Pemuda Harus Sadar Perbedaan Agama

Read Time:2 Minute, 5 Second
(dari kanan ke kiri) Direktur eksekutif ISY Ahmad Syamsuddin, Direktur Utama Rumah Sakit Pelita Rakyat, Rio Kristian  Utomo,  dan Direktur Program Interfaith dan Global Peace, Dewirini Angraeni dalam seminar Habis Gelap Terbitlah Terang: Bencana Alam Membawa Harmonisasi Kerukunan Umat Beragama, Senin (22/4)

Membenahi terlebih dahulu masalah kerukunan dalam satu agama adalah hal utama sebelum membicarakan harmonisasi umat beragama. Hal tersebut ditegaskan Zainun Kamal. “Jangankan kerukunan umat beragama, intra agama saja susah sekali rukun,” ucap Dekan Fakultas Ushuluddin ketika menjadi pembicara dalam seminar Interfaith 2013.

Menurut Zainun, harmonisasi umat bergama akan tercipta jika sudah ada kerukunan antar intra bergama sendiri. Sedangkan, jika harmonisasi antar umat beragama tidak terjalin, hal yang sangat berbahaya jika terjadi konflik yaitu akan menimbulkan bencana kemanusiaan. Padahal, agama diturunkan Tuhan untuk manusia. “Bencana alam lebih baik dari pada bencana kemanusiaan,” kata Zainun (22/4).

Tak hanya itu, baginya, tugas untuk menciptakan harmonisasi umat beragama dan menghilangkan konflik antar umat muslim merupakan salah satu pekerjaan para akademisi. “Ini tugas kita, tugas UIN,” ujarnya dengan serius. Ia menambahkan, sebagai penerus bangsa sudah seharusnya pemuda sadar perbedaan agama.

Di dalam seminar yang bertema Habis Gelap Terbitlah Terang: Bencana Alam Membawa Harmonisasi Kerukunan Umat Beragama, menjelaskan bahwa kerukunan beragama justru bisa dirasakan ketika terjadinya bencana alam. Misalnya saja ketika peristiwa gempa bumi yang terjadi di Sumatera tahun 2012 lalu, bantuan dari berbagai luar negeri berdatangan. “Negara-negara yang notabene-nya mengganggap Indonesia sebagai negara kafir turut memberi bantuan bahkan ada dari Israel,” ucapnya.

Ketika terjadi bencana alam, orang memang melupakan identitas agama, setiap orang akan dengan ihklas membantu. Menurutnya hal ini menunjukkan adanya kerukunan beragama, karena banyak dari negara yang memberi bantuan bukan berasal dari negara muslim. “Karena yang terjadi merupakan kemanusiaan,” katanya.

Mengenai bantuan dari Israel, ia menyayangkan ketika bencana gempa bumi Sumatera tersebut terjadi, bantuan yang berasal dari Israel, tidak didistribusikan karena rasa benci terhadap negara zionis tersebut. “Seharusnya kita tidak melihat dari agama apapun, karena ini adalah kemanusiaan dan Islam adalah pendukung dari kemanusiaan itu sendiri,” katanya.

Masyarakat Indonesia menurut Zainun, memiliki sifat yang terbuka. Hal ini bisa dilihat dari semua agama yang ada di Indonesia merupakan agama yang dibawa oleh orang asing  dan masuk tanpa adanya pertentangan.

“Semua agama yang ada di Indonesia adalah pendatang dan diterima dengan ahlan wasahlan oleh masyarkat Indonesia,” kata Zainun yang juga guru besar UIN Jakarta. Dalam hal ini ia pun sangat menyayangkan seorang muslim yang membedakan orang karena latar belakang agama. Terlebih lagi, ketika terjadi konflik dengan mengatasnamakan agama. (Karlia Zainul)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Upaya Mitigasi, Selamatkan Bumi
Next post TABLOID EDISI 24