Satu tahun menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), mahasiswa akan mendapat tantangan baru. MEA merupakan program negara ASEAN untuk bersatu membentuk kekuatan ekonomi pada 2015. MEA berdampak pada perdagangan bebas dan meluasnya lapangan pekerjaan. Sumber Daya Manusia (SDM) negara-negara ASEAN akan lebih mudah dalam mencari pekerjaan di luar negaranya.
Dengan demikian mahasiswa harus mempersiapkan diri, mengetahui peluang dan dampak yang terjadi bagi masyarakat Indonesia. Berikut hasil wawancara Reporter INSTITUT, Maulia Nurul, dengan Zuhairan Yunmi Yunan, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Senin (13/1).
Bagaimana pendapat Anda mengenai kondisi Indonesia sekarang ini dalam persiapan menuju MEA 2015?
Sistem ekonomi di Indonesia yang sampai sekarang tidak jelas. Apakah menggunakan sistem kapitalis, sosialis, pancasila atau yang lain. Sistem yang tidak jelas ini berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi tetapi tidak berdampak pada masyarakat kecil Indonesia.
Saya khawatir Indonesia akan menjadi penonton saja dalam program MEA 2015. Pertumbuhan Indonesia yang semakin meningkat didominasi oleh bangsa asing, sedangkan masyarakat kecil hanya sebagai konsumen saja.
Apa yang ingin dicapai oleh Indonesia dari program MEA?
Tentu Indonesia ingin meningkatkan kinerja ekonomi dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan ekspor barang buatan Indonesia. Namun, akan terjadi masalah selanjutnya pada persaingan SDM. Daya saing antar manusia dalam memperoleh pekerjaan lebih ketat karena bersaing dengan SDM yang berasal dari negara sesama ASEAN.
Seharusnya negara ini mempunyai visi untuk 50 hingga 100 tahun kedepan, bukan perlima tahun. Negara kita cenderung mempermasalahkan orang yang menjabat sebagai kepala negara, bukan tujuan yang dicapai.
Bagaimana dengan masyarakat kecil yang akan menghadapi MEA?
Peran pemerintah dalam mensosialisasikan MEA kepada masyarakat masih kurang. Padahal pemerintah bisa menggunakan banyak media seperti televisi. Sangat disayangkan sekali, televisi selalu menayangkan hal yang negatif dan hal yang positif jarang ditampilkan. Hal itu jika masyarakat berpikir positif, negara ini akan maju. Perkembangan tentang negara ini yang telah dicapai oleh pemerintah tidak pernah diekspos sehingga masyarakat tidak mengetahui akan hal tersebut. Masyarakat hanya mengetahui masalah korupsi saja.
Apakah UIN sendiri sudah mempersiapkan mahasiswa untuk mencapai tujuan seperti itu?
Ya, UIN sedang mengarah ke sana. Banyak instrumen yang digunakan agar tercapai terutama di LPJM (Lembaga Peningkatan Jaminan Mutu). Sudah 30 jurnal dosen yang masuk pada jurnal internasional. Usaha itu ditujukan untuk meningkatkan kualitas, sarana prasarana, dan fasilitas kampus agar mahasiswa mapan bersaing di dunia kerja.
UIN yang sedang menuju world class university juga merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya saing. Kampus kita menjadi satu-satunya perguruan tinggi agama Islam di Indonesia yang memiliki akreditasi A. Maka mahasiswa bukan dididik untuk bersaing dalam memperoleh pekerjaan, tetapi juga untuk mendirikan lapangan pekerjaan.
Program MEA membutuhkan kemampuan bahasa, keterampilan dan kesadaran berwirausaha. Bagaimana dengan kondisi mahasiswa dalam hal ini?
Mahasiswa harus meng-upgrade diri sendiri. Ketika individu tidak memiliki kemauan untuk maju, maka individu tersebut akan tertinggal. Semua mahasiswa harus sadar akan MEA yang membuat persaingan semakin ketat.
Memang yang paling penting adalah peran pemerintah. Pemerintah seharusnya mensosialisasikan MEA agar masyarakat sadar dan dapat mempersiapkannya. Walaupun Indonesia sudah sering tertinggal, tetap ada kemungkinan bahwa hal itu akan bisa berubah.
Apa yang harus dilakukan mahasiswa supaya termotivasi?
Negara indonesia adalah negara yang serba ada. Indonesia memiliki SDA dan SDM yang berpotensi. Namun, belum terlihat masyarakat yang dibangun motivasinya untuk mengelola kekayaan ini dengan baik. Sehingga bukan hanya dieksploitasi dan dinikmati oleh bangsa asing saja, tapi dikuasai oleh masyarakat Indonesia sendiri kemudian dijaga dengan baik.
Saya optimis terhadap bangsa Indonesia karena bangsa asing saja banyak yang berminat. Namun, bagaimana kita bisa mengatur agar tidak dikuasai oleh bangsa asing. Salah satu usaha mahasiswa misalnya memberikan kontribusi. Dalam mencapai ini, memang semuanya butuh proses, misalnya dengan menyeimbangkan antara bentuk protes dengan solusi yang diberikan ketika demo.
Average Rating