Read Time:2 Minute, 43 Second
Organisasi mahasiswa Islam di Indonesia telah banyak memberikan pengaruh positif dalam dunia politik ataupun agama. Tidak sedikit juga tokoh yang lahir dari beberapa elemen organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM) dan Penggerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Pernyataan tersebut disampaikan oleh keynote speker Nasarudin Umar, Wakil Rektor IV periode 1998-2000 Univesitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam acara Konsorsium Islam dan Kebangsaan yang bertajuk Cetak Biru Organisasi Kemahasiswaan Islam Demi Menyongsong Indonesia yang Adil dan Berkeadaban, Senin (15/7). Acara ini diselengarahkan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dalam rangka menyambut datangnya bulan suci ramadhan 1436 H.
Nasarudin menjelaskan salah satu tokoh yang berasal dari HMI adalah Nurcholish Madjid atau sering disapa Cak Nur. Pria asal Jawa Timur ini seorang cendikiawan dan budayawan Indonesia yang menjadi pencetus konsep pluarisme yang mengakomodasikan keberagaman.
Beda lagi dengan PMII, organisasi ini telah melahirkan Presiden Republik Indonesia yang ke IV 1999-2001 yaitu Abdurrahman Wahid. Selain itu, IMM juga menyumbangkan kader terbaik mereka yaitu Amin Rais yang pernah menjabat sebagai ketua Majelis Permusyawaraan Rakyat (MPR) 1999-2004 dan menjadi bapak reformasi Indonesia.
Di sisi lain, Nasarudin menyayangkan mahasiswa saat ini yang tidak memanfaatkan organisasi sebagaimana mestinya untuk berlatih kepemimpinan dan memetik pelajaran yang tidak ada di bangku kelas. Kurangnya minat mahasiswa terhadap organisasi juga berimbas pada hal yang seharusnya harus dekat pada mahasiswa seperti membaca, menulis dan diskusi yang sekarang dinilai minim peminatnya.
Konsorsium yang diselenggarakan di Auditorium Harun Nasution Jakarta ini dihadiri pula para mahasiswa perwakilan dari empat organisasi. Dalam kesempatan tersebut, pemimpin besar dari tiap organisasi diberikan kesempatan unuk berbicara mengenai eksistensi masing- masing organisasi demi menyongsong organisasi mahasiswa yang adil dan berkeadaban.
Seperti yang disampaikan oleh Anan Yana, perwakilan KAMMI. Ia menuturkan untuk tetap mahasiswa menjaga keimanan, ketaqwaan dan kebangasaan mereka untuk menjadi mahasiswa yang berguna bagi bangsa dam agama.
Sementara itu, perwakilan HMI Muh. Arief Rasyidah juga angkat bicara dan mengatakan bagaimana peran HMI yang mendidik para kadernya untuk menjadi insan akademis pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam agar kelak berguna bagi agama dan negara.
Perwakilan dari PMII, Aminudin Ma’ruf pun memaparkan, mahasiswa harus mempunyai keseimbangan dalam memperjuangkan agama dan negara karena dua hal tersebut penting dan berkaitan. Beni Pramda perwakilan IMM pun menuturkan, untuk menjadi generasi yang hebat, tidak harus selalu masuk dalam dunia politik, namun yang penting bagaimana bisa menjadikan organisasi menjadi sebuah alat untuk berdakwah agama dan memerdekan bangsa.
Dari pemaparan ideologi tersebut, meski tiap organisasi memiliki dasar pemikiran yang berbeda, tetap memiliki tujuan yang sama yaitu pengabdian agama dan negara. Hanya saja, caranya yang berbeda untuk mencapai tujuan tersebut.
“Kalau dulu, banyak sensitifitas yang tinggi. Akan tetapi, semua organisasi mahasiswa islam mempunyai tujuan yang sama yaitu mempertahankan agama Islam dan bangsa kita untuk terus jaya,” ungkap selaku ketua pelaksana Rakhmat Abril Kholis, Senin (15/7).
Dengan diselenggarakan konsorsium ini, sambung Rahkmat, diharapkan semua mahasiswa bisa paham akan visi dan misi dari seluruh organisasi besar mahasiswa Islam. Meski ada perbedaan, tiap organisasi hendaknya tidak saling menjatuhkan satu sama lain. “Kita bersama-sama harus saling melengkapi dan menyatukan tujuan memajukan bangsa dan agama,” tutupnya.
LSA
Average Rating