Agus Aris Munandar (Arkeolog Universitas Indonesia) |
Read Time:3 Minute, 24 Second
Kini, batu akik menjadi fenomena yang sedang menggejala di Indonesia. Apa pasal, penggemar batu, yang termasuk ke dalam jenis batu mulia itu, berasal dari berbagai kalangan. Baik tua maupun muda, publik figur atau masyarakat biasa, laki-laki dan perempuan, semua menyenangi batu akik.
Harga yang terbilang mahal untuk sebuah batu, tak mengurungkan niat penggemar mengoleksi macam-macam batu akik. Berbagai alasan melatarbelakangi niat mereka membeli batu akik. Mulai dari corak batu yang unik hingga cerita spiritual yang ada dalam batu tersebut.
Bagaimana tanggapan Agus Aris Munandar selaku arkeolog memandang fenomena batu akik di Indonesia? Berikut wawancara reporter Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) INSTITUT, Aci Sutanti, saat menemui Agus di Gedung 7 Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI), Selasa (28/4).
Bagaimana tanggapan Anda selaku arkeolog memandang fenomena batu akik yang sedang booming di Indonesia?
Sebenarnya, fenomena batu akik di Indonesia bukan kali pertama. Sekitar tahun 70-an, batu akik sudah hadir di Indonesia, namun tidak sampai menggejala secara umum seperti saat ini. Dahulu, batu akik yang kita kenal sekarang ini, disebut dengan batu ali. Berasal dari kata “ali-ali” yang berarti cincin.
Belakangan ini, ketika kemudian masyarakat melihat Presiden Republik Indonesia ke-7, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), memakai batu akik yang berbeda setiap harinya, ketertarikan terhadap batu akik mulai muncul.
Terlebih, stok batu akik di nusantara sangat banyak. Sehingga, ketika masyarakat membutuhkan batu tersebut untuk keperluan aksesoris, setiap daerah menyediakan batu kebanggaan yang ada di asalnya masing-masing.
Fenomena batu akik tercipta karena kebudayaan. Pasalnya, jika masyarakat Indonesia pada 2014-2015 ini tidak meributkan soal batu, maka keberadaan batu akik akan biasa saja seperti pada tahun 70-an.
Beberapa jenis batu akik dibanderol dengan harga yang mahal. Lantas, apa saja faktor yang mempengaruhi harga batu akik?
Secara geologis, jika batu ingin dijual dengan harga yang mahal, maka harus memiliki sertifikasi geologis. Sebenarnya, harga batu itu bersifat arbiter atau “mana suka”. Maksudnya, harga batu adalah hasil kesepakatan dua belah pihak.
Batu berharga mahal jika memiliki keunikan pada pola atau corak di dalamnya. Terkadang, batu juga akan bernilai mahal apabila dibumbui dengan cerita mistis maupun cerita yang menarik khalayak, seperti asal-usul batu itu diperoleh. Semisal, batu yang diperoleh dari tiang wihara di Kramasila.
Orang awam akan menganggap batu itu biasa. Namun jika diceritakan asal batu itu berada, maka sangat bernilai rupiah. Secara tidak langsung, cerita yang membumbui batu tersebut merupakan budaya. Singkat kata, batu menjadi mahal karena kebudayaan.
Batu akik yang dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah membuat masyarakat menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, termasuk merusak cagar budaya yang ada. Bagaimana Anda memandang peristiwa tersebut?
Perusakan cagar budaya di Dago, Jawa Barat, oleh beberapa oknum yang mencari batu akik di sana, merupakan bentuk apresiasi yang tidak terkontrol pada peninggalan-peninggalan kuno. Sebenarnya, cagar budaya bukan artefak, melainkan ekofak. Baik ekofak maupun artefak, jika sudah dijadikan cagar budaya, maka harus dilindungi.
Perusakan cagar budaya demi memperoleh batu akik merupakan tindakan kriminal yang harus diusut secara hukum. Hal ini dikarenakan, di Indonesia sudah ada Undang-undang cagar budaya. Celakanya, setiap daerah memiliki kebanggaan untuk menampilkan batu asli daerahnya. Seperti Banten dengan batu Kalimaya dan Wonogiri dengan Bacan Wonogiri. Sehingga, mereka menggali dengan menghalalkan segala cara.
Jika hukum yang mengatur tentang perusakan cagar budaya tetap dilanggar oleh penggemar batu akik, adakah dampak bagi cagar budaya di Indonesia di masa depan?
Pasti ada. Karena sesuatu yang tidak terkontrol akan berdampak buruk. Seperti halnya dengan perusakan cagar budaya demi memperoleh batu akik. Lambat laun, stok batu akik di Indonesia akan habis dan bukti bahwa Indonesia memiliki beragam batu yang indah akan hilang.
Apa harapan Anda terkait menggejalanya fenomena batu akik di Indonesia?
Para geolog dan arkeolog mengeluh akan adanya fenomena batu akik ini. Pasalnya, tambang batu akik di Banyumas sudah tidak ada. Hal ini disebabkan oleh pengeksploitasian secara berlebihan oleh beberapa oknum. Tak hanya itu, arkeolog juga sudah sering kehilangan data arkeologi di Indonesia.
Oleh karena itu, keduanya menghimbau kepada Pemerintah Daerah (Pemda) untuk menyadarkan masyarakat agar tidak merusak dan menghabiskan kekayaan alam di daerahnya. Memperketat izin penggalian batu akik juga harus dilakukan Pemda guna meminimalisir punahnya batu akik di Indonesia.
Aci Sutanti
Average Rating