Read Time:2 Minute, 0 Second
GAZA – Mohammad Nimnim (15) menumpangkan jerikennya di atas kursi roda. Ia mendorong kursi roda itu menuju masjid untuk diisi air bersih. Mengambil air di sumber tertentu biasa dilakukan para pengungsi Gaza di Al Shati (beach camp) untuk mendapat air layak konsumsi. Sebagian besar air di wilayah kamp pengungsian al Shati sudah tidak layak konsumsi. Air tanah di sana sudah terlalu asin karena akuifer tidak lagi berfungsi baik.
Selain krisis listrik, krisis air bersih adalah problem bagi Gaza. Urung ada solusi jangka panjang untuk masalah tersebut. Public Radio International melaporkan, sejak 20 tahun lalu, 85 persen air minum di Gaza terkontaminasi. Pada 2018, mereka menemukan fakta memprihatinkan bahwa kadar kontaminasi meningkat menjadi 97 persen. Padahal, mengonsumsi air terkontaminasi adalah masalah serius bagi kesehatan. Sejumlah penyakit seperti diare, penyakit ginjal, pendek (stunting), hingga gangguan kecerdasan adalah risikonya.
Hingga saat ini, warga Gaza terpaksa menerima keadaan itu. Pasokan air bersih menjadi hal yang sangat penting bagi kelanjutan hidup mereka. Selain mengandalkan sumber air tertentu, mereka juga biasa memperoleh pasokan air bersih dari truk tangki atau desalinasi.“Air bersih dan listrik? Lupakan soal itu. Di sini tidak ada,” ujar Atef, keluarga Nimnim lainya seperti yang disiarkan Public Radio International November 2018 lalu.
Mantan Wakil Menteri Air Palestina Rebhi Al Sheikh mengatakan, air desalinasi juga cenderung tercemar kotoran manusia dan bakteri e. Coli karena hampir tidak mengandung garam. Lebih-lebih ketika disimpan di penampungan rumah selama lebih dari 10 hari. Sheikh mengatakan, tingkat pencemarannya meningkat hingga 70 persen.
Krisis air adalah dampak yang muncul dari konflik berkepanjangan di Gaza. Sejak 2015, Aksi Cepat Tanggap (ACT) mewakili masyarakat Indonesia berikhtiar meredam krisis tersebut dengan memasok bantuan air bersih melalui program Mobile Water Tank. Berdasarkan data Global Humanity Response (GHR)–ACT tahun 2018, sebanyak 1.008.800 telah menerima manfaat program water tank. Air bersih didistribusikan ke sejumlah pemukiman atau pun fasilitas publik seperti rumah sakit dan sekolah. Sekolah menengah Al Hood salah satunya.
Iman Abu Shalamah, deputi manajer sekolah itu menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Indonesia. “Kami menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya. Terima kasih kepada masyarakat Indonesia pada umumnya dan ACT sebagia organisasi yang telah menyediakan air bersih untuk sekolah kami. Sebelumnya, sejumlah siswa di skeolah kami terkena penyakit akibat mengonsumsi air terkontaminasi,” ungkapnya pada tim ACT di Gaza November lalu.
Hingga kini, program air bersih ACT untuk Palestina terus berjalan sebagai salah satu ikhtiar meredam krisis kemanusiaan di negeri tersebut. [] Penulis: Gina Mardani Cahyaningtyas
Average Rating