Seisdance, Jadikan Tari Saman Momen Kebersamaan

Read Time:3 Minute, 2 Second

Jelang sore, Sabtu (22/3) sekitar pukul 15.00 WIB, tribun lapangan Student Center (SC) masih ramai oleh penonton. Kehadiran mereka dalam rangka memberikan dukungan kepada tim tari Saman jagoan asal sekolah masing-masing. “Huuu. . huhuuu. . ,” sekali lagi sorak dan tepuk tangan penonton terdengar semakin riuh dari tribun.

Tak lama, empat belas wanita dengan mengenakan kebaya ungu dan selempang kuning, keluar dari balik panggung yang berada di tengah lapangan. Empat belas wanita itu terbagi menjadi dua kelompok. Masing-masing membentuk saf yang satu sama lain terpisah di antara ke dua sudut panggung. Senyum simpul tergambar di wajah mereka. Tiba-tiba suasanapun hening.

“Assalamualaika,” ucapan salam melengking seorang pria dari samping panggung, seketika membuat para wanita tersebut mengangkat tangan ke depan dengan kompak. Sambil berlari kecil, kedua kelompok itu bertemu dan membentuk dua saf berselang-seling. Kemudian mereka saling berpegangan tangan. Membungkukan badan, tanda memberikan salam pada dewan juri dan penonton.

Begitu cara tim Tari Saman Fakultas Psikologi UIN Jakarta, membuka penampilan di hadapan juri dan semua penonton di lapangan SC. Mereka adalah salah satu peserta festival Tari Saman Seis Modern Generation of Ratoeh Jaroeh Festival (SEISMOGRAF) yang diadakan oleh Seisdance, tim Tari Saman Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).

Festival Tari Saman yang bertajuk beauty, energic, and talented ini baru kali pertama diadakan di UIN Jakarta. Festival ini diikuti 20 tim tari Saman dari SMA, MA, dan perguruan tinggi se-Jabodetabek. Salah satunya UIN Jakarta, yang diikuti oleh tim tari Saman dari tiga fakultas, yaitu  Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK), Fakultas Psikologi, dan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH).

Ketua panitia SEISMOGRAF, Irianne Sakinah, mengatakan, sejak bulan November 2013 lalu, ia bersama rekan panitia lain mempersiapkan acara ini. Tujuan Irianne bukan hanya memperkenalkan Seisdance, namun juga untuk menjalin kebersaman di antara sesama anggota tim Tari Saman Seisdance. “Pengennya sih bikin akrab sesama kitanya (tim Tari Saman Seisdance) juga,” ujarnya sambil mengingat awal mereka mengadakan festival ini, Sabtu (22/3).

Salah satu juri SEISMOGRAF, Marzuki Hasan, mengatakan penampilan peserta secara umum nampak bagus. Dalam lomba ini, lanjut Marzuki, peserta dinilai dari tiga aspek yaitu kekompakan, kreativitas, dan penampilan. Tak hanya itu, aspek kebersamaan, penghayatan, dan ekspresi mereka di depan penonton, juga menjadi nilai tambah. “Tari saman itu harus ditekuni, dihayati. Seakan-akan tarian itu berbicara,” katanya lugas.

Acara yang berlangsung dari pukul 08.15 sampai sekitar 17.00 itu akhirnya dimenangkan SMAN 9 Tangsel sebagai juara pertama, disusul Fakultas Psikologi UIN Jakarta, dan MAN 9 Jakarta yang menempati  peringkat kedua dan ketiga. Selain juara pertama sampai tiga, ada juga juara harapan satu dan dua, serta juara terfavorit. Masing-masing dimenangkan oleh SMAN 46 Jakarta, SMAN 2 Tangsel, dan MAN 11 Jakarta.

Sejarah Tari Saman

Tari Saman atau kerap disebut Ratoeh Jaroeh adalah sebuah kesenian tari dari suku Gayo (Gayo Lues), Aceh Tenggara. Tari Saman biasanya ditampilkan pada perayaan peristiwa-peristiwa penting adat masyarakat Aceh. Syair dalam tarian Saman menggunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo. Tarian ini dinamakan Saman karena diciptakan oleh seorang Ulama Gayo bernama Syekh Saman sekitar abad XIV Masehi.

Awalnya, tarian ini hanya berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Kemudian ditambahkan dengan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah Swt. serta diiringi oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah umat Islam.

Marzuki menambahkan, dulu Tari Saman memang menjadi milik orang Aceh. Namun, Seiring agama Islam yang sudah menyebar di seluruh nusanatara, tari Saman bukan lagi milik masyarakat Aceh, melainkan milik rakyat secara umum. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap gerakan pun bukan lagi soal agama. Tapi ada hal lain seperti etika, dan kritik terhadap pemerintah. Pada saat itu pula, nama tari Saman disebut juga Ratoeh Jaroeh.

Thohirin

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Maliq & D’Essentials Guncang @america
Next post UFF 2014: Tak Sekadar Pamer Fashion