Read Time:2 Minute, 39 Second
Tahun ajaran 2016, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta resmi mengganti Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswan (OPAK) menjadi Pengenalan Budaya Akademik (PBAK). Pergantian ini berdasarkan Surat Edaran (SE) Kementerian Agama nomor 3032.A/D1.1./PP.09/07/2016 tentang Pengenalan Budaya Akademik bagi Mahasiswa Baru.
Namun, PBAK tak sepenuhnya menggantikan OPAK sebagai kegiatan pengenalan lingkungan kampus. Terbukti, beberapa fakultas sudah ada yang menggunakan PBAK. Ternyata rektorat pun tak serta-merta merubah nomenklatur itu.
Berikut hasil wawancara reporter Institut, AM dengan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Yusron Razak, yang juga menjadi Penasehat dalam kepanitiaan PBAK 2016, Kamis (25/8).
Sejauh ini, apa yang menjadi substansial dari PBAK?
Sebenarnya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaran orientasi mahasiswa baru yaitu aspek nomenklatur, aspek substansi kegiatan dan yang terakhir aspek penyelenggara. Dari ketiganya, aspek nomenklatur yang paling berbeda.
Menurut saya, UIN Jakarta sekarang ini dalam masa transisi. Turunnya SE itu tidak dapat langsung menggantikan OPAK menjadi PBAK. Pertimbangan itu dilihat dari sisi pragmatis di lapangan. Walaupun, dalam SE menyebutkan bahwa OPAK sudah tidak digunakan lagi sebagai nama kegiatan pengenalan kampus.
Apa yang membedakan OPAK dengan PBAK?
Terlihat jelas dari perubahan nama kegiatannya, hurufnya sudah berbeda. OPAK dalam struktur bahasa memunculkan kerancuan. Lalu, dua huruf “OP” menjelaskan “Orientasi” dan “Pengenalan”. Seharusnya pengenalan saja sudah cukup untuk menjelaskan maksud dari dua kata yang sama.
Selain itu, PBAK lebih menekankan budaya akademik sesuai namanya. Kegiatan OPAK banyak yang tidak sesuai dengan budaya akademik semisal, aturan botol dalam kacang hijau yang dijadikan panitia sebagai bagian OPAK. Mahasiswa baru disuruh panitia untuk menghitung jumlahnya. Hal-hal seperti ini yang menyebabkan PBAK hadir untuk memunculkan nuansa materi budaya akademik (academic atmosphere) dalam pengenalan kampus.
Jadi selama ini, apakah OPAK UIN tidak mengacu budaya akademik?
Menurut saya, OPAK UIN selama ini kurang mengacu budaya akademik. Dalam prakteknya masih terdapat penyimpangan, tahun lalu materi OPAK UIN Jakarta yang diperdebatkan karena tidak sesuai dengan budaya akademik seperti PBAK. Saya lupa materi itu, tapi yang jelas materi yang disampaikan di PBAK lebih jelas dan terarah, semuanya berkaitan dengan budaya akademik.
Budaya akademik tidak terlepas dari kepanitian. Dalam aspek penyelenggara, UIN sudah membuat kepanitian orientasi yang mengandung elemen pimpinan perguruan tinggi, dosen, karyawan, dan melibatkan mahasiswa. Dalam konteks ini, mahasiswa tidak bisa menjadi leader sepenuhnya, hal ini dilakukan agar kegiatan orientasi ini tidak keluar dari budaya akademik.
Dalam pandangan Anda, apa urgensi dari PBAK?
Perubahan nama dari OPAK menjadi PBAK menekankan pada budaya akademik. Sikap dan sifat yang berkaitan dengan budaya akademik diharapkan dapat terwujud dalam kegiatan ini. Harapannya Maba memiliki sikap analogis, kritis, dan argumentatif. Sehingga dalam pelaksanaanya diharapkan juga terbebas dari kegiatan perploncoan atau bullying.
Hemat saya, PBAK adalah kegiatan yang pure academic. Tujuannya mampu mengembangkan kemampuan intelektual, emosional dan spiritual Mahasiswa Baru. Sehingga mereka punya semangat untuk berbudaya akademik.
Menurut Anda, ke depannya bagaimana implementasi PBAK?
UIN akan mengimplementasikan secara menyeluruh di tahun yang akan datang. Karena akan ada aturan dan pedoman lanjutan untuk mempertegas PBAK. Saya menilai, sekarang ini penerapan PBAK belum optimal. Hal ini karena kendala dari kita sendiri.
Kendala itu berupa kesenjangan dari pimpinan dan panitia di lapangan. Harapam saya, kesenjangan itu seharusnya dipersempit sehingga ke depannya penyelenggara pengenalan lingkungan kampus memiliki persamaan persepsi.
AM
Average Rating