Pemilwa menjadi ajang bergengsi dalam dunia politik kampus dalam menentukan kepemimpinan mahasiswa di masa mendatang. Akan tetapi pelaksanaan Pemilwa di tengah pandemi menorehkan sejarah baru dalam demokrasi kampus
Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa) menjadi agenda rutin yang dilaksanakan di setiap kampus untuk memilih calon pemimpin mahasiswa. Pemilwa dilaksanakan untuk menciptakan ruang bagi mahasiswa yang tertarik dalam dunia politik di dalam kampus. Tak terkecuali di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pemilwa tahun ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, jika dulu pelaksanaannya secara langsung di kampus. Namun ajang pemilwa di tengah pandemi saat ini, pelaksanaan dilakukan secara online. Berdasarkan notulensi hasil rapat Komisi Pemilihan Mahasiswa (KPM) dalam rangka persiapan pelaksanaan Pemilwa, pada tanggal 20 November. KPM menetapkan tanggal 30 November adalah pelaksanaan Pemilwa 2020.
Pemilwa onlinetahun ini semakin dekat, hari itu lah yang ditunggu-tunggu oleh mahasiswa untuk menentukan nasib UIN Jakarta di masa depan. Penyelenggaraan pemilwa di tengah pandemi ini merupakan sebuah perwujudan baru dalam sejarah kontestasi politik mahasiswa yang harus diterima demiberlangsungnya demokrasi kampus.
Pemilwa tahun ini dilakukan secara daring menggunakan E-voting, walau pun sebelumnya E-voting juga sudah diterapkan. Namun tetap mempunyai dampak tersendiri bagi mahasiswa dan sangat berpengaruh bagi antusiasme mahasiswa itu sendiri. Seperti halnya mahasiswa ada yang bersemangat dan ada pula yang apatis.
Sebagian mahasiswa menyambut baik pemilwa online tahun ini seperti yang diungkapkan oleh mahasiswa semester lima Fakultas Ilmu Sosial-Ilmu Politik, Adams Pratama. Adams mengungkapkan bahwa setiap ada pelaksanaan Pemilwa dia cukup antusias, karena Pemilwa ini menentukan siapa pemimpin kampus ke depan, “Nasib kampus kita juga ditentukan di sini.”Ungkapnya lewat wawancaranya via WhatsApp, Kamis (12/11).
Sama halnya dengan mahasiswa semester tiga Fakultas Ushuluddin,Muhammad Ajril Mually. Ia sangat antusias dalam menyambut Pemilwa tahun ini, karena ini pertama kalinya dia sebagai mahasiswa ikut dalam tahap demokrasi di tingkat kampus, “Karena saya baru semester tiga dan perdana bagi saya, tentu itu membuat antusias kita semakin tinggi,” Tutur Ajril saat di wawancarai via WhatsApp, Jumat (13/11).
Namun tak jarang juga mahasiswa yang apatis dan kurang tertarik dengan Pemilwa online tahun ini, namun mereka juga mengungkapkan alasan mereka. Adams mengatakan bahwa masih banyak mahasiswa yang apatis, namun dia juga tidak menyatakan bahwa itu salah, ”Mungkin menurut mereka Dewan Eksekutif Mahasiswa atau Senat Mahasiswa masih kurang berdampak pada mahasiswa,” ujar Adams saat diwawancara via WhatsApp, Kamis (12/11).
Lain halnya dengan mahasiswa semester tujuh Fakultas Adab dan Humaniora,Irfan Abdillah. Saat diwawancara via WhatsApp Irfan mengatakan bahwasanya Pemilwa di tengan pandemi kurang menjadi perbincangan di kalangan mahasiswa, “Karena adanya wabah pandemi, pemilwa tidak sehangat tahun-tahun sebelumnya,” jelas Irfan saat di wawancarai via WhatsApp, Jumat (13/11).
Dalam wawancara itu Irfan juga menambahkan bahwa pelaksanaan Pemilwa di tengah pandemi ini menjadi pelajaran bagi para peserta kontestasi beserta timnya. Karena mereka harus bisa lebih kreatif memperjuangkan apa yang telah direncanakan, serta menyusun strategi ampuh agar bisa memenangi persaingan kepentingan.
Adapun mahasiswa baru, tidak sedikit dari mereka yang tidak paham betul tentang Pemilwa dan masih bertanya-tanya. Hal ini diakui oleh mahasiswa semester satu Fakultas Ushuluddin, Arika Nurfitriah. Arika merasa belum paham betul tentang Pemilwa online ini, Siapa saja kandidatnya, bagaimana sistemnya, bahkan pelaksanaannya pun ia tidak tahu. “Dan masih banyak lagi pertanyaan berkecamuk di fikiran saya,”jelas Arika lewat wawancaranya via online, Jumat (13/11).
Average Rating