Belajar Makna Kehidupan dari Komunitas Punk

Belajar Makna Kehidupan dari Komunitas Punk

Read Time:2 Minute, 9 Second
Belajar Makna Kehidupan dari Komunitas Punk
Secara historis, masuk dan berkembangnya aliran punk di Indonesia pada saat era Orde Baru. Menjadi penanda masifnya arus budaya barat yang masuk ke Indonesia. Punk menjadi satu budaya perlawanan terhadap standar kemapanan, kapitalisme dan otoritarianisme, dengan alat perlawanan berupa musik. Turut pula menjamurnya komunitas-komunitas punk di Indonesia.
Taring Babi merupakan salah satu komunitas punk yang lahir di era itu, tepatnya pada tahun 1996. Keberadaan Komunitas Taring Babi tak lepas dari campur tangan kelompok musik punk Marjinal. Aktivitas Komunitas Taring Babi tak luput dari dunia seni, mulai dari bermusik, seni gambar, seni tato, hingga sablon. Turut pula bergelut pada aktivisme sosial, seperti bakti sosial.
Istilah Taring Babi dikalangan masyarakat umum terkesan negatif. Salah seorang pendiri
Komunitas Taring Babi dan juga personel Marjinal Bobby Adam Firman, alias Bob berkukuh menggunakan sebagai nama komunitasnya. “Filosofi Taring Babi menunjukkan keserakahan manusia layaknya binatang babi. Penggunaan nama Taring Babi menjadi pengingat bagi manusia akan hasrat kerakusannya,” jelasnya, Selasa (29/04).
Komunitas Taring Babi membuka ruang bagi siapa saja yang ingin bergabung. Menjadi sebuah rumah singgah bagi siapapun yang mau belajar tentang makna kehidupan. Salah satu anggota komunitas, Umam telah ikut bergabung sejak tahun 2003. Ia merasa dapat banyak pelajaran di komunitas ini. Juga bagi Riki, alias Jenong yang memiliki kegemaran pada seni tato, menjadikannya turut bergabung bersama komunitas Taring Babi.
Komunitas Taring Babi sebagai salah satu komunitas punk, tidak menutup diri dari lingkungan masyarakat. Terbukti dengan keberadaan basecamp Taring Babi yang bertempat di wilayah Jagakarsa, Jakarta Selatan. Berawal dari tahun 2002, dengan mengontrak seharga Rp500.000, Komunitas Taring Babi berbaur dengan masyarakat setempat. Bob menyebutkan bahwa anak- anak komunitas banyak belajar dari masyarakat sampai saat ini.
Awal keberadaan komunitas Taring Babi di sekeliling masyarakat setempat pernah mendapatkesan buruk. Dengan gaya penampilan yang tidak biasa, seperti rambut mohawk dan penuh tato, masyarakat setempat merasa risi akan kehadirannya. Menurut salah satu warga setempat, Mawar menuturkan bahwa penampilan anak-anak komunitas dianggapnya seram. “Awalnya takut sama penampilannya, ternyata mereka suka bantu-bantu kita,” tuturnya, Selasa (29/04).
Keseharian Komunitas Taring Babi menjadikan masyarakat setempat dapat menerima keberadaan mereka. Mulai dari ikut bergabung acara Karang Taruna dan mengadakan lomba Agustusan. Tidak hanya itu, Komunitas Taring Babi turut membantu memakmurkan ekonomi masyarakat setempat, dengan memberi sumbangan dan beragam pelatihan seperti menggambar, mengajarkan Bahasa Inggris, dan pelatihan lainnya.
Hal ini pula yang menjadikan Ketua Rukun Tetangga (RT) Sumbaji dapat menerima keberadaan mereka. Bagi Sumbaji, anak-anak punk di Komunitas Taring Babi banyak sekali membantu warga dan juga menjadikannya berubah dalam memandang anak-anak punk. “Siapapun tak bisa hanya dilihat dari penampilan. Anak-anak Komunitas Taring Babi tidak boleh dibedakan,”
tutupnya, Selasa (29/04).
MIA

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Minim Prestasi Di balik Singgasana Dema Previous post Minim Prestasi Di balik Singgasana Dema
Ironi Semangat Dekolonisasi Next post Ironi Semangat Dekolonisasi