Implikasi Rokok Masuk Kampus

Read Time:2 Minute, 27 Second

Banner acara Goes to Campus terpampang di depan Gedung FKIK.
Pada edisi XXVI/ Juni 2013 Tabloid INSTITUT menyajikanheadlineyang cukupmengejutkan,yaitu perihal rokok masuk kampus.

Menurut saya, ada beberapa tulisan yang menarik perhatian. Salah satunya, tulisan Nur Azizah yang berjudul Buah Si Malakama Beasiswa Djarum.

Sebagai mahasiswa linguistik, saya ingin memberikan beberapa analisis kebahasaan terhadap isi tulisan tersebut. Tujuannya, tidak lain agar pembaca dapat memahami wacana secara komprehensif terkait konteks yang sedang berkembang. Terlebih pada ujaran berikut:

(1)         “Kita hanya mengambil beasiswanya, bukan rokoknya. Rokoknya tetap tidak boleh masuk.”(Tulisan Azizah dalamTabloid INSTITUT, 2013:2)

Ujaran (1) cukup menarik. Sebab, selain terdapat bentuk afirmasi terhadap konteks “penolakan”, kalimat itu juga mengandung kalimat yang secara semantis menegasikan kalimat sebelumnya. Ucapan kita hanya mengambil beasiswanya, bukan rokoknya merupakan bentuk konfirmasi penutur terhadap protes yang dilakukan BEM FKIK. 

Tapi, kalimat selanjutnya harus kita pahami secara mendalam. Terlebih pada kalimat,  srokoknya tetap tidak boleh masuk. Menurut saya, kalimat tersebut menimbulkan implikatur yang dapat memberikan interpretasi berbeda. Karenanya, untuk menafsirkan kalimat tersebut, kita harus kembali pada konteks awal, yakni penolakan BEM FKIK terhadap acara kampus yang didanai yayasan rokok. 

Jika diasaskan pada konteks awal tersebut, maka kalimat rokoknya tetap tidak boleh masuk kampus merupakan bentuk afirmasi penutur terhadap “penolakan”,  sehingga dalam ujaran (1) terdapat dua kalimat yang kontradiktif. 

Dari sudut pandang percakapan, hal ini masih dapat dimaklumi. Tapi, jika dilihat dari perspektif semantik dan dikaitkan dengan konteks yang terjadi, maka dapat dipahami kalimat tersebut sengaja dibangun untuk mengaburkan nilai kebenaran sesungguhnya dari ujaran yang diberikan penutur. 

Dalam hal ini, penutur mencoba menggiring pembaca agar memahami bahwa pihak kampus tetap memiliki aturan yang melarang rokok, namun sebatas pada wujudnya saja. Sehingga, hal-hal yang tidak terkait secara langsung dengan wujud rokok tetap diperbolehkan selama apa yang ditawarkan dapat memberikan keuntungan bersama.

Meski begitu, penulis menilai kalimat pertama yang terdapat pada ujaran (1) terlemahkan dan ternegasikan kalimat selanjutnya. Kalimat rokoknya tetap tidak boleh masuk kampus memberikan implikasi bahwa rokok, secara keseluruhan, tidak boleh masuk kampus. Sebab, penutur tidak memberikan informasi spesifik mengenai rokok yang tidak boleh masuk kampus. Ketiadaan informasi yang secara rinci mengatributi kata rokok tersebut, dapat dipahami segala jenis rokok dan hal-hal yang berkaitan dengannya, baik secara langsung maupun tidak, tetap tidak boleh masuk kampus. 

Konsekuensinya, kalimat kita hanya mengambil beasiswanya, bukan rokoknyatidak lagi memiliki nilai kebenaran yang kuat. Sebab, beasiswa yang dibiayai yayasan rokok dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang berkaitan secara tidak langsung dengan rokok. Seperti yang terdapat pada kalimat kedua dalam ujaran (1).

Dengan demikian, dapat disimpulkan kontradiksi yang terdapat pada ujaran (1) justru memberikan implikasi penutur–dalam hal ini mewakili pihak kampus–sebenarnya sedang melakukan penegasian terhadap konteks penolakan yang dilakukan BEM FKIK. Sehingga, penyelenggaraan acara kampus yang disponsori yayasan yang “berkaitan secara tidak langsung” dengan produsen rokok tersebut bisa dikatakan sebagai sikap kontradiktif antara komitmen kampus dengan realitas di lapangan.
Muawwan Daelami
Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora (FAH)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Makna Tersembunyi di Balik Sastra
Next post Palestina Pernah Hijau