Dinding Berpuisi di Jalanan Ibukota

Read Time:2 Minute, 2 Second

“Ini tanah airmu, di sini kita bukan turis.” Kutipan tersebut terlihat jelas di dinding jalan layang tepat menghadap lobi utama Mal Cilandak Town Square. Mural yang digagas oleh Barisan Pengingat bersama Komunitas Serrum ini bergambar kutipan dan karikatur Wiji Thukul.

Tokoh Wiji Thukul hilang sejak 27 Juli 1998 bersama dengan sebelas teman lainnya. Ia seorang aktivis dan sastrawan. Asumsi hilangnya Wiji Thukul menyebutkan bahwa ia termasuk orang yang diburu ketika pemerintah Orde Baru. Saat ini nama Wiji Thukul terdaftar dalam daftar KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan).
Karya Wiji Thukul dipandang kontekstual dengan keadaan buruk Indonesia saat ini. Gaya bahasa yang digunakan Wiji Thukul pun terkesan lugas dan jelas karena menggunakan bahasa yang sederhana. Hal ini disebabkan pendidikan Wiji Thukul yang hanya tamat Sekolah Menengah Pertama karena kesulitan ekonomi ketika ingin melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Karawitan.
Barisan Pengingat mempunyai tujuan untuk menciptakan kesadaran pemuda Indonesia yang kebanyakan tidak peduli oleh kasus-kasus kemanusiaan. “Kondisi Indonesia sekarang ini sedang tidak baik-baik saja. Melalui mural inilah akan tercipta komunikasi visual,” kata Arman Dhani, penggagas Barisan Pengingat.
Generasi muda saat ini, tambahnya, lebih tertarik pada pesan visual. Hal ini disebabkan penyampaian yang lebih efektif daripada pesan verbal dan tulisan. Mural ini dinilai sebagai media komunikasi yang menarik perhatian pemuda.
Menurut Arman, mural ini bermakna bahwa Indonesia adalah tanah kelahiran kita. Maka, kita berhak hidup bahagia, sejahtera, dan berdaulat di tanah air kita. Bukan seperti pendatang yang kemudian kaya raya di negeri ini. “Kita mempunyai hak yang lebih daripada mereka,” jelas Arman.
Barisan Pengingat berusaha melawan pemuda negeri ini yang mempunyai rasa tidak peduli terhadap kondisi bangsa. Banyak pemuda mengerti dengan keadaan Indonesia yang buruk tetapi memilih untuk tak acuh. Kepedulian pada ide-ide kemanusiaan dari pemuda inilah yang dinilai sebagai elemen penting untuk kemajuan bangsa.
Selain di depan Mal Cilandak Town Square, empat mural lain juga digambar di depan Gedung Aneka Tambang, Jalan Cikini Raya, Jalan Pemuda Rawamangun dan underpass Dukuh Atas . Tak heran, kehadiran mural-mural ini membuat kawan dari komunitas lain tertarik untuk membuat mural di luar kota Jakarta, seperti Malang, Depok, dan Solo. 
Selain dinding berpuisi, Barisan Pengingat telah membuat kegiatan Run to Remember (RTR) yang diadakan awal Februari lalu. Rute yang digunakan dimulai dari Senayan hingga Bundaran Hotel Indonesia. Selain sebagai upaya memperkenalkan kehadiran Barisan Pengingat di tengah masyarakat, para penggagas memanfaatkan event ini untuk memantik rasa ingin tahu peserta RTR pada makna mural yang dipajang di garis finish.
Maulia

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Terminal Darurat Pondok Cabe
Next post Asmara dan Impian, Inspirasi Sebuah Karya