Imagine = Enigami

Read Time:2 Minute, 51 Second
“Kertasnya jangan dibuang! Sayang kalo dibuang begitu aja.” 
Kira-kira itulah tujuan Abdullah Rofiq dan Muhammad Sarudi saat mendirikan komunitas Enigami. Mereka bermaksud menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mendaur ulang kertas bekas dan menjadikannya barang yang bernilai jual. “Setidaknya mereka sudah bisa merasa sayang saat membuang kertasnya,” ucap Rofiq saat ditemui di depan musala Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) lantai 1, Kamis (13/3). 
Perasaan sayang untuk membuang kertas telah dirasakan para anggota komunitas Enigami. Mereka mengumpulkan dan mengolah berbagai jenis kertas menjadi kreasi yang unik dan bermanfaat. 
Awalnya komunitas ini hanya bertujuan untuk memberdayakan kertas bekas. Tetapi, setelah mengikuti ajang Bank Indonesia Entrepreneur (BI Preneur) dan Greenpreneurship Challenge pada tahun 2012, kedua mahasiswa (FEB) ini membulatkan tekad untuk terjun ke masyarakat.  Mereka memberikan pelatihan soft skill dan hard skill dalam mengelola kertas. “Kami juga mengajak mereka bekerja sama guna mengangkat perekonomian mereka,” jelas Rofiq.
Komunitas yang sudah dibentuk sejak tahun 2010 ini, memiliki beberapa program. Diantaranya, Edukasi Budaya dan Hijau (Edukasi BH), Mandiri Cerdas dan Kreatif (MCK), dan Sedekah Lingkungan Hijau (Selingkuh). Edukasi BH merupakan program pertama yang sudah digeluti oleh komunitas Enigami. Melalui program perdana ini, komunitas Enigami mengedukasi masyarakat untuk menjaga lingkungan dan melestarikan budaya dengan training dan workshop.
Lain halnya dengan Edukasi BH, program MCK merupakan kegiatan pelatihan berkelanjutan kedua kelompok masyarakat binaannya yang ada di Jombang dan di Kampung Utan. Kedua masyarakat binaan ini mengembangkan produk berbeda. “Di Jombang yang dikembangkan itu Boneka Khas Indonesia (Bokani) dan yang di Kampung Utan mengebangkan kreasi figura,” tuturnya. Nantinya, sambung Rofiq, produk tersebut akan dipasarkan bersamaan dengan hasil kreasi teman-teman dari komunitas Enigami.
Selanjutnya, Program Selingkuh. Melalui program ini, komunitas Enigami mengajak masyarakat untuk bersedekah dengan sampah kertas. Sampah kertas itu kemudian akan diolah oleh komunitas Enigami. Program ini belum berjalan dengan stabil, karena masih sangat baru dan publikasinya belum berjalan maksimal. “Saat ini yang sudah menjadi donatur kertas baru teman-teman dekat kami saja,” papar Rofiq.
Selain program-program tersebut, komunitas Enigami juga mengembangkan beberapa produk. Diantaranya, Prokol (Produk Khas Lokal) yang terdiri dari Bokani, Topeng bermotif lokal, dan lampion. “Ada pula, gantungan kunci, maket keluarga, plakat, piala, tempat pulpen dan masih banyak lagi,” tambah pria yang gemar bermain dengan berbagai kertas ini.
Kertas dan Imajinasi
Sebelum komunitas yang bervisi “Cerdaskan Anak Bangsa, Selamatkan Bumi Indonesia” ini terbetuk sedemikian rupa, banyak dinamika yang sudah dilalui oleh Rofiq dan Sarudi. Mulai dari gonta-ganti nama komunitas hingga kendala saat menjalankan program-programnya. Hingga saat ini, anggota komunitas Enigami sudah mencapai 15 orang.
Rofiq mengaku nama Enigami baru diresmikan pada Oktober 2012. Sebelumnya pernah diberi nama Deadline Imagine agar pola pikir mereka itu selalu siap menghadapi deadline pesanan kreasi. “Tapi yang ada malah sebaliknya, kita jadi telat terus kalau dikejar deadline” tambah Rofiq.
Maka dari itu, lanjut Rofiq, ia dan kawannya memutuskan untuk mengubah nama deadline imagine menjadi Enigami. Hanya dengan membalik kata imagine menjadi enigami. Eni adalah penyebutan “any” dalam bahasa Inggris yang artinya apa pun, sedangkan gami berasal dari bahasa Jepang yang artinya kertas. “Padahal itu hanya berawal dari iseng-iseng saja membalik-balik kata. Jika disambungkan, Apa pun jenis kertasnya Enigami kreasinya,” katanya.
Sebagai komunitas yang baru saja dibentuk, Enigami sudah memiliki banyak prestasi. Hasil kreasi kardusnya pernah masuk salah satu nominasi hasil karya seniman muda Jakarta terbaik dalam “Ajang Jakarta 32 C” pada tahun 2010. Selain itu, komunitas Enigami juga membuat maket ikon Nusantara Beta yang dipamerkan di Monumen Nasional.
Azizah Nida Ilyas

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Perlu Kritis Tanggapi Isu Akun Anonim
Next post Duplikat Sang Guru