Perjalanan Hidup Para Penjudi

Read Time:3 Minute, 3 Second


Demi mencari kekayaan, para penjudi bermain kartu berkali-kali putaran. Terkadang mereka meraup keuntungan, tak jarang juga menerima kekalahan bahkan kebangkrutan.
Gelap seluruh ruangan setelah lampu dipadamkan. Tak lama, dengung gong terdengar menunjukkan pukul delapan malam tanda pementasan siap dimulai. Rombongan penonton dengan tiket di tangan masuk dan menempati posisi duduk masing-masing. Ada yang berdua dengan pasangan atau teman, ada juga yang sendiri bersama kamera menggelantung di lehernya.
Lima belas menit berlalu, lampu panggung pementasan dinyalakan. Aksesoris panggung layaknya bar dengan nama Madame Jolly melengkapi tata panggung dengan lukisan joker di dindingnya. Botol-botol minuman lengkap dengan gelas tertata rapi di atas meja yang dijaga seorang pelayan perempuan.
Musik perpaduan gendang, gitar dan bas mulai dimainkan. Empat orang keluar dari belakang panggung dengan rias wajah menyerupai badut. Berkaos putih dengan make up bergambar kartu As di wajah. Mereka menari dan melakukan atraksi berjalan dengan tangan, koprol hingga saling melompati satu sama lain.
Pintu bar dengan tirai kemerahan menjadi jalan keluar-masuk para pementas. Madame Jolly, perempuan berambut keriting ini adalah pemiliknya. Ia senang kehadiran  banyak tamu. Para penjudi yang datang dari berbagai tempat berkumpul malam itu, bermain kartu dan menaruhkan seluruh uang demi mendapatkan keuntungan di bawah tenda bar Madame Jolly.
Telah datang lima penjudi ulung malam itu, termasuk Juan Pedro. Pria berambut klimis dengan jas abu-abu menjadi penjudi paling disegani. Membawa dua koper berisi uang dan kartu azimat yang ia yakini sebagai kartu keberuntungan atas kemenangan judinya selama ini, Juan Pedro menjadi target untuk dimanfaatkan oleh lawannya.
Permainan judi kartu pertama ia gelar bersama tiga lawan, Nona Meimei, Tobing, dan Raam Hotahot. Kemenangan diraih Juan Pedro dalam sekali putaran. Raupan keuntungan ia dapatkan membuat lawannya bersatu demi mengalahkan Pedro. Walaupun menyatukan strategi, lawan Juan Pedro tetap menuai kekalahan.
Juan Pendro dengan segenap kesombongannya merasa kemenagan permainan judi karena azimat yang ia miliki. Lima kartu dengan gambar dewi di masing-masingnya dipercaya menjadi pemberi keberuntungan. Selalu diletakan di dalam koper membuat Juan Pendro tidak pernah lupa membawanya di manapun ia berjudi.
Permainan kedua ia gelar, kali ini kedatangan tambahan lawan. Wan Abab, pria dengan logat bicara khas Timur Tengah menjadi penantang Juan Pedro. Kekayaan yang ia taruhkan membuat semua lawannya ingin mengalahkan. Namun, Wan Abab urung ikut permainan karena ia bergegas pergi. Wan Abab mewakilkan permainan judi kepada Wan Antum.
Putaran judi selanjutnya Juan Pedro bermain dengan Wan Antum dan lawan lainnya. Tapi sayang, dalam permainan ini Pedro mengalami kekalahan. Ia mengutuk lima kartu keberuntungannya. Nona Meimei, Tobing, dan Raam Hotahot mulai ragu akan kekuatan azimat yang Pedro miliki.
Di permainan judi-judi selanjutnya, Juan Pedro terus menelan kekalahan. Kali ini Nona Meimei, Tobing, dan Raam Hotahot memutuskan untuk mendekati Wan Antum. Terlebih Antum menyatakan ia memiliki banyak harta untuk dimainkan dalam judi.
Permainan demi permainan dilakukan  dan Wan Antum selalu meraup kemenangan. Di kemengan terakhir Wan Antum pergi dengan rekanan judinya. Namun, di bawah tenda judi Madam Jolly, Juan Pedro yang belakangan selalu kalah permainan dan mengalami kebangkrutan, tapi ia mendapatkan uang kuasa dari Wan Antum atas uang yang diberikannya.
Lawan-lawan Juan Pedro memanfaatkan situasi itu untuk menipu Pedro dengan meminta tanda tangan pengalihan harga dari Wan Antum. Pedro tidak sadar ia tertipu. Tak berselang lama, Wan Antum dengan pakaian compang-camping masuk tenda bar. Di saat itu Pedro sadar kalau ia telah ditipu lawan judi lainnya.
Pertunjukan dengan judul “Para Penjudi” adalah salah satu pertunjukan dari Teater Syahid Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pementasan karya Nikolai Gogol ini dimainkan pada Jumat (14/4) di Aula Student Center UIN Jakarta. Pementasan yang dimainkan oleh anggota Muda Teater Syahid disutradarai oleh Sir Ilham Jambak.


*Edisi cetak tersedia pada Tabloid Institut edisi April 2017
Eko Ramdani

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Tangkal Berita Hoax
Next post Kisah Kecil Ica