Revolusi Mental Para Passenger

Read Time:3 Minute, 29 Second
Judul           : Self Driving: Menjadi Driver Atau Passenger?
Penulis        : Rhenald Kasali, Ph.D
Penerbit      : Mizan
Terbit          : Cetakan 2, Oktober 2014
ISBN          : 978-979-433-851-3
Tebal           : 270 Halaman
Indonesia merupakan bangsa yang besar, sekolah-sekolah dan kampus-kampus setiap tahunnya mencetak para generasi muda, yang hanya kecenderungan memiliki sikap passenger. Indonesia akan menjadi tempat pasar bebas dan pasar globalisasi, yang akan menyambut orang-orang yang siap bertarung dan siap bersaing memasarkan gagasan dan ide atau produknya.
Sebagai bangsa yang besar itupula, maka dibutuhkan jiwa-jiwa yang berkarakter driver yang mampu berkompetensi, cekatan, gesit dan inovatif dan kreatif tinggi, bukan orang-orang yang passenger. Pendidikan Indonesia—menurut penulis buku ini—saat ini kebanyakan mengeluarkan para passenger, mereka pandai-pandai tetapi kerap menjadi penumpang dalam kehidupan.
Dalam buku Self Driving: Menjadi Driver Atau Passenger? karya Rhenald Kasali, seorang yang mempunyai gagasan cemerlang, tokoh yang kerap merubah pemikiran mahasiswa-mahasiswa from passenger to be driver. Buku ini menjelaskan konsep “self driving” dengan komprehensif, yang bertujuan mendobrak passenger untuk menjadi mental pengemudi bukan penumpang.
Tuhan telah menciptakan manusia dengan seperangkat alat yang lengkap, ibarat sebuah kendaraan mobil maka posisi manusia harus menjadi pengemudi. Pengemudi yang mampu memaksimalkan potensi dirinya, dan mampu bersaing dengan kendaraan lain, maka ia akan menjadi pengemudi yang handal, tetapi menjadi pengemudi tidak hanya membutuhkan tekad dan semangat tetapi harus memiliki pengetahuan yang banyak.
Tipologi manusia terbagi menjadi dua yaitu driver dan passenger. Ringkasnya, pengemudi atau driver adalah sebuah sikap hidup yang membedakan dirinya dengan passenger. Lebih luas lagi, sebuah bangsa yang hebat adalah a driver nation. “Driver nation” sendiri hanya bisa dihasilkan oleh pribadi-pribadi yang disebut “driver” (Halaman 7).
Konsep “self driving” ini hakikatnya sejalan dengan esensi ajaran Islam (Qs. Al-Ra’d/13: 11). Dalam hal ini seseorang dituntut untuk mengubah dirinya sendiri (drive your self) terlebih dahulu baru bisa merubah orang lain (drive your people), dan lebih luas lagi merubah bangsa (drive your nation).
Melihat kehidupan di dunia ini seseorang tidak bisa dijadikan atau menjadi seorang pengemudi semuanya, ada orang-orang yang menjadi penumpang. Di sini Rhenal Kasali menyarankan untuk menjadi atau memilih menjadi good driver atau good passenger dan bad driver atau bad passenger.
Ketika seseorang tidak bisa menjadi seorang pengemudi kehidupan yang baik jadilah penumpang yang baik, jangan sampai seseorang hidup hanya bermuara dalam kungkungan dan masuk dalam kategori passenger dan bad passenger.
Hambatan-hambatan seseorang menjadi pengemudi professional disebabkan oleh didikan orang tua yang sangat memproteksi sang anak, orang tua tidak berani dan bahkan tidak percaya terhadap potensi seorang anak, akhirnya anak selalu terkungkung dalam kerangjang kehidupan.
Ada beberapa prinsip yang harus dilakukan seorang driver yaitu inisiatif, melayani, navigasi dan tanggung jawab. Inisiatif yaitu bekerja tanpa ada yang menyuruh. Berani mengambil langkah berisiko, responsive, dan cepat membaca gejala. Melayani yaitu orang yang berpikir tentang orang lain, mampu mendengar, mau memahami, peduli dan berempati.
Navigasi yaitu memiliki keterampilan membawa gerbong ke tujuan, tahu arah, mampu mengarahkan, memberi semangat dan menyatukan tindakan, memelihara “kendaraan” untuk mencapai tujuan. Dan tanggungjawab yaitu tidak menyalahkan orang lain, tidak berbelit-belit atau menutupi kesalahan diri sendiri (Halaman 41).
Keempat prinsip diatas menjadi pegangan penting seorang driver, dalam diri driver ia akan berhadapan dengan kehidupan yang penuh risiko, risiko-resiko yang dihadapi membutuhkan pertanggungjawaban. Namun terdapat perbedaan signifikan antara “menghindari risiko” dengan “menghindari kegagalan”.
Risiko bukanlah sesuatu yang harus kita hindari, suka atau tidak suka kita akan mengalaminya. Dalam buku ini kita disajikan bahwa orang yang mencoba menghindari risiko sama sekali adalah manusia yang “nothing”. Karena menghindari risiko maka manusia akan “do nothing”. Dan orang-orang bermental demikian harus kita hindari (Halaman 149).
Buku setebal 270 halaman ini sangat recommended untuk kita semua, disajikan dengan bahasa-bahasa sederhana, terkadang menampilkan ilustrasi untuk mendukung argumentasinya, buku motivasi tetapi sekaligus juga buku kritikan-kritikan hidup bagi setiap pembaca. Pembaca diajak berkonsultasi dengan dirinya, kebiasaan-kebiasaan buruk untuk dirubah, dan jadilah sebaik-baik manusia.
Muhammad Makmun Rasyid (Mahasiswa Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an (STKQ) Al-Hikam Depok)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Malam Iedul Fitri
Next post Meninjau Ulang Eksistensi Pers Mahasiswa