Konflik antara Israel dan Palestina kembali memanas pada 7 Oktober 2023, sebelumnya konflik antara kedua negara tersebut sudah berlangsung sejak usainya perang dunia pertama. Pada saat bersamaan, berbagai platform media sosial (medsos) mulai ramai mengunggah konten bela Palestina hingga saat ini. Salah satunya adalah penggunaan simbol semangka untuk menghindari shadow ban—pembatasan penyebaran konten—dari berbagai platform medsos.
Dikutip dari Time Magazine, simbol semangka pertama kali muncul setelah Perang Enam Hari antara Israel dan Palestina tahun 1967. Saat itu, pemerintah Israel melarang mengibarkan bendera Palestina di depan umum serta menganggapnya sebagai tindakan kriminal di Gaza dan Tepi Barat. Kemudian warga Palestina mulai menggunakan simbol semangka. Alasannya isi semangka memiliki warna yang mewakili bendera Palestina yaitu merah, hijau, putih dan hitam.
Pada Senin (13/11), Institut melakukan wawancara khusus dengan Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Musfiah Saidah terkait ramainya konten bela Palestina di medsos. Selain menjadi dosen, Musfiah juga merupakan seorang pendiri platform Komuniasik Edumedia. Dirinya juga pernah menjadi Jurnalis di Sea Today News pada 2022 lalu.
Bagaimana sudut pandang komunikasi terhadap konten bela Palestina?
Peristiwa perang yang terjadi antara Israel dan Palestina saat ini adalah tindakan genosida. Tetapi jika dilihat dari sudut pandang komunikasi, yang terjadi adalah perang narasi di media sosial. Saat ini, banyak masyarakat awam yang langsung menerima informasi tanpa melakukan validasi.
Banyaknya narasi yang beredar menyebabkan keingintahuan masyarakat naik dan terkadang tidak diimbangi dengan literasi yang cukup. Ancaman yang terjadi ketika perang narasi adalah ketimpangan arus informasi yang disebabkan tidak adanya konfirmasi. Oleh karena itu perlu adanya saring sebelum sharing dan konfirmasi sebelum meyakini suatu informasi.
Mengapa seseorang cenderung tertarik terhadap konten bela Palestina?
Peristiwa perang antara Israel dan Palestina sudah berlangsung sejak abad ke-19 hingga sekarang. Saat ini dampak genosida antara Israel dan Palestina bukan melibatkan identitas agama akan tetapi rasa kemanusiaan. Masyarakat mulai mencoba menyuarakan pendapatnya melalui medsos karena merasa tersentuh dengan adanya rasa kemanusiaan sebagai manusia.
Ketika seseorang mengunggah konten bela Palestina, hal itu menunjukkan adanya Fenomena Solidaritas Kolektif—rasa memiliki yang sama—sehingga dari individu serta masyarakat mempunyai rasa peduli terhadap peristiwa tersebut. Kejadian yang terjadi ini menjadi bukti bahwa konten bela Palestina kali ini menyangkut rasa kemanusiaan dunia.
Apa dampak dari konten bela Palestina terhadap komunikasi dunia?
Bicara komunikasi dunia, sebuah riset mengatakan bahwa etika netizen Indonesia di Asia Tenggara itu tergolong buruk. Namun netizen Indonesia mampu menghasilkan kekuatan yang sangat besar terhadap komunikasi dunia. Para netizen dalam menyuarakan pendapat melalui medsos sangat aktif, sehingga menimbulkan rasa kebersamaan antarindividu. Efeknya bagi masyarakat yang melihat konten tersebut akan melakukan hal yang sama.
Saat ini banyak dampak positif yang diciptakan oleh netizen Indonesia dalam mempengaruhi seseorang melalui medsos. Dampaknya netizen Indonesia mampu mendorong penggalangan dana yang luar biasa. Bantuan netizen dapat disalurkan kepada masyarakat Palestina, hal ini telah menjadi sebuah dorongan kesadaran kolektif yang lebih besar.
Netizen Indonesia telah mengambil peran yang cukup signifikan dalam mengawal isu Palestina. Tindakan ini menjadi perhatian dunia serta memancing kesadaran kolektif yang lebih besar untuk melakukan dukungan melalui konten medsos. Dukungan yang diberikan melalui tagar, simbol, tanda atau emoji, dan juga melalui aksi langsung.
Konten bela Palestina yang terjadi telah menggugah kesadaran di Indonesia maupun dunia. Indonesia dengan sikap kepeduliannya mampu memberi contoh kepada negara lain untuk menyuarakan pendapat melalui komunikasi. Peran netizen sangat penting karena berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa medsos mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap komunikasi dunia.
Seberapa besar pengaruh media sosial dalam mengajak seseorang peduli akan konten bela Palestina?
Dalam komunikasi ada konsep yang bernama Word Of Mouth (WOM)—mulut ke mulut—jika kita bicara dalam ranah informasi tersebut dapat menjadi besar apabila cerita lagi ke orang lain. Kemudian perilaku itu berpindah ke internet namanya Elektronik Word Of Mouth (eWOM) yang merupakan perkembangan dari WOM tradisional dari kegiatan luring beralih ke daring. Hal tersebut dikarenakan adanya perkembangan teknologi komunikasi dan internet, istilah inilah yang akhirnya membuat sebuah aksi boikot menjadi lebih cepat tersebar melalui medsos.
Contohnya ketika ada pemboikotan suatu merek di medsos. Hal itu akan memengaruhi konsumen dengan timbul rasa khawatir dan takut akan pengaruh yang dihasilkan jika memakai barang yang sedang diboikot. Jadi, pengaruh eWOM cukup signifikan terhadap kehidupan nyata. Ketika banyak orang mengunggah konten bela Palestina, kita akan tergugah untuk ikut menjadi bagian dari mereka karena pengaruh komunikasi di medsos.
Model konten apa yang efektif dalam mempengaruhi konten bela Palestina
Model konten yang terjadi dalam aksi bela Palestina sudah terlaksana dengan baik, banyak pengguna medsos yang merespon konten bela Palestina. Pertama dengan penggunaan tagar, sudah banyak sekali pengguna medsos beramai-ramai menyuarakan pendapatnya. Contohnya #savepalestina, #fromtherivertothesea. Ini menunjukkan bahwa penggunaan tagar dalam teknik publikasi mempunyai pengaruh yang sangat signifikan.
Kedua dengan menggunakan simbol atau tanda misalnya menggunakan bendera Palestina atau simbol semangka yang kemarin sempat viral di medsos, mulai dari foto karya seni dan apapun bentuk konten dukungan yang ditujukan ke warga Palestina.
Ketiga pentingnya memanfaatkan selebritas, ada pengaruh orang terkenal yang dibutuhkan dalam menyebarkan konten, karena seorang figur publik mempunyai daya tarik tersendiri. Figur publik bisa membantu dan menyebarkan informasi secara cepat serta meraih tujuan dari konten tersebut.
Keempat perlunya melakukan sesuatu dengan solusi, tidak hanya dalam bentuk dukungan semata. Memperbanyak konten-konten yang sifatnya donasi merupakan cara agar dapat menyalurkan bantuan morel dan juga materiel kepada masyarakat Palestina.
Terakhir, dalam model konten dan publikasi jauh lebih unggul jika mengunggah konten secara berulang. Hal ini dapat menyajikan efektifitas dan menaikkan algoritma konten secara maksimal. Dampaknya dalam sudut pandang komunikasi, banyak masyarakat yang sepaham dan punya kesadaran yang sama.
Walaupun kita tidak ikut perang secara langsung, tetapi kita bisa membantu dengan memberikan dukungan melalui narasi kebaikan, donasi dan doa. Kita secara serentak mengawal isu ini sebagai wujud kepedulian serta terwujudnya cita-cita perdamaian dunia.
Reporter: SAA
Editor: Muhammad Naufal Waliyyuddin