Realitas Sosial Budaya dalam Lukisan

Read Time:1 Minute, 58 Second

Seekor harimau yang tengah beristirahat di atas bekas potongan kayu besar terlukis dalam kanvas berukuran 140 x 140 cm. Harimau tersebut dikelilingi gedung-gedung pencakar langit yang bagaikan hutan beton. Hal demikian menggambarkan ketidakseimbangan ekosistem di mana manusia menjadi dalang di balik itu.

Lukisan tersebut berjudul Limited Edition, merupakan buah karya seorang mahasiswa Seni Lukis Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Toto Muhammad Setiawan. Lukisan itu terpampang jelas di dinding ruangan lantai satu Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki (TIM).
Pria kelahiran Jember 1971 itu juga memajang karya lainnya yakni, Wild Live Mechanical 1 dan Wild Live Mechanical 2. Keduanya dilukis dengan cat minyak di atas kanvas 180 x 100 cm. Lukisan Wild Live Mechanical 1 menggambarkan seekor jaguar bertubuh setengah hewan dan setengah robot yang sedang melompat.
Sedangkan dalam Wild Live Mechanical 2, cheetah tersebut dilukiskan tengah mengintai dan siap menerkam mangsanya. Melalui kedua lukisan tersebut, Toto ingin menggambarkan,di masa yang serba mesin seperti saat ini, manusia merupakan makhluk yang lebih liar daripada hewan.
Selain tiga lukisan itu, acara Pameran Budaya di Lukis ini juga menampilkan 22 lukisan dan satu seni rupa, buah karya sembilan mahasiswa Seni Lukis IKJ yang sedang menjalani tugas pra  akhir. Pameran itu berlangsung dari 17 sampai 22 Pebruari.
Menurut Toto dan pelukis lainnya, rata-rata lukisan yang disuguhkan kepada pengunjung menjelaskan perkembangan realitas sosial budaya saat ini. Misalnya, lukisan karya Cita Arlistina berjudul Milion Flet Like Air yang dilukis menggunakan cat acrylic di atas kanvas 90 x 100cm.
Lukisan itu menampilkan uang-uang yang terbang menuju sebuah pusat perbelanjaan di atas langit, lalu uang itu berubah menjadi tas belanjaan yang turun dengan parasut. Menurut Cita, karyanya tersebut menggambarkan budaya konsumerisme masyarakat urban saat ini.
Gaya hidup rakus masyarakat juga tergambar dalam lukisan Martinus Putra dengan judul Multitasking. Lukisan berukuran 120 x 100 cm itu memperlihatkan seorang pria berkepala hiu yang tengah bersepeda sambil berhubungan intim, memainkan laptop, menelpon dan juga mendengarkan musik.
Pembukaan pameran ini dihadiri berbagai kalangan dari anak-anak hingga orang dewasa. Mereka asyik mengamati lukisan sembari menikmati hidangan yang disediakan pihak penyelenggara. Ada pula beberapa orang yang mendiskusikan makna dari satu lukisan ke lukisan lainnya
Sambil mengamati salah satu lukisan, seorang pengunjung, Fendrio Syam mengatakan, lukisan yang dipamerkan enak dilihat dan membuat pengunjung penasaran makna dari karya-karya tersebut. “Lukisan-lukisan yang dipamerkan juga mempunyai nilai sosial tinggi yang bertujuan menyadarkan manusia,” ujarnya, Senin (17/2).
Syah Rizal

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Asmara dan Impian, Inspirasi Sebuah Karya
Next post Meski Ilegal, Tambang Pasir Tetap Beroperasi