Raja Untuk Suranesia

Read Time:2 Minute, 7 Second
Helaian kain hitam yang terpasang di setiap sisi tembok membuat sinar mentari siang tak dapat menyinari ruangan. Hanya sorotan lampu beragam warna yang menjadi penerangnya. Bangku penonton sudah mulai diisi oleh pengunjung yang hadir. Awal pertunjukan dimulai dengan adanya sebuah kursi ala kerajaan beserta figura-figuranya.

Pementasan drama yang diperankan oleh Mahasiswa Semester Enam Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan berjudul Republik Cangik. Acara tersebut dimainkan pada Rabu, 1 Juni 2016 di Aula Student Center. Suasana ala kerajaan menjadi latar belakang pertunjukan.

Drama yang merupakan mata kuliah tersebut mengisahkan tentang sebuah kerajaan bernama Suranesia yang berdiri di daerah Sulawesi Selatan, tepatnya di Makasar. Kala itu, kerajaan Suranesia tengah mencari seorang raja. Mereka melakukan sayembara yang diikuti oleh Jaka Wisesa, Burama-rama, dan Santunu Guru. Masing-masing dari mereka  maju menunjukan visi dan misinya.

Burama-rama merupakan sosok wanita yang gemar menyanyi dan membawa gitar. Ia meyakinkan masyarakat melalui pidato yang diiringi dengan lagu. Namun sayangnya, sang abdi dalem yang merupakan pengurus dan pengatur kerajaan menolak keberadaannya. Begitu pula Santunu Guru yang kebaradaannya ditolak abdi dalem karena orasinya yang disertai pistol.

Kedua peserta yang telah tampil ternyata tidak sesuai harapan. Para juri yang terdiri dari Betari Permoni sebagai raja setan, Mak Cangik sebagai penghuni abdi dalem, Batara Narada, Riri Ratih selaku putri Mahkota, dan Kakek Semar selaku Petuah merasa risau. Hal itu  dikarenakan mereka tidak menemukan calon raja yang diinginkan.

Keadaan berbeda hadir saat Jaka Wisesa memaparkan visi misi yang membuat abdi dalem terkagum-kagum. Namun, hal itu tidak dirasakan oleh Riri Ratih. Ia merupakan satu-satunya juri yang menolak Jaka Wisesa menjadi seorang raja, dengan dalih Jaka Wisesa bukan turunan bangsawan.

Perbedaan pendapat dari Riri Ratih ditolak oleh juri yang lainnya, terutama Mak Cangik selaku orang yang mendukung pencalonan Jaka Wisesa. Perdebatan pencalonan Jaka Wisesa semakin sengit. Akhirnya, Batara Narada memberikan hasil petunjuk langit yang berisi bahwa Jaka Wisesa berhak menjadi seorang raja.

Pihak kerajaan menunjuk Jaka Wisesa menjadi seorang raja. Namun, Bala Dewa datang saat hasil sayembara akan diumumkan. Bala Dewa adalah pemimpin yang ditakuti oleh seluruh juri dan masyarakat yang hadir. Melihat adanya sayembara tersebut, Bala Dewa marah dan menuntut abdi dalem untuk mengangkatnya menjadi raja. Hingga pada akhirnya singgagsana kerajaan dikuasai Bala Dewa.

Persiapan dan latihan yang dilakukan untuk pementasan drama tersebut dilaksanakan selama empat bulan terakhir. Penggarapan tema pada paggelaran itu dilatar belakangi oleh realita kepemimpinan yang saat ini banyak tidak independen.”Tidak ada pemimpin yang mutlak semua terpengaruh dan tidak ada idealism”, ungkap pemeran sekaligus mahasiswa PBSI Dedi Sentosa, Rabu, (1/6).

SA

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Pengumuman Pemenang Lomba Cerpen LPM Institut
Next post Pekerja Bongkar Panggung DCDC