Setahun Dede: Mimpi Kampus Internasional

Read Time:4 Minute, 38 Second
(Foto: Rizal)

Selama hampir setahun memimpin, Dede Rosyada berfokus membawa UIN Jakarta menjadi kampus bertaraf internasional. Publikasi internasional menjadi program utama Dede.

Institut baru bisa menemuinya sekitar pukul setengah empat sore, Jumat (20/11) lalu. Setelah menunggu beberapa saat ia akhirnya mempersilakan kami masuk di ruangannya yang belum lama pindah di lantai satu gedung rektorat.

“Selama hampir satu tahun memimpin, apa saja yang sudah Anda lakukan?”
Meningkatkan kualitas di bidang regional. Sekarang kita sudah masuk AUNQA (ASEAN University Network Quality Assurance) dan berhasil memimpin. Itu artinya, UIN (Jakarta) sudah diakui di tingkat ASEAN,” ujar Dede Rosyada.“Insyaallah Februari-April kita akan dievaluasi,” lanjutnya.

Niat Dede membawa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi kampus bertaraf internasional sepertinya tidak main-main. Terbukti, dari total 16 program kerjanya, sebagian besar di antaranya adalah upaya Dede membenahi UIN Jakarta agar bisa bersaing di tingkat internasional.

Dalam waktu dekat ini misalnya, sejak didapuk menjadi rektor menggantikan Komaruddin Hidayat pada 6 Januari lalu, Dede menargetkan UIN Jakarta harus bisa diakui di level Asia Tenggara. Beberapa kebijakan juga sudah diambilnya agar target itu segera terealisasi.Antara lain meningkatkan anggaran penelitian dosen, mengirim dosen dan mahasiswa ke beberapa perguruan tinggi di luar negeri, Dede juga berencana kembali membuka kelas internasional untuk dua fakultas UIN Jakarta.

Untuk anggaran penelitian dosen, pada 2016 mendatang Dede berencana menaikkan hingga 25 milyar untuk 600 jurnal imliah yang akan terpublikasi. Angka itu meningkat dari dua tahun sebelumnya. Pada 2013, UIN Jakarta menganggarkan 6,5 milyar untuk 550 jurnal ilmiah yang ditargetkan.

Di tahun berikutnya, 2014, dana penelitian meningkat menjadi 10 milyar untuk target 284 penelitian dosen. Jumlah itu belum termasuk total proposal peneltian yang diterima. Pada 2014 misalnya, dari jumlah 284 yang ditargetkan, hanya 108 proposal penelitian yang diterima. Angka tersebut masih terbilang rendah.

Hasil survei Litbang Institut pada Mei 2013 juga pernah menunjukan rendahnya tingkat karya ilmiah penelitian dosen. Dari 100 dosen yang menjadi responden, sebanyak 44,8 % dosen hanya bisa menghasilkan satu karya ilmiah hasil penelitian dalam setahun. Bahkan, 10,4% di antaranya menyelesaikan satu penelitian di atas satu tahun. Sementara dosen yang bisa menghasilkan dua karya ilmiah dalam setahun hanya 12,5%.

Niat UIN Jakartamenjadi kampus bertaraf internasional tidak bisa dibilang baru. Sesuai Rencana Strategis (Renstra), UIN Jakartasudah memulai proyek ini sejak masa kepemimpinan Komaruddin Hidayat pada 2012 silam. Dan rencananya, akan rampung hingga 2026 mendatang. Selama kurun waktu 14 tahun itu, UIN Jakarta membaginya ke dalam tiga tahap pembenahan yang masing-masing akan dievaluasi per lima tahun. Januari 2016 mendatang, UIN Jakarta memasuki lima tahun pertama untuk evaluasi di bidang lembaga kemahasiswaan.

Kinerja Wakil Rektor
Selain menaikkan jumlah anggaran penelitian dosen, menambah jumlah mahasiswa asing, pembenahan juga terus dilakukan di bidang akademik. Belum lama ini, Wakil Rektor Bidang Akademik UIN Jakarta, Fadhilah Suralaga, mengaku pihaknya mulai menerapkan kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sesuai himbauan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti).

KKNI mengubah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan UIN Jakarta. Menurut Fadhilah, Kurikulum KKNI ini akan menekankan kepada profil lulusan dan capaian pembelajaran di setiap program studi (prodi). Dari total 11 fakultas, hingga kini, sisa dua fakultas—Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dan Fakultas Sains dan Teknologi (FST)—yang belum menerapkan KKNI.

Pada 2016 mendatang, Fadhilah juga berencana mempersiapkan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) bagi setiap mahasiswa yang memiliki prestasi non formal. SKPI, kata Fadhilah, merupakan bagian dari pengembangan kurikulum KKNI. Nantinya, SKPI berupa sertifikat resmi berupa keterangan kompetensi mahasiswa yang dikeluarkan perguruan tinggi. Sehingga nantinya, SKPI dapat dipakai untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan keahlian.

Sementara itu, terciptanya budaya kerja yang bersih dan tepat waktu menjadi program kerja utama Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Abdul Hamid.“Jangan sampai ada manipulasi fungsi kerja, contohnya jika sudah ditentukan jam kerja sebanyak 8 jam maka tidak boleh ada yang kurang dari 8 jam,” ujarnya, Kamis (19/11).

Hamid menilai budaya kerja indisipliner di UIN Jakarta menjadi tantangan dari program utamanya itu. Tercatat, sejak periode pertama kepemimpinan Komaruddin Hidayat pada 2006 silam, membentuk budaya kerja disiplin juga menjadi program utama dari Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum yang kala itu dipimpin Amsal Bakhtiar.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Yusron Razak menuturkan, dirinya mempunyai proker utama yaitu peningkatan pelayanan dan pembinaan bagi mahasiswa. Menyoal pelayanan, misi kemahasiswaan ialah memberikan layanan yang prima sehingga pengurusan administrasi dan pencairan dana berjalan cepat, tepat, dan nyaman. Yusron tak menampik, selama ini birokrasi pelayanan mahasiswa dinilai sulit.

Niat Yusron itu bukan tanpa alasan. Pada 2013 silam misalnya, hasil survei yang dilakukan Litbang Institut menunjukkan kecenderungan ketidakpuasan mahasiswa terhadap pelayanan. Hasil survei tersebut menunjukkan, dari total 100 responden sebanyak 55% menilai penanganan petugas akademik di fakultas maupun universitas dinilai lambat. Dan sebanyak 47%lainnya menunjukkan tidak puas.

Wakil Rektor Bidang Kerjasama, Murodi memaparkan, selama setahun jabatannya, pihaknya berusaha membangun kerjasama UIN Jakarta dengan berbagai pihak baik di dalam maupun luar negeri. Murodi mengamati, UIN Jakarta memiliki potensi yang besar dalam pengembangan kerjasama.

Peningkatan kerjasama luar negeri, jelas Murodi, ditempuh dengan pengiriman beberapa dosen ke luar negeri untuk melakukan riset. Hingga kini, ada dua guru besar yang masing-masing dikirim ke Maroko dan Inggris, satu dosen ke Malaysia, dan satu dosen ke Australia. “Sehabis riset di luar negeri, mereka wajib membuat karya tulis ilmiah yang akan diterbitkan di jurnal internasional,” katanya, Kamis (16/11).


Selain itu, UIN Jakarta tahun ini juga telah mengirimkan dua mahasiswa ke Western Sydney University (WSU) Australia dalam bentuk sandwich programme. Program tersebut memungkinkan mahasiswa belajar selama satu semester di luar negeri tanpa membayar sepeser pun. Ke depan, UIN Jakarta akan membuka jaringan kerjasama dengan Jerman, Austria, Perancis,  Inggris, Kanada, Amerika dan negara-negara Timur Tengah.

Jeannita Kirana

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Festival Seni Islami Salurkan Bakat dan Kreativitas
Next post Satu Tujuan Kreasikan Musik Bersama KMM RIAK