Read Time:1 Minute, 36 Second
Globalisasi membuka jalan bagi negara asing untuk melakukan penetrasi kebudayaan kenegara-negara lain. Kebudayaan local terus tergerus dengan datangnya budaya asing. Hal itu terlihat dari kebiasaan masyarakat sekarang yang banyak meniru budaya asing. Saat gelombang Hallyu (K-POP) mulai menyebar keberbagai negara, banyak orang yang mengikuti budaya yang berasal dari Korea Selatan tersebut, Budayawan, Sujiwo Tejo mengatakan, kebudayaan itu tak hanya sekadar adat istiadat namun termasuk pendidikan dan cara berpakaian.
Bagi Sujiwo Tejo, meskipun budaya asing mulai mendominasi budaya lokal, dirinya tak pernah khawatir kebudayaan local akan hilang “Kuncinya itu hanya satu percaya diri,” tegasnya dalam acara talkshow Culture Exhibition 2014 yang diadakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Foreign Languages Association (FLAT) UIN Jakarta, di Auditorium Harun Nasution, Senin (29/4).
Ia mengatakan, modal percaya diri yang membuat dirinya terbiasa dan bangga dengan kebudayaan Jawa. Meski sering pentas di luar negeri, Sujiwo Tejo mengaku, kecintaannya dengan budaya Jawa tidak berkurang. “Meskipun aku berbicara bahasa inggris, tapi tetap saja bahasa inggrisku medok khas Jawa, tapi aku nggak malu yang penting orang mengerti apa yang aku maksud, ” jelasnya.
Menurutnya, jika sifat percaya diri sudah tertanam dalam diri setiap orang, maka orang tersebut tak akan mudah terombang-ambing terbawa arus zaman. Ia mencontohkan, walau ia mengenakan topi koboy dari London, ia tak khawatir kebudayaan asing merasukinya.
Mbah Tejo sapaan akrabnya menuturkan, ia bangga dengan sikap percaya diri yang diajarkan oleh kedua orang tuanya. “Orang tuaku itu sejak kecil memang mempunyai alat musik gamelan, sehingga aku terbiasa mendengarkan dan berlatih gamelan, jadi bagaimanapun aku bernyanyi ya ujung-ujungnya ke lagu tradisonal,” jelasnya.
Ia menyarankan, untuk anak-anak muda sebaiknya jangan pernah malu untuk menunjukkan identitas kebudayaan Indonesia di mana pun berada. Dengan demikian kita tidak akan mudah terbawa arus zaman. “Kalau kita punya bekal, bergaul dengan siapapun, pasti tak akan mempengaruhi dan akan kembali ke asal,” katanya. Percaya diri merupakan metabolisme dalam diri seseorang untuk menyaring apapun yang masuk dalam tubuh kita sebelum dicerna.
(Nurlaela)
Average Rating