Read Time:1 Minute, 46 Second
Februari 2016, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengganti pengelola parkir kampus dari UIN Parking kepada Gerbang Berkah (GB) Parking. Selama satu bulan terhitung sampai 31 Maret 2016 sistem tersebut masih dalam masa uji coba.
Sejak bergantinya pengelolaan, berbagai fasilitas dipasang untuk menunjang keperluan parkir. Pemindai tiket, mesin tiket dan palang otomatis telah dipasang GB Parking. Namun, sebagian fasilitas belum dipasang seperti kamera Closed Circuit Television (CCTV).
Instalasi CCTV untuk saat ini hanya ada di loket parkir menuju Gedung Rektorat. Salah satu petugas kontrol GB Parking, Rouf mengatakan, CCTV belum terpasang di semua lokasi lantaran masih dalam masa uji coba. “Ke depannya (April 2016) CCTV akan dipasang di semua loket masuk dan keluar,” tambahnya, Senin (21/3).
Bukan hanya CCTV yang belum terpasang, penggunaan alat pemindai tiket pun belum maksimal. Rouf menambahkan, pemindai tiket berfungsi sebagai penghitung lama waktu parkir kendaraan. Selanjutnya, data dari pemindaian akan disamakan dengan data yang didapatkan dari CCTV. “Jadi, saat tiket discan akan keluar foto pengendara dan plat kendaraan,” kata Rouf.
“Sistem parkir saat ini tak ada ubahnya dengan pengelolaan parkir sebelumnya (UIN Parking),” ungkapnya. Bukan hanya fasilitas yang belum maksimal, tetapi anggaran asuransi bagi kendaraan bermotor pada masa uji coba belum diberikan. Asuransi baru, sambungnya, akan diberikan pada saat semua sistem telah diberlakukan sepenuhnya pada April 2016.
Rouf menegaskan, asuransi belum diberikan karena masih dalam masa percobaan. Terlebih, lanjutnya, tarif yang diberikan tidak berubah dari pengelolaan yang lama. Dengan alasan nominal tarif yang kecil membuat asuransi tersebut belum diberlakukan.
Menanggapi berubahnya fasilitas dan pengelolaan parkir swasta, tidak sedikit mahasiswa yang tidak setuju atas pergantian tersebut. Salah satu mahasiswa semester empat, program studi (Prodi) Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), Muhammad Zalfa mengatakan, jika pengelolaan dipegang oleh pihak swasta sama saja dengan menjual kampus. “Sebaik-baiknya fasilitas, tetap saja hanya menjadi lahan bisnis,” ungkapnya, Senin (21/3).
Senada dengan Zalfa, mahasiswa semester enam, Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Budi Prastya mengatakan, tarif parkir cukuplah Rp500 jangan terlalu membebankan mahasiswa. “Ini kan kampus negeri, jadi lebih baik dibenahi dulu fasilitasnya,” katanya, Senin (21/3).
Eko Ramdani
Average Rating