|
Beberapa pengunjung sedang menikmati pameran di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Jumat (28/7). |
Siapa yang tidak tahu cerita pendek atau cerpen? Kebanyakan orang tentu tak asing lagi dengan cerpen. Biasanya, pembaca akan mudah memahami isi cerpen dengan melihat judul dan ilustrasi cerpen yang mendukung, lantaran ilustrasi cerpen mampu menerbangkan imajinasi.
Seperti pada salah satu karya ilustrasi cerpen yang terpasang di dinding Galeri Bentara Budaya Jakarta (BBJ) yang berjudul Jack dan Bidadari karya I Made Jendra. Ilustrasi tersebut menjadi pelengkap cerpen milik Linda Christanty. Dalam ilustrasinya, tampak sosok lelaki tua, dan perempuan muda.
Perempuan muda tersebut menatap tajam kepada lelaki tua. Sambil menunduk, raut muka lelaki itu terlihat sendu dan tak berani menatap balik si perempuan. Gambar tersebut mengilustrasikan tentang lelaki tua yang takut pada istrinya.
Cerpen Linda berkisah tentang seorang lelaki yang selalu mengalah. Meskipun, setiap hari ia diperlakukan tidak baik oleh istri barunya. Ia tak pernah marah atau pun berniat membalas perlakuan buruk tersebut. Cerpen itu mirip kisah dalam dongeng Beauty and The Beast. Sebuah kisah yang menceritakan makna cinta tulus, mampu membuat hubungan tetap bertahan.
Ilustrasi tersebut, mampu menarik perhatian dan mengajak pembaca berimajinasi. “Sekali lihat ilustrasi ini (Jack and Bidadari)¸ langsung tahu ceritanya kaya apa. Tapi, justru itu yang membuat saya penasaran dan harus baca,” ungkap Derry Darjat, salah satu pengunjung di Pameran Ilustrasi Kompas Cerpen 2012, Jumat (28/7).
Pameran yang berlangsung dari tanggal 27 Juni hingga 6 Juli itu, menampilkan sebanyak 48 cerpen beserta karya ilustrasinya yang diterbitkan harian Kompasselama tahun 2012. Menurut salah satu panitia, Muhammad Safroni, selain diadakan di Jakarta, pameran ilustrasi cerpen juga diselenggarakan di Yogyakarta, Solo, dan Bali. “Pameran ilustrasi cerpen ini merupakan acara rutin yang diadakan Kompas,” tuturnya.
Karya lainnya yang terbingkai di dinding Galeri BBJ yaitu ilustrasi cerpen milik Amrizal Salayan. Ilustrasi itu melengkapi cerpen milik Budi Darma yang berjudul Laki-laki Pemanggul Goni.
Dalam ilustrasinya, Amrizal menggambar satu telapak tangan yang sedang menengadah. Tangan itu terlihat usang dengan garis-garis lurus dan tegas. Ilustrasi itu menunjukkan, si pemilik tangan adalah sosok pria pekerja keras. Selain itu, tangan tersebut menggambarkan kepasrahan seseorang yang menerima nasib.
Dalam cerpennya, Budi mengisahkan tentang seorang yang rajin beribadah. Tetapi, tokoh tersebut melupakan sisi sosial yang terjadi di sekitarnya. Oleh karena itu, ia selalu dihantui oleh lelaki pemanggul karung goni. Cerpen ini merupakan cerpen terbaik pilihan Kompas 2012.
Banyak pengunjung yang mengagumi karya-karya para perupa dan para penulis cerpen. Sembari menikmati sajian lukisan-lukisan ilustrasi, pengunjung asal Jakarta, Alan Maulana mengaku tertarik dengan ilutrasi cerpen yang berjudul Kota Abu-abu karya Nunung Rianto.
Baginya, ilustrasi yang baik seharusnya berkaitan langsung dengan tema pada cerpen. “Ilustrasi gambar ini (Kota Abu-abu) bagus, mampu menginterpretasikan wujud visual,” jelas Alan. Lanjutnya, ilustrasi yang baik adalah ilustrasi yang mampu menyumbangkan makna simbolis yang dapat memperluas imajinasi.
Cerpen Kota Abu-abu karya Maggie Tiojakin mengisahkan tentang sepasang suami istri yang tinggal di negara abu-abu. Lalu istrinya meminta izin untuk mengunjungi negara-negara lain yang menjanjikan warna selain abu-abu selama satu sampai dua bulan.
Namun, ternyata hampir satu tahun delapan bulan Greta yang memerankan sosok istri pergi tanpa kabar. Hingga akhirnya, sang suami, Ramos tetap berada di negara abu-abu dengan segala ke’abu-abuan’nya.
Menurut pandangan Alan, ilustrasri itu menggambarkan kondisi dunia saat ini yang sudah tak berwarna. Di atas globe berwarna hitam putih yang menyerupai papan catur, terdapat awan yang dihuni oleh kota abu-abu. Gambar itu menunjukkan kota yang dihuni oleh orang-orang yang tidak jelas. (Ela)
Average Rating