antara kawan Cut Dini dengan senjata api. Sebelum peluru terhempas dari sarangnya, Cut Dini mengaku bahwa ia ketuanya.
Para tentara pun tertawa. Sangat mudah menjebak Cut Dini. Mereka mengajak Cut Dini bernegoisasi agar mau bekerja sama dengan tentara. Ia menolak sambil meludahi pipi tentara. Tentara yang kesal dengan tindakan Cut Dini langsung membunuh para wanita tanpa ampun tanpa terkecuali Cut Dini.
Itulah cerita pementasan yang ditampilkan Lingkar Sastra Tarbiyah (LST) yang berjudul Belenggu Darah, Sabtu (19/5) di Aula Madya lantai dua UIN Jakarta. Acara ini merupakan adopsi dari cerita pendek Jaring-Jaring Merah karya Helvy Tiana Rosa.
Ketua LST, Yunia Ria Rahayu mengungkapkan, alasan mengambil judul tersebut karena ingin menunjukkan perjuangan wanita. “Wanita harus menghargai dirinya sendiri dan pria menghormati wanita,” ucapnya, Sabtu (19/5). (Jaffry Prabu Prakoso)
Average Rating