Eksotisme Pariaman

Read Time:3 Minute, 23 Second
Pariaman terkenal dengan Pantai Gandoriah sebagai objek wisatanya. Tak hanya itu Pariaman juga memiliki tradisi unik yang diburu wisatawan.
“Di Pariaman, oy baralek gadang di bulan Tabuik sabana ramai.”(di Pariaman oy tengah ada perayaan besar, di bulan Tabuik demikian ramai). Begitulah penggalan dari lirik lagu daerah Pariaman berjudul Dindin Ba Dindin. Dari pusat kota Padang, untuk menuju Pariaman membutuhkan jarak 60 kilometer. Sekitar 100 meter dari pusat kota Pariaman, terdapat pesisir pantai yang menjadi objek wisata, yaitu Pantai Gandoriah.

Objek wisata Pantai Gandoriah terkenal air lautnya yang berwarna biru. Tak jauh dari Pantai Gandoriah, pelancong dapat mengunjungi lima gugus pulau yang berada di depan pantai Gandoriah yaitu Pulau Angso Duo, Pulau Kasiak, Pulau Tangah, Pulau Gosong dan Pulau Bando.

Kelima pulau ini menjadi objek wisata utama di Kota Pariaman. Cukup dengan membayar Rp75.000 pelancong dapat menggunakan fasilitas kapal kayu angkutan penumpang atau pompong pulang dan pergi ke lima pulau. Di sana pelancong  akan dimanjakan dengan pemandangan hamparan pasir putih. Jika hari cerah pada pukul 12.00 ketika air pasang, pelancong akan melihat taman karang tanpa harus menyelam ke dalam laut.

Dari permukaan laut dapat pula melihat langsung biota laut seperti lintah laut, bulu babi, bintang laut dan ular laut di bawah permukaan air laut yang jernih. Selama mengunjungi batu karang, pelancong disarankan untuk mengenakan alas kaki untuk menghindari luka karena batu karang yang lumayan tajam. Pulau Angso Duo juga menyediakan wahana Banana Boat.

Tak kurang dari 500 meter arah timur Pantai Gandoriah, pelancong dapat mengunjungi penangkaran penyu di Pantai Penyudengan berjalan kaki.  Selama di Pantai Penyu, pelancong bisa melihat langsung proses penangkaran penyu dari sebuah telur hingga dilepaskan ke lautan lepas. Pengunjung juga bisa  melepaskan penyu secara langsung. 

Tak hanya terkenal dengan pantai sebagai objek wisatanya, Kota Pariaman juga terkenal karena memegang teguh adat dan tradisi. Setiap tahun baru Hijriyah di 10 Muharam ada tradisi rutin yaitu Tabuik. Tradisi Tabuik ini dimulai pada pukul 06.00, penduduk asli dan wisatawan mulai mendekati sebuah tugu berbentuk kuda berkepala seorang wanita yang berada di tengah lingkar jalan kota Pariaman. Bukan tugu yang menjadi daya tarik wisatawan, tapi dua boneka berukuran besar dengan bentuk menyamai rupa tugu. Boneka tersebut mempunyai artian sebagai Buraq, kendaraan Nabi Muhammad ketika melaksanakan Isra dan Mi’raj.



Di sekeliling Tabuik tersebut terlihat lima pemuda tengah memukul tasa, tasamerupakan alat musik khas Sumatera Barat berbentuk gendang terbuat dari kulit kerbau yang dikeringkan. Sekitar sepuluh laki-laki mengangkat Tabuik sembari menggerakkanya ke kiri dan ke kanan mengikuti irama tasa.Dalam acara perayaan 10 Muharram ini, terdapat dua kelompok yang berbeda membuat Tabuik.

Kedua Tabuik diarak mengelilingi Pasar Pariaman dan berakhir di tepi Pantai Gandoriah. Lautan manusia memenuhi Pantai Gandoriah serta mencari posisi terbaik untuk melihat pelaksanaan tradisi Tabuik. Banyak para wisatawan yang mendokumentasikan tradisi Tabuik ini. Selagi Tabuik diarak ke laut, beberapa wisatawan menunggu di pesisir laut dengan menggunakan pompong agar melihat dari dekat proses pembuangan Tabuik.

Tepat pukul 06.00, kedua Tabuik dijatuhkan ke pantai dan materialnya langsung menjadi rebutan bagi masyarakat. Menurut kepercayaan masyarakat di sana, material dari Tabuik dapat membawa pengaruh baik bagi usaha dan kehidupan mereka. “Katanya sih buat pelaris, tapi saya tidak sepenuhnya percaya. Hanya ikut-ikutan saja,” tutur Ramdani, salah seorang pengunjung asal Pariaman ini.

Tak begitu sulit mencapai objek wisata di kota Pariaman, Sumatera Barat. Tersedia berbagai transportasi yang mudah dijangkau dan tidak perlu merogoh kocek terlalu banyak. Jika perjalanan dimulai dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM), cukup menempuh jarak sekitar 24 km perjalanan dari pusat Kota Padang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman. Tak sampai menghabiskan waktu lama karena hanya membutuhkan satu jam perjalanan saja.

Selain menggunakan kendaraan roda empat, untuk menuju Pariaman bisa juga menggunakan kereta api khusus perjalanan wisata rute Padang–Pariaman. Dari Stasiun Simpang Haru, Jalan Stasiun No. 1, Simpang Haru, Kecamatan Padang Timur, Padang, Sumatera Barat. Cukup dengan membayar Rp5000 tiap orang, sudah bisa langsung menaiki kereta dengan memakan waktu dua jam perjalanan. Pemberhentian kereta terakhir tepat di Stasiun Pariaman, dengan begitu pengunjung akan langsung berada di depan objek wisata Pariaman.

Aisyah Nursyamsi

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Saatnya Murni Melayani Publik
Next post Simfoni Indah dari Taman Kota