Read Time:2 Minute, 46 Second
“Tugas kita adalah melanjutkan perjuangan pendiri negeri ini, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.” Hal tersebut disampaikan Angga Putra Fidrian dalam acara Seremoni Pelepasan Pengajar yang diadakan Gerakan Banten Mengajar di SD Ruhul Amin, Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (5/8).
Acara yang dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya itu tampak khidmat diikuti seluruh peserta. Dalam acara tersebut para peserta diberi motivasi dan arahan agar siap menerima kondisi yang akan mereka hadapi. “Di sana, kalian akan mengalami dan merasakan ketika kalian menjadi mereka,” tutup Angga.
Sekitar pukul 11.00 WIB, mobil jip warna merah mulai terlihat terparkir di tepi jalan. Tak lama kemudian lima mobil jip lain yang menyusul di belakangnya. Mereka merupakan Komunitas Suzuki Jip Indonesia (SJI) yang akan mengantarkan para pengajar ke Banten.
Setelah barang bawaan selesai dirapikan, pukul 00.30 WIB dini hari semuanya mulai melakukan perjalanan. Selama menempuh perjalanan, jalan terlihat lengang dan lancar. Setelah enam jam melakukan perjalanan dengan jarak tempuh mencapai 145 kilo meter, rombongan akhirnya memutuskan untuk rehat sejenak.
Kemudian sekitar pukul 07.30 perjalanan pun dilanjutkan dengan jalan yang lebih sulit karena penuh batu dan lumpur yang dalam. Perjalanan pun sempat terhambat karena salah satu mobil suzuki macet di lumpur sehingga harus diderek mobil lain. Salah satu anggota SJI Imam Tri Mulyanto mengungkapkan, sulitnya jalan yang ditempuh merupakan salah satu alasan perjalanan ditempuh menggunakan mobil offroad. “Kerjasama dan safety on the wayjuga penting, pokonya jangan anggap remeh trackyang ditempuh,” ujar pria yang akrab disapa Imam ini, Sabtu (6/8).
Imam juga mengatakan, buruknya akses ke desa akan mempengaruhi kualitas pendidikan dan ekonomi masyarakat setempat. Menurutnya harusnya jalan menuju desa diperbaiki terlebih dahulu untuk memudahkan jika ada bantuan. “Ya kalau jalan bagus kan gak usah pake mobil offroad juga bisa ke sininya,” ucapnya.
Sekitar pukul 10.00 akhirnya rombongan sampai di rumah kepala sekolah SD Kuta Karang 1, Mamat Basuni. Semua rombongan istirahat di sana sebelum kemudian di terjunkan ke lima sekolah yang berbeda yaitu SD Kuta Karang 1, SD Kuta Karang 2, SD Kuta Karang 3, SD Kiara Jangkung, dan SD Cikiruh. Di tiap SD, para peserta akan mengajar selama dua minggu.
Ketika mengunjungi SD Kuta Karang 3, kondisi bangunan sedang direnovasi karena sudah tak layak pakai. Sehingga para murid terpaksa belajar di luar ruangan dengan berpayung terpal yang disangga bambu. “Bangunannya udah pada retak mas dan lantainya juga pada pecah, mungkin karena kondisi tanahnya yang aga gembur jadi kaya gitu,”ujar Endi Endang Kusnadi salah satu pengajar di sana, Sabtu (6/8).
Di samping itu, pendiri GBM Fauzan Arrasyid mengungkapkan tujuan adanya GBM ini untuk membentuk pemuda yang bisa merubah keadaan. Menurutnya kebanyakan pemuda hanya mengeluhkan keadaan tapi tidak punya inisiatif untuk membuat perubahan. “Mudah-mudahan dengan semakin banyaknya penggerak, masalah perlahan bakal selesai,” harap pria kelahiran Medan ini, Minggu (7/8).
Semua pengajar berjumlah 15 orang yang merupakan hasil seleksi dari jumlah yang mendaftar 130 orang. Menurut ketua devisi program GBM Hasna Fikriyani peserta yang lolos adalah mereka yang punya komitmen besar untuk mengabdikan diri kepada masyarakat. “Kita sih liatnya dari kesungguhannya, yang penting punya kemauan,”katanya, Sabtu (6/8).
Sementara itu, salah satu peserta GBM Hasan Abdullah mengatakan ia tertarik mengikuti program ini yaitu untuk mencari pengalaman. Menurutnya belajar itu tidak mesti di kampus saja. “Dengan terjun langsung kita bisa banyak mengambil pelajaran dari masyarakat, ” tandasnya, Sabtu (6/8).
Yayang Zulkarnaen
Average Rating