Tasawuf Underground: Pemberdayaan Ekonomi Anak Punk

Tasawuf Underground: Pemberdayaan Ekonomi Anak Punk

Read Time:2 Minute, 38 Second

 

Tasawuf Underground: Pemberdayaan Ekonomi Anak Punk

Pendiri komunitas Tasawuf Underground Halim Ambiya telah memberdayakan anak punk selama kurang lebih 4 tahun. Sebuah proses yang tidak sebentar sekaligus tidak mudah dalam memberdayakan dan mengenalkan agama kepada anak-anak punk.

Mengapa harus mengutamakan anak punk? Pada kenyataannya, tidak banyak juru dakwah ataupun ahli agama yang mampu hadir di antara anak punk jalanan. Dengan demikian, hadirnya komunitas ini diharapkan akan menjadikan wadah untuk memberikan pengetahuan tentang hijrah pun mengenalkan agama kepada mereka.

Berdakwah tak cukup mengajarkan pendidikan agama pada anak punk jalanan, melainkan juga pemberdayaan ekonomi dan sosial agar mereka dapat hijrah secara total. “Makannya, Tasawuf Underground memiliki program, yakni ‘peta jalan pulang’. Pertama, jalan pulang kepada Allah. Kedua, jalan pulang kepada orang tua,” ujar Halim Ambiya, Senin.

Jalan pulang kepada Allah dengan mengajarkan mereka tentang pendidikan agama melalui shalat, dzikir, dan pengajian keislaman dengan membaca kitab. Tujuannya agar mereka tau jalan pulang kepada Allah dan akhirat, serta melepaskan anak-anak punk jalanan dari kecanduan narkoba, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.

Jalan pulang kepada orang tua dengan menerapkan pemberdayaan yang ada agar anak-anak punk jalanan pulang ke rumah sudah siap secara ekonomi dan sosial untuk menghadapi masa depan. Halim memberdayakan mereka dalam segi ekonomi berupa bisnis laundrykiloan, angkringan, dan tujuh gerobak usaha, seperti gorengan, pecel ayam, cendol dawet, es buah, sablon digital, dan lain-lain.

Selain itu, Halim juga kerap mengadakan pelatihan-pelatihan, seperti pelatihan barista, sablon digital, bisnis online, staylish pangkas rambut, komputer, design grafis, dan sebagainya. “Masing-masing anak tidak dapat memaksa pada lini usaha yang sama. Anak punk jika tidak bisa bekerja sebagai karyawan, maka kita didik sebagai biro usaha,” tuturnya.

Halim mengatakan tidak mungkin semua anak punk dirangkul dalam wadah dan kegiatan yang sama. Meski begitu, kegiatan pemberdayaan ekonomi harus tetap berlangsung. Dengan adanya program pelatihan ini, Halim berhasil memberdayakan salah seorang anak punk melalui pelatihan design interior. Pada awalnya anak ini hanya bekerja sebagai tukang tato, namun kini Ia bekerja sebagai interior designerdi sebuah cafe dan ruang pertemuan.

Kenyataannya dalam melakukan proses pemberdayaan tidak selalu berjalan mulus. Seringkali terdapat hal sulit dalam prosesnya. Salah satunya, yaitu melatih mereka disiplin untuk mengubah mindset dan kebiasaan anak jalanan. Menurut Halim untuk menjalani kehidupan normal harus melalui pendidikan pondok pesantren agar pemberdayaan berhasil.

Salah satu murid Tasawuf Underground Trian Anugerah Permana alias Pongky merasakan dampak yang signifikan dengan adanya pemberdayaan ekonomi dan sosial. Ia merasa punya tanggung jawab, lebih bisa manage waktu, dan memiliki lebih banyak pengalaman. Tak hanya di jalanan dan lampu merah, melainkan berwirausaha. “Dengan adanya saya di Tasawuf Underground, saya lebih punya arah dan tujuan,” ujar Pongky, Senin.

Di masa pandemi ini, kegiatan anak punk di Tasawuf Underground masih berjalan rutin. Mengaji layaknya di pesantren, hafalan, belajar, hafalan doa dan hadis, laundrydan angkringan. Hal Itu harus tetap dilakukan agar ekonomi terus berjalan dan istiqomah dalam menuntut ilmu pengetahuan. “Meskipun Covid, tetap berusaha dan buka tutup hal biasa. Namanya juga proses pemberdayaan,” pungkas Halim.

Oleh karena itu, Tasawuf Underground terbuka bagi semua kalangan. Termasuk mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk turut bergabung dalam pemberdayaan. Khususnya di bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial melalui kegiatan volunteer, serta pembinaan dan pendampingan di Pondok Tasawuf Underground.

Nur Hana Putri 

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Bias Gender Pemberitaan Perempuan dalam Media Previous post Bias Gender Pemberitaan Perempuan dalam Media
Menilik Moderasi Beragama di Indonesia Next post Menilik Moderasi Beragama di Indonesia