Penampilan Anime String Orchestra di acara Festival Salihara, Sabtu (13/9). (Dokumen: Salihara)
|
Read Time:2 Minute, 20 Second
Sabtu (13/9) malam suasana di Teater Salihara terlihat ramai. Deretan tempat duduk sudah dipenuhi oleh penonton. Setelah master of ceremony membuka acara, lantunan suara merdu perlahan terdengar dari alat-alat musik berdawai. Iringan suara di ruangan itu dibawakan oleh grup Anime String Orkestra.
29 pemusik duduk di tengah panggung bersama seorang konduktor. Mereka membawakan musik tahun 70an dengan menggunakan empat macam alat musik string (gesek), seperti biola, alto, cello, dan contrabass. Musik pertama yang dimainkan merupakan instrumen dari grup musik The Beatles.
Haryo ‘Yose’ Soejoto, sang konduktor asal Bandung, memandu orchestra Magical Mystery Tour malam itu. Seusai musik pembuka dimainkan, para penonton riuh bertepuk tangan mengapresiasi pertunjukkan. Yose pun membungkukan badan, tanda ia berterima kasih atas respons penonton.
Pementasan musik orkestra dibagi dalam 2 sesi. Sesi pertama dimainkan oleh empat leader dengan empat macam alat musik dalam tempo musik sedang. Pada sesi ini, mereka membawakan empat sampai lima musik. Sementara sesi kedua, musik instrumen dimainkan dengan tempo yang cepat. Yoselah yang mengatur ritme musik sekaligus memandu 29 pemain musik.
Pementasan yang bertajuk Magical Mystery Tour ini merupakan rangkaian acara di Festival Salihara dengan tema Di Seni Senang. Tahun ini merupakan kali kelima Komunitas Salihara mengadakan festival musik, tari, lokakarya, teater dan jenakata. Festival dilaksanakan dari awal September hingga akhir Oktober.
Nama Magical Mystery Tour diangkat dari salah satu judul lagu karya The Beatles. Ketika mengangkat tema ini, Yose berharap pertunjukkan mampu menghadirkan magic dalam penyampaian sebuah musik seperti judul lagunya. Selain membawakan instrumen dari The Beatles, mereka juga membawakan instrument Jimi Hendrix dan Emerson, Led Zepplin, Lake & Palmer.
Yose mengatakan, asal nama grup Anime String Orchestra berasal dari nama animeyang berarti hidup, sedangkan kata string mengacu pada alat musik yang dimainkan. “Saya ingin memainkan musik ini secara hidup,” tutur pria yang juga seorang dosen Universitas Pasundan ini.
Anime String Orchestra terbentuk karena adanya kendala dalam menyampaikan ‘bahasa’ musik. Ketika Yose mengajar, ia berhadapan dengan mahasiswa yang memiliki latar belakang musik band, sedangkan ia memiliki latar belakang musik klasik.
Karena kendala itulah, ia melakukan sebuah terobosan baru dengan melakukan aransemen musik. Setelah itu, ia mempublikasikan unsur musik secara luas dan menyampaikan melalui ‘bahasa’ yang mereka kenal. Hal itu dilakukannya demi mengenalkan musik klasik kepada mahasiswa. Ia berharap, string diterima dengan perwujudan musik yang setingkat dengan alat musik lain.
Sementara itu, Tony Prabowo, dewan kurator Komunitas Salihara, mengatakan tujuan diadakan acara ini untuk mengenalkan kesenian dan membudidayakan kesenian tersebut. “Tampilan orkhestra sungguh menarik, ketika melihat pertunjukkan ini saya merasakan sebuah sensasi tersendiri di diri saya,” ujarnya.
Senada dengan Tony, Fanny Rahmawati, salah satu pengunjung dalam acara Magical Mystery Tour mengatakan, setelah mendengar musik instrumen ini, ia seolah merasakan makna tersendiri dari musik itu. Ia berharap festival Salihara dapat berkembang di tahun berikutnya.
RR
Average Rating