Membuka Kartu Koruptor

Membuka Kartu Koruptor

Read Time:4 Minute, 11 Second

Membuka Kartu Koruptor

Lampu remang-remang menerangi pendopo Indraja. Ditemani suara radio yang sember, seorang pria berdiri di hadapan penonton dan mengaku bahwa dia adalah seorang koruptor.

Dengan berpakaian rapi lengkap dengan dasi, pantofel, dan juga peci, Habib Argityar membeberkan rahasia-rahasia koruptor kepada penonton. “Kenapa, di negeri kita ini banyak koruptor?” tanya Habib dengan keras. “Itu semua, karena kalian semua, miskin!” jawab Habib dengan tawanya yang memenuhi pendopo.

Seorang koruptor juga berdoa untuk rakyat. Habib menengadahkan tangan, kepalanya menghadap ke atas dan mulai berdoa. “Ya Tuhan, semoga rakyat akan terus sakit dan miskin.” Kemudian Habib mengaku kalau dirinya adalah koruptor yang budiman dan suka berbagi rezeki. Rezeki itu dia bagikan kepada orang yang membutuhkan, misalnya hakim, jaksa, dan pengacara. Habib berujar kalau selama kemiskinan masih ada, maka korupsi juga akan terus ada di negara ini.

Habib melanjutkan pembukaan kartu yang kedua. Menurutnya, seorang koruptor tidak perlu melarikan diri ketika kasusnya mulai muncul ke permukaan. Koruptor harusnya menyerahkan diri saja ke pengadilan, toh juga mereka tidak akan diperlakukan seperti maling ayam. Uang yang digunakan untuk kabur juga menjadi sia-sia jika pada akhirnya koruptor tertangkap. Walaupun seorang koruptor tertangkap, tidak serta menyebabkan roda perkorupsian berhenti.

Pada pembukaan terakhir, Habib membeberkan sandiwara yang dimainkan seorang koruptor untuk menciptakan keributan demokrasi. “Seolah-olah ada kubu yang mendukung dan ada kubu yang menolak saya. Padahal, itu semua saya yang bayar.” bagi Habib, seorang koruptor juga harus pandai menjaga citra di mata masyarakat. Makanya ia sering mendanai kegiatan kesenian, acara pengajian, pesta tujuh belasan, yang tentu akan diliput oleh media.

Habib kemudian berpesan, “janganlah menjadi seorang koruptor. Karena sekali Anda berhasil, maka anda tidak akan berhenti.” Dia melanjutkan, bahwa sudah banyak orang ahli dan hebat di negeri ini, namun sedikit sekali orang baik dan jujur. Setelah mengatakan itu, tiba-tiba Habib tersedak dan jatuh ke lantai. Lampu berkelap-kelip dan irama musik mulai meninggi. Habib berusaha meraih sesuatu dari atas meja, sebuah kantong obat, susah payah dia mencoba menelan obat tersebut, sesaat kemudian dirinya menjadi tenang.

“Ah, ternyata saya cuma orang gila.”

Monolog di Tengah Pandemi

Proses produksi monolog Buka Kartu berjalan dalam waktu yang singkat, hanya dua minggu. Panitia produksi merupakan gabungan dari anggota Teater Baru 56 dan organisasi Para Pemuda Bicara. Naskah monolog terinspirasi dari naskah berjudul Koruptor Budiman gubahan Agus Noor, yang kemudian diadaptasi oleh Habib Argityar menjadi naskah Buka Kartu.

Perbedaan saat mengurus pementasan selama masa pandemi dirasakan oleh Ratna Sari dan Putri, panitia monolog Buka Kartu. Putri yang mengurusi ticketing mengaku agak kesulitan untuk mencari penonton. “Tapi alhamdulillah terkumpul sekitar 50 orang (penonton),” ucap Putri, Jumat (23/4).

Selama proses produksi, Ratna dan Putri juga sering mengikuti rapat baik lewat Whatsapp maupun secara langsung. “Tiga hari sebelum pentas, kita selalu datang ke Indraja (Ikatan Drama Jakarta) untuk persiapan,” ujar Ratna sambil terkekeh, Jumat (23/4). Namun, Ratna mengaku menikmati proses produksi pentas monolog ini karena setelah lama tidak ada pentas.

Pementasan monolog juga mengundang berbagai reaksi dari penonton. Misalnya, Theresia Hanithalia yang mengaku baru pertama kali menonton pentas di Indraja, Theresia kagum dengan kemahiran aktor yang tampil sendirian tanpa ditemani siapa-siapa. Theresia bersama dengan temannya, Lina Mardiana, mengetahui informasi soal pementasan karena kenal dengan Habib Argityar sang pemeran.  Namun, mereka merasa durasi pementasan monolog terlalu cepat “Tiba-tiba sudah selesai aja pertunjukannya,” ungkap Lina, Sabtu (24/4).

Penonton lainnya, Nurhasyim menilai bahwa pesan yang disampaikan dalam monolog cukup bagus dan mengena karena menghadirkan pesan yang dekat dengan masyarakat. Namun, dia merasa ada beberapa hal yang kurang dari pementasan monolog. “Kadang ada banyak jeda di antara monolognya dan beberapa artikulasi kata yang kurang jelas.” tambah Nurhasyim yang juga aktif dalam Teater Baru 56 kepada Institut, Sabtu (24/4).

Sutradara dari monolog Buka Kartu, Joind Bayuwinanda menyampaikan, bahwa pementasan monolog merupakan salah satu upaya Ikatan Drama Jakarta (Indraja) untuk tetap eksis berkesenian selama masa pandemi. “Kita mengajak aktor dan pemain untuk tampil di sini (Indraja), setelah sebelumnya banyak pentas yang dibatalkan karena pandemi,” ucap Joind, Jumat (23/4).

Pementasan monolog merupakan bagian dari program Art Clinic yang digagas oleh Indraja. Program ini mengadakan berbagai kegiatan kesenian mulai dari diskusi, workshop, mentoring, sampai pementasan yang ditujukan untuk komunitas teater. Program ini mendorong para pelaku kesenian untuk belajar seni panggung, serta memproduksi pementasannya sendiri.

Monolog Buka Kartu merupakan produksi keempat dari serangkaian pementasan monolog Art Clinic. Sebelum itu telah dilakukan tiga pementasan monolog dengan judul dan tema yang berbeda, yang dilaksanakan oleh komunitas yang berbeda. “Indraja berusaha memfasilitasi aktor untuk menyampaikan keresahannya selama masa pandemi,” tutur Joind yang juga aktif sebagai dewan penasehat Indraja, Jumat (23/4).

Menurut Joind format monolog dipilih karena persiapannya lebih ringkas. Ia menambahkan bahwa di masa pandemi ini,  sulit untuk latihan dengan para aktor karena berbagai alasan. Durasi tiap pementasan  tidak terlalu panjang, Hanya 20-30 menit tiap pentas. Monolog juga memberikan kebebasan bagi aktor untuk menyampaikan keresahannya di atas panggung. Sebagai seorang dramaturg, Joind turut berperan dalam proses latihan dan mentoring aktor selama persiapan pementasan, “Saya hanya mengarahkan saja, sisanya mereka (aktor) eksplorasi sendiri,” pungkasnya, Jumat (23/4).

Gianluigi Fahrezi

 

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

RUU KKR di Ambang Ilusi Previous post RUU KKR di Ambang Ilusi
Kasih Gereja untuk Sesama Next post Kasih Gereja untuk Sesama