‘Corong’ Membangkitkan Budaya Menulis

Read Time:1 Minute, 21 Second

Budaya menulis selayaknya dimiliki oleh mahasiswa sebagai insan akademis. Namun, perkara tulis-menulis tidaklah mudah. Mengupayakan hal tersebut, pada 5-6 Mei lalu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menghelat pelatihan kepenulisan yang bertema Gerakan Budaya Menulis di Hotel Amoz Cozy,Jakarta Selatan.

Walau acara telah selesai, pelatihan menulis tidak berhenti sampai di situ saja. Kemendikbud dan seluruh peserta memutuskan untuk membentuk sebuah komunitas menulis yang diberi nama komunitas Naviri. Ketua Komunitas Naviri, David Pratama mengatakan, nama ‘naviri’  berasal dari bahasa Arab yang artinya corong. “Corong yang akan membangkitkan budaya menulis di kalangan mahasiswa mahasiswa dan berkarya sesuai cita-cita komunitas,” ujarnya.

Ia menjelaskan, Komunitas Naviri dibentuk sebagai wadah yang menampung minat dan bakat mahasiswa dalam bidang kepenulisan. “komunitas ini bertujuan untuk menggerakan budaya menulis di kalangan mahasiswa. Nantinya, teman-teman yang sudah mendapat pengayaan dalam pelatihan kepenulisan diharapkan bisa berbagi pada teman-teman lainnya,” tutur David, Senin (21/7).

Saat ini, menurut David, anggota Komunitas Naviri berjumlah 30 orang, mereka adalah peserta pelatihan Kemendikbud penerima beasiswa Bidikmisi yang berasal dari beberapa universitas di DKI Jakarta dan Jawa Barat, seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), serta Universitas Padjajaran (Unpad).

Menurut David, ia tidak menutup kemungkinan mahasiswa lain untuk bergabung dengan komunitas ini. Ia menjelaskan, Naviri membuka pendaftaran bagi mahasiswa di seluruh nusantara demi mewujudkan harapan komunitas. “Syarat bergabung hanya dua, yaitu mahasiswa aktif dan memiliki keinginan menulis, baik penyuka fiksi maunpun nonfiksi” katanya.

Sebagai cita-cita bersama, kelak Naviri bisa berkarya dan mewarnai tulisan di Indonesia karena menulis merupakan sebuah perjuangan intelektual melawan penindasan,” ujar David berharap.


ZA

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Bike To Work Indonesia, Jadikan Bersepeda Gaya Hidupmu
Next post Kemampuan Bicara, Kunci Sukses ‘Interview’