Beda Haluan Tak Mengubur Impian

Read Time:3 Minute, 31 Second


Baginya Jurnalistik adalah jurusan. Namun memasak  adalah impian
Berkecimpung bertahun-tahun pada jurusan media tak melulu harus menghadirkan tangan yang cakap pada pena. Walau koran seringkali jadi bahan ajar dan kritikan, bukan berarti akan menghasilkan pribadi yang paham luar dalam terkait pemberitaan media. Bisa saja aktivitas yang berawal dari hobi, ke depan dapat berganti menjadi profesi. Keyakinan itulah yang sepertinya tertanam oleh Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Hazhiyah Fathaniyah Rifa’at. 
Bukannya memacu diri untuk menjadi seorang jurnalis ataupun reporter, Mahasiswi semester tujuh ini malah menarik dirinya sebagai seorang chef. Awalnya hanya sekadar bermain  masakan. Properti yang digunakan pun bukan kompor yang bisa mengeluarkan api, namun tanah liat yang dibuat serupa dengan tungku. Perempuan yang akrab dipanggil Fathan ini mengaku  ia kerap menggunakan dedaunan sebagai bahan masakan.
Seiring berjalannya waktu, hobi masakan tadi pun menjelma jadi memasak yang sebenarnya. Mula-mula membantu ibu di dapur untuk memenuhi makan keluarga, Fathan kadangkala berkeskperimen dengan mencoba pelbagai menu baru pada masakannya. Gadis kelahiran dua puluh satu tahun silam ini pun mengaku sejak kecil ia hobi menonton siaran kuliner di televisi. Jika dahulu di akhir pekan anak-anak menunggu tayangan kartun, Fathan justru lebih suka melihat sosok Chef  Siska Swiutomo dalam program memasak. 
Sejak dianggap ‘cukup umur’ untuk memegang pisau, Fathan pun mulai menimbang saran beberapa temannya untuk mengikuti lomba memasak. Ia pun mulai mengulik-ngulik informasi di media sosial semisal Instagram. Alhasil Fathan pun berjodoh dengan akun Instagram salah satu penyedap rasa yang cukup dikenal masyarakat Indonesia. Tak tanggung-tanggung, Ia langsung meraih posisi kedua dalam kompetisi foto Love At First Taste yang diselenggarakan oleh Royco. 
Tak sekadar kemenangan berupa piala dan piagam perhargaan, Ia pun berhasil membawa hadiah sejumlah uang sebesar Rp.1.400.000. “Gak  Cuma uang, aku juga bisa ketemu Chef Putri Meranti Indra berikut dengan Class Cooking nya juga,” ungkapnya ketika ditemui di gedung Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fidikom) lantai enam, Kamis (19/11).
Seakan haus akan pengalaman memasak, Fathan tak langsung berpuas hati setelah memenangi lomba meracik masakan tradisional yang diselenggarkan Se-Indonesia itu. Ia kembali menyambangi media sosial yang punya muatan masakan. Kali ini perempuan kelahiran 9 Januari ini pun kembali mencoba tanding masak dalam acara Big Bang Ceremony yang diusung oleh Sangobion.  
Tema yang diusung pun sederhana. Peserta harus menyajikan masakan yang mencegah tumbuhnya penyakit anemia. Dengan mengandalkan brokoli dan daging sapi sebagai komposi dasarnya, Fathan pun berhasil kembali meraih juara.  Selain hadiah yang diterima sebagai pemenang ketiga, Ia pun mendapatkan pengalaman berharga. 
Berkat kemenagan yang Ia terima, Fathan pun didapuk menjadi asisten, Rudy Choirudin. Ia menemani Chef  kondang di Indonesia ini dalam acara Masak Sehat Indonesia Bebas Anemia yang diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Maret 2017 lalu. “Dulunya pas kecil cuma bisa liat di televisi, sekarang bisa bertemu dan diberi kesempatan menjadi co-chef,” tuturnya di dalam akun Instagram miliknya,  Hazhiyahrf. 
Sekali lagi Ia pun kembali mencoba mencari pengalaman lain di dunia memasak dengan mengikuti event  yang dihadirkan oleh produk tepung Kobe. Seperti biasa, penyelenggara lomba menentukan tema masakan yang kali ini menggunakan komposisi dasar telur. Seakan sudah menjadi jalannya, Fathan kembali meraih kemenangan. Segenap usaha dan kemenangan yang diraih tentunya tak lepas dari pengaruh orang-orang terdekat. Begitu pulalah yang dirasakan oleh Fathan. Sosok seorang ibu yang selalu memberi dukungan dalam memasak acap kali menjadi peyemangat baginya.
Memang tak selalu usaha yang dilakukan berjalan mulus tanpa kendala. Fathan sendiri mengakui jika Ia memiliki ketakutan tergores benda-benda tajam selagi memasak. Namun kekhawatiran tersebut dapat disingkirkan segera. Belum lagi beberapa bahan masakan yang sulit ditemukan. “Kalau pun ada, belum berlabel halal. Jadi sulit mencari penggantinya sebagai resep masakan.”
Ketika ditanya bagaimana antara memasak dengan jurusan jurnalistik yang saat ini tengah dijalani? “Saya akan menjalani keduanya dengan serius” tuturnya sembari cecekilan. Dahulu memang pernah Ia berharap bisa memasuki ranah pendidikan berkaitan dengan fashion yang dimiliki yaitu tata boga. Namun Fathan tak mau mengambil pusing. Baginya perkuliahan jurnalistik sekarang adalah kewajiban yang harus dijalani dengan sebaik-baiknya. Namun bukan berarti harus mengubur mimpinya, bahkan berharap nantinya kecintaan dalam dunia memasak dapat dibawa ke dunia kerja. “ Jurnalistik itu jurusanku, masak itu fashion dan hobi,” pungkasnya.
Aisyah Nursyamsi

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Strategi Milenial Melawan Isu Media Sosial
Next post Perkuat Poros Maritim, Direktur CISS Sarankan Jokowi Segera Rotasi Panglima TNI