Kerja Keras Tangani Covid-19

Kerja Keras Tangani Covid-19

Read Time:3 Minute, 24 Second

 

Kerja Keras Tangani Covid-19


Kala orang lain dapat menikmati waktu lebih banyak di rumah karena pandemi, lain halnya dengan sosok satu ini. Ia menghilangkan rasa takutnya demi menjadi garda terdepan penanganan Covid-19.

Berbicara soal pandemi, sosok Dokter Erike Anggraini tak perlu diragukan lagi. Sepak terjangnya di bidang mikrobiologi klinik tak bisa diremehkan. Kini, dokter satu ini terpilih sebagai Ketua Tim Laboratoriun Terpadu Layanan Molekuler Corona Virus Disease 2019(Covid-19) di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak hanya aktif praktik di laboratorium, ia juga menjadi bagian dari tenaga pengajar FK UIN Jakarta sekaligus tenaga medis di Rumah Sakit Sari Asih Ciputat dan Karawaci.

Lantas apa sebenarnya mikrobiologi klinik itu? Menurut pemaparan dr Erike, bidang mikrobiologi klinik merupakan ilmu yang mempelajari berbagai jenis mikroorganisme dengan sifat dan diagnostik yang berbeda. Dengan begitu, ia mengakui bidangnya masih belum dikenal publik secara luas dan belum banyak diminati. Namun, di masa pandemi Covid-19 membuat spesialisasi ini mulai banyak didengar publik. Hal ini karena dokter spesialis mikrobiologi klinik sangat diperlukan pada bidang diagnostik dan pengendalian infeksi di rumah sakit.

Wanita kelahiran tahun 1981 ini mengawali langkahnya sebagai tenaga pengajar FK UIN Jakarta sejak tahun 2008. Pada awalnya, ia banyak membantu mengajar di bagian pendidikan dokter, namun lambat laun dr Erike ditempatkan di bidang mikrobiologi. Karena penempatannya tersebut, ia memutuskan untuk mengambil spesialisasi mikrobiologi klinik di FK Universitas Indonesia. “Saat ini saya tengah menyelesaikan disertasi saya yang berjudul resistensi antibiotik pada pasien infeksi saluran kemih,” ungkap dr Erike via WhatsApp, Jumat (2/10).

Selain menangani pasien Covid di rumah sakit tempat ia melakukan praktik, dr Erike juga ditunjuk sebagai Ketua Tim Layanan Molekuler Covid di Laboratorium FK UIN Jakarta. Jumlah sampel perhari yang harus ia periksa mencapai 70 hingga 100 sampel, dan seluruh hasil pemeriksaan sampel tersebut harus selesai sekitar dua hingga empat hari. Belum lagi saat munculnya kasus resistensi antibiotik pada pasien Covid dengan infeksi bakteri sekunder, hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi para spesialis mikrobiologi klinik di masa pandemi ini.

Untuk menangani kasus tersebut, menurut Dokter  Sari Asih Ciputat ini para spesialis mikrobiologi klinik harus bisa mengedukasi metode dan prinsip Polymerase Chain Reaction (PCR). PCR sendiri merupakan salah satu metode tes pendeteksi Covid-19 yang memerlukan pemahaman khusus. Selain itu, solusi yang bisa dilakukan para spesialis mikrobiologi klinik adalah dengan memberikan sosialisasi tentang pencegahan dan pengendalian infeksi Covid-19 baik di rumah sakit maupun komunitas rasional.

Terlepas dari ada atau tidaknya resiko penularan Covid-19 dari sampel dan pasien yang di uji swab di laboratorium, membuat dr Erike harus siap menerima resiko apapun. Namun ia yakin bahwa laboratorium terpadu Covid-19 FK UIN Jakarta sudah memenuhi standar biosafety yang maksimal. Dari banyaknya aktivitas yang menyita waktu dan tenaganya, dokter satu ini mengorbankan waktu istirahatnya dengan tetap menjaga keseimbangan tubuh dengan makan-makanan yang bergizi.

Kedepannya dr Erike berharap banyak dokter yang mengambil spesialis mikrobiologi klinik. Sebab Indonesia berada di daerah tropis yang mana banyak sekali penyakit infeksi yang berkaitan dengan mikroorganisme. Ditambah lagi dengan meningkatnya kejadian resistensi antibiotik, sehingga tidak banyak pilihan obat pada kasus infeksi, maka hal itu begitu membutuhkan peranan dan keahlian dokter spesialis mikrobiologi klinik. “Semoga nanti banyak yang tertarik dengan spesialisasi ini,” pungkas dr Erike, Jumat (2/10).

UIN Jakarta Miliki Laboratorium Pemeriksaan Molekuler Covid-19

UIN Jakarta kini memiliki Laboratorium Terpadu Layanan Molekuler Covid-19. Laboratorium diresmikan pada Selasa (2/6) dan berlokasi di Gedung FK UIN Jakarta. Laboratorium tersebut digunakan sebagai tempat pemeriksaan molekuler realtime Polymerase Chain Reaction (PCR) Covid-19 dan sebagai laboratorium jejaring di wilayah Provinsi Banten.

Saat ini, para tim yang bertugas sudah melakukan pemeriksaan pada 3.500 spesimen dari berbagai fasilitas kesehatan dan instansi. Laboratorium tersebut menyediakan layanan pemeriksaan gratis dengan dua hingga empat hari waktu penyelesaian. Sementara itu, pemeriksaan mandiri hanya butuh waktu sekitar satu hingga dua hari.

Erike pun mengungkapkan, adanya laboratorium tersebut sebagai bentuk sumbangsih dari FK UIN Jakarta untuk turut aktif berkontribusi dalam melakukan diagnosis molekuler di masa pandemi. “Itu bentuk sumbangsih karena kami memiliki dokter di bidang mikrobilogi klinik, patologi klinik, dan lulusan di bidang molekuler,” tutur Erike, Rabu (30/9).

Sefi Rafiani

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Kontroversi Pernyataan Menag Soal Pemuda Good Looking Previous post Kontroversi Pernyataan Menag Soal Pemuda Good Looking
Pesona Alam Bukit Tangkeban Next post Pesona Alam Bukit Tangkeban