Read Time:2 Minute, 16 Second
Ada beberapa faktor penyebab krisis kemanusiaan muslim Rohingya di Myanmar. Negara yang baru belajar demokrasi ini menyebabkan kekuasaan rezim militer masih mendominasi. Selain itu, politik yang kompleks memperparah keadaan dan tingkat diskriminasi sangat tinggi. Lebih parahnya pengucilan satu kelompok, etnis dan agama juga menjadi pemicu konflik di daerah tersebut.
Hal tersebut disampaikan Amelia Fauzia pada acara Istigosah bertajuk “1001 Doa Untuk Myanmar” dan diskusi publik dengan tema “Pesan Damai Untuk Myanmar,” yang diadakan Social Trust Fund (STF) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Bertempat di Masjid Ja’miah Gedung Student Center, Selasa (19/09). Acara di atas terselenggara berkat kerjasama antara STF, Forum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), UKM KMPLHK Ranita dan Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Jakarta.
Lebih lanjut Fauzia menjelaskan pengalamannya menjadi relawan di Myanmar. Wanita yang pernah langsung terjun di Myanmar memberikan bantuan ini menceritakan pengalamannya selama di sana. Menurutnya perlunya terjun langsung merupakan tindakan yang sangat diperlukan, karena tindakan propokatif terhadap pemerintah Myanmar dapat menambah derita bagi muslim Rohingya.
Selaku Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Salman Al Farisi memandang konflik yang menimpa muslim Rohingya di Myanmar diakibatkan karena masalah geopolitik dan ekonomi. Kaitannya dengan ekonomi, Myanmar merupakan wilayah strategis. Di mana letak wilayahnya masuk dalam selat Malaka sebagai jalur perdagangan dunia, sisi lain penghuni Myanmar juga banyak yang datang dari negara-negara dengan kekuatan ekonomi besar seperti China, India dan Thailand. “Masalah geopolitik dan ekonomi menjadi penyebab konflik,” ungkapnya dalam diskusi, Selasa (19/09).
Sebagai pemateri terakhir Ketua Aliansi kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM), M Ali Yusuf, memberikan penjelasan mengenai kontribusi AKIM dalam konflik Rohingya. Dalam menjalankan tugasnya Yusuf menegaskan bahwa AKIM selalu melibatkan pemerintah RI. AKIM sendiri memiliki misi pertolongan jangka panjang di Myanmar, bukan hanya meberikan bantuan-bantuan kebutuhan pokok saja. Kontribusi AKIM dalam konflik Myanmar seperti dukungannya dalam bidang kesehatan dan pendidikan.
Bagi Mawar Fatmala seorang mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik mengungkapkan acara istigosahdan diskusi publik tentang konflik di Myanmar sangat menarik. Pasalnya kegiatan tersebut baginya dapat meningkatkan rasa kepedulian terhadap isu kemanusiaan tidak hanya lingkup domestik tapi internasional. “Saya mendapatkan ilmu baru mengenai lembaga sosial yang membantu Myanmar,” ucap Mawar, Selasa (19/09).
Murodi selaku Wakil Rektor IV bidang kerjasama datang mengantikan rektor yang berhalangan hadir membuka acara tersebut. Dalam sambutannya, Ia menyampaikan rasa prihatin atas tragedi kemanusiaan yang menimpa saudara-saudara muslim Rohingya di Myanmar. Menurutnya apa yang terjadi di Myanmar, merupakan tragedi kemanusiaan terendah. Pasalnya hanya sedikit orang peduli atas apa yang menimpa saudara-saudara kita di Myanmar. Ketua panitia acara, Cut Erika mengungkapkan, tujuan diadakannya acara tersebut untuk mensosialisasikan apa yang sebenarnya terjadi di Myanmar. Ia juga menghimbau agar mahasiswa UIN Jakarta melakukan donasi melalui STF untuk membantu saudara-saudara muslim Rohingya.
MRIM
Average Rating