Faisal Hilmi. (Sumber: plus.google.com)
|
Read Time:3 Minute, 35 Second
Usia muda bukan jadi penghalang untuk memiliki penghasilan yang tinggi. Faisal Hilmi telah membuktikannya. Mahasiswa Fakultas Ushuluddin ini menjadi founderdan Chief Excekutive Officer (CEO) bisnis Goedutravel di usia 22. Dari usaha travel tersebut, ia menghasilkan omzet hingga ratusan juta rupiah.
Usaha yang ditekuni oleh Faisal ini merupakan bisnis di bidang international tour dengan tujuan perjalanan ke luar negeri seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Sebelum pemberangkatan, Faisal membekali peserta tur dengan pembelajaran bahasa Inggris, agar mereka dapat berkomunikasi dengan warga asing.
Sebelum mulai usaha Goedutravel, ia dan rekannya Ayatulloh Husaini bekerja sama dengan owner sebuah cafe di Ciputat. Namun, di masa permulaan bisnisnya itu, mereka harus mengalami kegagalan. Pasalnya, cafetersebut gulung tikar sebelum masa kontrak habis.
Tidak patah semangat setelah mengalami kegagalan pasca cafe itu bangkrut, Faisal bersama Ayat memulai usahanya secara mandiri. Tepatnya di tahun 2012, mereka mulai membuka usaha Goedutravel bertempat di Kertamukti. Kemudian pada 10 Oktober di tahun yang sama, mereka membuka usaha kursus bahasa Inggris dan bahasa Arab.
Saat itu, omzet yang didapat dari kedua bisnis mereka hanya sejumlah Rp3,3 juta perbulan. Penghasilan itu membuat mereka memutar otak agar omzetnya meningkat. Lalu, ia dan Ayat memberanikan diri untuk mencari investor agar usaha mereka lebih berkembang. Untung pun diraih, karena ada investor yang ikut mendanai Goedutravel hingga saat ini.
Kemudian di akhir tahun 2013, Ayat diminta oleh seorang Syeikh menjadi pemandunya di Mekkah. Oleh karena itu, Ayat tidak fokus mengelola bisnis Goedutravel. Untuk menyelamatkan bisnisnya, Faisal memutuskan untuk membagi jobdesk dengan Ayat. Ia mengelola travel, sedangkan pembelajaran bahasa dikelola oleh Ayat.
Meskipun Ayat sudah jarang menemani Faisal, semangatnya yang kala itu masih menginjak tahun kedua perkuliahan, tidak padam. Hingga akhirnya, karena memiliki kesibukan lain, Ayat memutuskan keluar dari Goedutravel. “Awal 2014, Mas Ayat hengkang. Tinggal saya sendiri yang menjalankan usaha ini,” kenang Faisal, Selasa (24/6).
Setelah hengkangnya Ayat, pria yang memiliki hobi bloggingini tidak menyerah. Ia mulai mengaktifkan kembali usahanya lewat media sosial dengan rekannya yang baru. Karena saat itu bisnis kursus bahasa asingnya sedang vakum, maka ia menggabungkan kedua usahanya. Alhasil, terdapat pembekalan bahasa asing terlebih dahulu sebelum pemberangkatan ke luar negeri bagi pengguna jasa travelnya.
Karena usahanya itu, omzetnya meningkat hingga ratusan juta rupiah. “Tapi penghasilan dari bisnis itu gak pasti. Kalau gede ya gede banget, kalau lagi kosong, bisa nol rupiah,” ujar pria penerima beasiswa Bidikmisi ini.
Pria yang mengidolakan Soekarno ini mengaku pernah merasa lelah dengan bisnisnya. Namun, banyak hal yang menjadikan semangatnya kembali bangkit, salah satunya dengan memikirkan orang tua dan keluarga. Hal ini berkaitan dengan kondisi finansial keluarganya yang tidak baik.
Peluang dan Passion
Faisal merupakan orang yang menyukai peluang. Ia senang mengenal orang-orang baru dan pemikiran baru. Ini dibuktikan dengan dirinya yang tidak ragu untuk mengambil keputusan dalam mencoba sesuatu. “Makanya saya berani mengambil kesempatan dalam berbisnis. Lebih baik kita mencoba lalu gagal dari pada gagal mencoba,” tukasnya.
Ia juga menyatakan, seseorang harus memikirkan orang lain terlebih dahulu sebelum dirinya sendiri. “Ketika kita berpikir bagaimana cara mendapatkan pekerjaan, maka kita hanya akan dapat pekerjaan itu saja. Namun, ketika kita memikirkan orang lain, kita dapat membuka lapangan pekerjaan untuk mereka,” tuturnya.
Pria yang pernah menjadi utusan UIN Jakarta dalam kongres pemuda di Filiphina ini memotivasi pemuda Indonesia melalui tulisan-tulisan dalam website pribadinya. Dalam websitenya tersebut, ia menamakan tulisan itu sebagai gerakan Indonesia Mendunia. Selain tulisan, ia juga banyak memposting video motivasi.
Dengan website itu, pria penyuka travelling ini berharap, agar pemuda Indonesia berpikir kalau bersaing di luar negeri itu mudah. “Saya juga ingin agar para pengusaha melirik pemuda-pemuda di Indonesia yang memiliki kompetensi di segala bidang, agar dapat bekerja dan pergi ke luar negeri,” ujarnya.
Di samping menjadi seorang wirausahawan, pria yang pernah menjadi wartawan koran daerah ini pun menyukai dunia tulis menulis. Ia pernah menjadi utusan UIN dalam workshop kepenulisan di Cina. Selain itu, esainya yang berjudul Budaya Ber-TKI dan Martabat Bangsa meraih juara dua dalam lomba esai di Universitas Udayana, Bali.
Selain menulis, tambahnya, ia juga suka mengajar. “Mengajar itu passion saya, dan kalau suatu hari diminta untuk mengajar tanpa dibayar, saya bersedia. Karena ketika kita mengerjakan sesuatu yang sudah menjadi passion kita, maka kita akan dapat sesuatu yang lebih dari pada apa yang kita duga,” ujar pria yang tengah mengembangkan bisnisnya di daerah asalnya, Cirebon.
Nur Hamidah
Average Rating