Penerbit Nonstruktural Telantar

Read Time:2 Minute, 23 Second
Demi meningkatkan integritas keilmuan, UIN Jakarta menerbitkan  buku ajar melalui UIN Jakarta Press. Buku ajar berfungsi sebagai buku utama dan penunjang kuliah mahasiswa. Sebagai penerbit nonstruktural, UIN Jakarta Press hanya mampu menerbitkan buku sekitar 200 eksemplar. Jumlah itu dibagikan kepada dosen, perpustakaan utama dan fakultas.  Karena kuantitas terbitan minim, mahasiswa terpaksa memfotokopi buku ajar.

Menanggapi hal tersebut, Direktur UIN Jakarta Press Idris Thaha menjelaskan, minimnya jumlah buku yang diterbitkan karena tidak ada anggaran dari universitas. Berbeda pada tahun 2013, UIN Jakarta menganggarkan dana untuk percetakan dan hibah dosen, Rp10 juta untuk individu dan Rp15 juta untuk kelompok melalui UIN Jakarta Press.

Sedangkan untuk tahun ini, UIN Jakarta Press tak mendapat kucuran dana sepeser pun. “Karena tahun ini wakil rektor bidang akademik tak mengadakan program penerbitan buku ajar,” ujarnya, Senin (22/9). Idris menambahkan, tak adanya dana penerbitan buku ajar menyebabkan seluruh pengelola UIN Jakarta Press seperti editor dan pembaca ahli tak digaji.

Kondisi ini diamini oleh Direktur UIN Jakarta Press tahun 2002-2006, Abudin Nata. Ia menjelaskan, sejak berdirinya lembaga penerbitan, universitas tidak pernah menganggarkan sedikit pun dana untuk biaya operasional. Hal tersebut karena UIN Press merupakan lembaga otonom yang tidak masuk satuan kerja universitas.

Sebagai lembaga otonom, UIN  Jakarta Press dapat mencari dana untuk keberlangsungan hidupnya. Tapi nyatanya, UIN Jakarta Press dilarang mencari keuntungan dari usahanya lantaran lembaga penerbitan ini menggunakan nama UIN Jakarta.

Ketiadaan dana tetap membuat UIN Jakarta Press tak berhenti menerbitkan buku. Salah satu strategi yang dilakukan saat itu yakni menjalin kerja sama dengan penerbit lain. “UIN Jakarta Press harus mandiri karena tidak mempunyai apa-apa, sedangkan jika ingin menjadi unit usaha sendiri akan berat,” kata Abudin, Kamis (23/9).

Semasa Abudin menjabat, lembaga penerbitan ini bekerja sama dengan beberapa penerbit yang kredibel, di antaranya Raja Grafindo, Angkasa, dan penerbit lain yang tergabung dalam Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).  Namun, bentuk kerja sama ini tidak berlanjut hingga saat ini.  Sebab, selepas Abudin menjabat, tidak ada lagi staf yang mengurus.

Pengajuan UIN Jakarta Press untuk masuk ke dalam struktur universitas sudah pernah dilakukan. Namun, perdebatan terjadi karena beban anggaran akan lebih besar jika struktur UIN Jakarta semakin gemuk. Selain itu, diperlukan pula proses yang lama dalam pembentukan lembaga jika ingin berdiri sendiri.
Penerbit Baru

Mulai tahun 2014, Lembaga Penerbitan dan Pengembangan Masyarakat (LP2M) dipercayai oleh universitas dalam penerbitan buku ajar karena memiliki Pusat Penelitan dan Penerbitan (Puslitpen). “LP2M telah masuk ke dalam struktur universitas, sehingga memiliki anggaran untuk memproses penerbitan buku,” kata salah satu editor UIN Jakarta Press, Hamid  Nasuhi (29/9).


LP2M sendiri telah mendesain program penerbitan buku mulai tahun ini. Naskah yang masuk akan diproses oleh editor dan pembaca ahli. Ini juga dijelaskan oleh Husnul Khatim, Staf Pengelola LP2M. Ia menuturkan, “buku ajar tahun ini sudah berada pada tahap evaluasi. Naskah yang  kita terima diproses oleh editor untuk dikoreksi hingga menjadi draf.” Rabu (1/10).

Maulia Nurul Hakim

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Mahasiswa Keluhkan Perubahan Akses Wi-Fi Kampus
Next post Menanti Raja Baru UIN Jakarta